Ptk Bahasa Inggris Smp (Penelitian Tindakan Kelas)

PTK Bahasa Inggris SMP (Penelitian Tindakan Kelas) - Pada dikala saya posting contoh ptk bahasa inggris smp ini jam disini memperlihatkan 03:55 WITa heheheh jam segini saya masih aja belom tidur padahal mata dah 5 watt (hoammm), tapi itu tak maslaah yang penting sahabat temua merasa terbantu dengan postingan yang ada di blog aadesanjaya.blogspot.com ini yaa. dan kali ini saya posting PTK Bahasa Inggris SMP

PTK Bahasa Inggris SMP - Seperti biasanya saya membeikan di setiap postingan sebuah informasi wacana teladan ptk yang lainnya menyerupai ptk bahasa indonesia sd, fiqih ma, pai smp, penjasorkes smp, serta yang lagi terkenal di baca kan orang ptk ipa sd. ptk bahasa arab mts, pai sma, ptk b. indo kelas 1, ptk bahasa jerman, matematika sd kelelas 6, ptk smk, ptk matematika sd kelas 4, ptk penjasorkes sd, penjasorkes smp, ptk bahasa indonesia sma xi , ptk tk paud, ptk matematika sma x, ptk ipa sd

Baiklah, pribadi aja sahabat sahabat semua simak/baca teladan penelitian tindakan kelasnya kalau merasa tertarik, dan sesuai dengan ptk yang dicari pribadi aja download ,

Judul:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS  TEKS BERBENTUK PROCEDURE MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  DI KELAS IX A SMP
BAB I
PENDAHULUAN
PTK Bahasa Inggris SMP

1.1.    Latar Belakang

Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di kala komunikasi dan globalisasi dikala ini. Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai pecahan dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni yang  diharapkan sehabis menamatkan studi, Mereka bisa tumbuh dan berubah menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang.

Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis)  merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi persoalan bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai bahasa aneh dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan persoalan yang sering timbul pada dikala berguru menulis. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan memakai ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure dan report yaitu salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas IX SMP (SMP).

Pembelajaran mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan memakai ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut :
  • Menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure.
Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi teladan teks monolog berbentuk procedure dan siswa diminta untuk mencari arti dari teks tersebut yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran menyerupai itu sudah biasa dilakukan oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis memperoleh data dari hasil pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan wangsit atau gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam mengerjakan kiprah yang diberikan oleh guru. Hal ini sangat mengundang pertanyaan dan perkiraan bahwasannya metode pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal) dan cenderung tidak efektif.

Setelah mengamati uraian di atas, sanggup dilihat sebuah citra kegagalan terhadap hasil dan proses berguru dan hal tersebut merupakan persoalan yang harus segera diatasi. Sebagai upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari metode dan taktik pembelajaran yang sempurna sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa di kala Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus bisa mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang bisa memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.

Setelah mengikuti pembinaan guru melalui MGMP BERMUTU (Better Education Through Reformed Management and Universal Teachers Upgrading) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjar, serta pengalaman penulis dikala mengikuti aneka macam pembinaan dan pendidikan, penulis mencoba memakai pendekatan Contextual Teaching And Learning dan pendekatan Cooperative Learning dengan memakai model pembelajaran Make a Match.

Penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul, “Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Procedure Melalui Model Pembelajaran Make a Match di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar”




1.2.    Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka persoalan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: ”Apakah melalui Penggunaan Model Pembelajaran Make a  Match sanggup meningkatkan Kemampuan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk Procedure di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar?”
1.2.2.    Pemecahan Masalah
Terdapat tiga macam modalitas berguru yang dipakai oleh seseorang dalam pembelajaran, yaitu pemrosesan informasi, dan komunikasi (DePorter, dkk, 2000). Senada dengan yang diungkapkan oleh Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya menyatakan bahwa secara ilmiah sudah diketahui bahwa dalam hal absorpsi informasi tersebut insan dibagi menjadi 3 bagian; insan visual, yang mana ia akan secara optimal menyerap informasi yang dibacanya/ dilihatnya; insan auditorik, di mana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal; dan insan kinestetik, di mana ia akan sangat bahagia dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia membayangkan orang lain tersebut melaksanakan hal tadi (http://www.medikaholistik.com).

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mencoba model pembelajaran Make a Match atau mencocokkan kartu yang berisi kalimat acak menjadi sebuah teks yang berterima. Model Pembelajaran Make a Match merupakan implementasi dari Metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi (2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word learning; (2) mengutamakan pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada siswa; (5) siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan; (7) pendidikan atau education bukan pengajaran atau instruction; (8) memecahkan masalah; (9) siswa akting, guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton; (10) hasil berguru di ukur dengan aneka macam cara bukan hanya dengan tes.

Dengan demikian pembelajaran yang memakai pendekatan kontekstual mempunyai ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, berguru dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, memakai aneka macam sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran sanggup lebih bermakna kalau kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman berguru siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
1.3.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 
  1. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure.
  2. Mengembangkan taktik pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan.
  3. Siswa sanggup melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya dengan sederhana secara tertulis.



1.4.    Manfaat Penelitian
a.    Manfaat bagi Peneliti
  1. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang sanggup melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis siswa.
  2. Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil berguru dan mengajar.  
  3. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna mendapatkan donasi sertifikasi guru/pendidik dan meningkatakan kualitas profesionalisme guru.
b.    Manfaat Bagi Siswa
  1. Meningkatkan kemampuan siswa mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan memakai ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure
  2. Meningkatkan rasa bahagia dan motivasi belajar. 
  3. Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menulis teks sederhana 
  4. Meningkatkan kompetensi menulis dan prestasi berguru Bahasa Inggris.

c.    Manfaat Bagi Sekolah
Melalui model pembelajaran make a match membantu memperbaiki pembelajaran Bahasa Inggris di SMP Pasundan Banjar

1.5.    Definisi Operasional
Sebagai upaya memperjelas pemahaman dalam penelitian demi menghindari kesalahan dalam penyusunan penelitian, di bawah ini yaitu klarifikasi mengenai definisi operasional yang dipakai penulis.
1.3.1.     Kemampuan siswa dalam menyusun teks
Siswa bisa mengimplementasikan wangsit dan gagasannya dalam menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure.
1.3.2.     Procedure text
Teks procedure bertujuan untuk memperlihatkan petunjuk wacana langkah- langkah/metoda/cara-cara melaksanakan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38).
1.3.3.     Model Pembelajaran Make a Match
Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang sanggup mencocokkan kartunya diberi poin.

1.6.    Batasan Masalah
Permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan memakai model pembelajaran Make a Match yang diharapkan sanggup meningkatkan hasil berguru siswa dalam menyusun teks Bahasa Inggris berbentuk procedure.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.         Kajian Pustaka
2.1.1.    Teks Procedure

Teks procedure merupakan salah satu Genre text selain dari beberapa genre yang dipelajari di tingkat SMP. Teks procedure bertujuan untuk memperlihatkan petunjuk wacana langkah- langkah/metoda/cara-cara melaksanakan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). Teks procedure umumnya berisi tips atau serangkaian tindakan atau langkah dalam menciptakan suatu barang atau melaksanakan suatu aktifitas. Teks procedur dikenal pula dengan istilah directory.

Teks procedure umumnya mempunyai struktur : 
  1. Goal, tujuan kegiatan,
  2. Materials, bahan-bahan yang diharapkan untuk menciptakan suatu barang/melakukan suatu aktifitas yang sifatnya opsional, 
  3. Steps, serangkaian langkah.

2.1.2.    Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi asuh dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa mempunyai pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL disebut pendekatan kontekstual sebab konsep berguru yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia aktual siswa dan mendorong siswa menciptakan korelasi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Hal ini senada dengan Mulyasa (2003: 188) siswa mempunyai rasa ingin tahu dan mempunyai potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh sebab itu kiprah guru yang paling utama yaitu mengkondisikan lingkungan berguru yang menyenangkan semoga sanggup membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat atau siswa termotivasi untuk belajar.  Mulyasa (2006:103) juga mengemukakan : pentingnya lingkungan berguru dalam pembelajaran kontekstual; 
  1. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan berguru yangberpusat pada siswa. Dari guru akting  di depan kelas, siswamenonton ke siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan; 
  2. Pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa memakai pengetahuan gres mereka. Strategibelajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; 
  3. Umpan balik amat penting bagi siswa;  
  4. Menumbuhkan komunitas berguru dalam bentuk kerja kelompok itu penting. 

2.1.3.    Cooperative Learning (CL)

Pendekatan Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling berhubungan satu dengan lainnya untuk memahami dan mengerjakan segala kiprah berguru mereka. Kegiatan berhubungan sanggup mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan perilaku toleransi terhadap perbedaan individu. Menurut  Anita  Lie (1:10)  ada  tiga  hal  yang  perlu diperhatikan dalam cooperative learning, :  Pengelompokan, semangat Gotong Royong, penataan ruang kelas

Belajar kelompok, mempunyai kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta gotong royong membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam berguru sebab mempunyai unsur yang berkhasiat menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa sanggup mengkonstruk pengetahuannya sendiri. PTK Bahasa Inggris SMP

Lundgren mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif sebagai keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa semoga sanggup melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Keterampilan tersebut antara lain memakai kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan menyebarkan tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendengarkan dengan aktif, memperlihatkan penghargaan dan simpati, bertanya, mendapatkan tanggung jawab, dan menciptakan ringkasan (tingkat menengah), mengelaborasi, menyidik dengan cermat, menanyakan kebenaran dan berkompromi (tingkat mahir).

 Cooperative Learning merupakan satu taktik pembelajaran yang terbaik yang telah diteliti. Hasilnya memperlihatkan bahwa siswa mempunyai kesempatan untuk bekerja bersama-sama, berguru lebih cepat dan efisien, mempunyai daya ingat yang lebih besar dan menerima pengalaman berguru yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa berguru dan membentuk pengalaman dan pengetahuannya sendiri secara gotong royong dalam kelompoknya.

Penulis setuju bahwa pendekatan kooperatif sangat cocok untuk dipakai dalam pembelajaran di kala KTSP ini, hanya saja tujuh pilar kooperatif ini dianggap terlalu berat kalau akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN Pasundan Banjar Kelas IX A. Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari kooperatifitu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis memakai model pembelajaran Make A Match.

2.1.4.    Model Pembelajaran Make a Match

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang sanggup diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang sanggup mencocokkan kartunya diberi poin.

Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini yaitu siswa mencari pasangan sambil berguru mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu pecahan kartu soal dan pecahan lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
  3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
  4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat mekanisme A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat mekanisme B dan seterusnya.
  5. Setiap siswa yang sanggup mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  6. Jika siswa tidak sanggup mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak sanggup menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
  7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi semoga tiap siswa menerima kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
  8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
  9. Guru gotong royong dengan siswa menciptakan kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.2.      Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang sanggup dipakai untuk mengatasi pembelajaran Writing semoga sanggup menarik, siswa menjadi termotivasi, minat berguru siswa tinggi yaitu dengan metode pembelajaran kooperatif. Dengan optimalisasi pembelajaran Bahasa Inggris melalui Teknik Kooperatif merupakan alternatif proses pembelajaran semoga lebih menyenangkan dan bermakna. Dalam hal ini penulis memakai model pembelajaran Make a Match.

Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini yaitu siswa mencari pasangan sambil berguru mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu pecahan kartu soal dan pecahan lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
  3. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat mekanisme A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat procedure B dan seterusnya.
  4. Setiap siswa yang sanggup mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  5. Jika siswa tidak sanggup mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak sanggup menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
  6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi semoga tiap siswa menerima kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
  7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
  8. Guru gotong royong dengan siswa menciptakan kesimpulan terhadap materi pelajaran.


BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
PTK Bahasa Inggris SMP

3.1.    Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Pasundan Banjar.  Alamat sekolah   di Jalan Tentara Pelajar No. 158 Kota Banjar.  Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan melalui MGMP aktivitas BERMUTU yang pada pelaksanaannya peneliti sebagai Guru Model berkolaborasi dengan 5 orang. Guru Bahasa Inggris yang tergabung dalam kelompok 3. Subyek penelitian yang di ambil yaitu kelas IX A SMP pasundan Banjar. Waktu pelaksanaan pada Bulan Februari 2010 atau pada semester 2.

Kelas IX A berjumlah 41 siswa, pria 17 dan wanita 24 siswa dengan latar belakang sosial-ekonomi siswa secara umum dikuasai anak buruh dan petani dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas. Kemampuan akademik siswa masih terbatas sebab motivasi berguru siswa yang rendah. Situasi kelas dikala pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai  keaktifan dalam belajar. 

3.2.    Persiapan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini memakai metode pembelajaran kontekstual dengan persiapan : PTK Bahasa Inggris SMP
  • Pembuatan lembar instrumen penelitian
  • Mempersiapkan materi pembelajaran untuk kiprah observasi  dan diskusi.
  • Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran
  • Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) semoga menarik dan gampang dipahami siswa.
  • Mempersiapkan dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.
  • Persiapan pre test, post tes dan  pembuatan perangkat penilaian.
  • Lembar penilaian proses untuk memantau keaktifan, kemandirian, kompetensi, kelancaran dan ketepatan.  
  • Membuat lembar observasi untuk memantau kegiatan proses pembelajaran dan mengetahui optimalisasi pembelajaran make a match.

3.3.    Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti mekanisme penelitian menurut pada prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang meliputi kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru-guru MGMP Bahasa Inggris Kelompok 1 yang mengajar di kelas IX.

Penulis merencanakan pembelajaran Bahasa Inggris dengan menentukan materi pembelajaran Writing Procedure Text melalui dua siklus pada semester 2 tahun pelajaran 2009-2010. Alokasi waktu yang dipakai pada siklus pertama terdiri dari 2x40 menit. Pada proses pembelajaran ini, penulis melaksanakan empat langkah teknik pembelajaran yang meliputi Building Knowledge of The Field (BKOF), Modelling of the Thext (MOT), Joint Contruction of the text (JCOT) dan Individual Contstruction of the Text (ICOT). Langkah-langkah tersebut dilaksanakan juga pada siklus kedua dan seterusnya apabila diharapkan dalam penelitian ini.
Pada langkah BKOF, guru memulai pembelajaran dengan melaksanakan apersepsi dan Tanya jawab dengan siswa wacana pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa sering memakai teks procedure atau langkah-langkah untuk menjelaskan atau mengajak orang menyusun atau menciptakan sesuatu. Waktu yang dipakai dalam langkah BKOF dibatasi 10 menit

Pada langkah selanjutnya (MOT), guru memperlihatkan teladan teks procedure melalui media In Focus. Siswa diminta untuk mengamati teks procedure langkah-langkah cara menciptakan coffee. Siswa diminta menuliskan poin-poin penting sebagai langkah menciptakan coffee instant. Langkah ini dibatasi waktu 10 menit. 

Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibentuk dua hari sebelumnya. Tiap kelompok siswa terdiri dari 5 orang siswa. Pada langkah ini Guru membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang akan dicari pasangan kalimatnya di kelompok lain. Siswa diminta menyusun kembali kalimat yang disebarkan menjadi teks yang benar. Siswa yang aktif dan benar dalam penyusunan kalimat menjadi teks mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu pecahan kartu soal dan pecahan lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
  3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
  4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat procedure A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat procedure B dan seterusnya.
  5. Setiap siswa yang sanggup mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  6. Jika siswa tidak sanggup mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak sanggup menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
  7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi semoga tiap siswa menerima kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
  8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
  9. Guru gotong royong dengan siswa menciptakan kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Pada ICOT, siswa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 15 menit.



Siklus Penelitian

Dalam pelaksanaannya penulis merencanakan memakai 2 siklus sebagai dasar penelitian tindakan kelas.
SIKLUS ke-1

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
  1. Menganalisis Silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
  2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode CTL dengan memakai model Pembelajaran make a match.
  3. Merancang model pembelajaran klasikal.  
  4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif.
  5. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir). 
  6. Menyusun kelompok berguru akseptor didik. 
  7. Merencanakan kiprah kelompok.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup: 
  1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan.
  2. Menerapkan model pembelajaran klasikal.  
  3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana. 
  4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan. 
  5. Mengantisipasi dengan melaksanakan solusi apabila menemui hambatan dikala melaksanakan tahap tindakan.

Untuk mendapatkan PTK Bahasa Inggris SMP lebih lengkap silahkan klik tombol download dibawa ini, smoga bermanfaat untuk semuanya jangan lupa kasih tahu teman-teman yang lain bahwa di aadesanjaya.blogspot.com ada banyak postingan bermanfaat dan menarik buat kalian semua ^_^
 WITa heheheh jam segini saya masih aja belom tidur padahal mata dah  PTK Bahasa Inggris SMP (Penelitian Tindakan Kelas)

0 Response to "Ptk Bahasa Inggris Smp (Penelitian Tindakan Kelas)"

Post a Comment