Tafsir isyari
a. Pengertian tafsir isyari
Secara leksikal, kata tafsīr (Bahasa Arab) merupakan bentuk masdar dari fassara (fi’il mādhī), yang akar katanya terdiri dari fa’, sin, dan ra’. Pada dasarnya, kata yang tersusun dari akar kata semacam itu mempunyai makna pertanda sesuatu atau menjelaskannya.8 Sedangkan bentuk masdar-nya berarti keterangan atau penjelasan.
Adapun kata isyārī (B. Arab), kalau ditinjau dari bentuknya merupakan lisan noun (masdar) yang lalu menerima pelengkap ya’ al-nisbah di final kata. Secara leksikal kata tersebut berasal dari asyara – yasyiru – isyāratan, yang bermakna al-dalīl (tanda, indikasi, dan petunjuk), juga bisa bermakna menunjukkan dengan tangan atau dengan akal, mengeluarkan sesuatu dari lubang, mengambil sesuatu, dan menampakkan sesuatu.
Berdasarkan telaah makna-makna lafaz di atas, maka sederetan makna tersebut berimplikasi pada pengertian lafaz isyārī yang mempunyai kecenderungan upaya untuk untuk menunjukkan sesuatu yang tersembunyi biar bisa diketahui secara jelas, atau lebih menonjolkan makna yang tersirat daripada makna tersurat. Kata tersebut bisa dijumpai dalam al-Qur’an hanya sekali,11 yaitu dalam Surah Maryam ayat 29.
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا آَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ آَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيا
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا آَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ آَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيا
Artinya: “maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?"
Telaah kebahasaan sebagaimana di atas juga mengindikasikan adanya pemahaman ihwal sesuatu yang menunjukkan untuk memperoleh kejelasan, yakni dari asalnya tidak tahu bisa menjadi tahu, dari yang tidak tampak menjadi tampak, dari yang tersembunyi atau samar bisa menjadi terlihat, dari yang aneh menjadi konkret, dan dari yang terpendam menjadi di luar (berada pada permukaan). Dengan demikian, secara etimologi, tafsir Isyāri mempunyai makna tafsir yang mengungkapkan makna atau maksud yang terpendam atau tersembunyi dalam lafaz atau ayat al-Qur’an dengan kedalaman berpikir bahkan dengan zauq (perasaan hati) yang extravagansa.
Secara terminologi, tafsir Isyāri, berdasarkan al-Shābūnī, yakni takwil al-Qur’an yang berbeda dengan lahirnya lafaz atau ayat, sebab untuk isyarah-isyarah yang sangat rahasia, yang hanya diketahui oleh sebagian ulū al-‘ilm atau ‘ārifīn (orang yang makrifat kepada Allah) dari orang yang telah diterangi mata hatinya oleh Allah, sehingga mereka bisa menemukan rahasia-rahasia yang tersembunyi dibalik ayat-ayat al-Qur’an. Atau bahkan kepingan makna-makna yang detail itu tertuang dalam hati mereka karena inspirasi ilahi, yang mana hal itu memungkinkan mereka untuk mempertemukan makna tersebut dengan makna lahirnya.
Menurut sebagian ulama, ilmu sebagaimana dimaksudkan di atas bukanlah menyerupai “ ‘ilm al-kasbī” yang bisa didapat dengan cara membaca, mengingat dan menghafal, akan tetapi hal itu lebih merupakan “ilmu laduni”, yakni ilmu kontribusi yang boleh dikata sebagai pancaran dari ketajaman takwa, istiqomah dan kebajikan.13 Menurut al-Zahabī, tafsir isyārī yakni hasil riyādhah rūhiyah seorang sufi sehingga bisa menyingkap rahasia-rahasia dan i’tibar dalam wujud instruksi yang suci yang muncul dengan sendirinya di dalam hatinya sebagai ungkapan dari terkuaknya diam-diam ayat-ayat sebab makrifat kepada Allah
b. Fungsi tafsir isyari
Tafsir Isyari disamping mengarahkan target penafsirannya pada pengungkapan makna ayat-ayat al Alquran yang tersirat juga berusaha menelusuri daya cakup makna Al Quran, yang tersusun dari maknanya yang tersurat.
0 Response to "Tafsir Isyari > Pengertian Fungsi"
Post a Comment