Ptk Matematika Sd Kelas 4 Penelitian Tindakan Kelas

PTK Matematika SD Kelas 4/ IV Penelitian Tindakan Kelas - tak hnya ptk ini saja yang saya berikan di blo ini, ada juga beberapa ptk yang lainnya menyerupai ptk bahasa indonesia sd, fiqih ma, pai smp, penjasorkes smp, serta yang lagi terkenal di baca kan orang ptk ipa sd. ptk bahasa arab mts, pai sma, ptk b. indo kelas 1, ptk bahasa jerman, matematika sd kelelas 6, ptk smk mudahan bisa bermanfaat dengan adanya PTK Matematika SD Kelas 4 IV Penelitian Tindakan Kelas
Judul :  PTK Matematika SD Kelas 4

Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkalian Cara Susun Pada Siswa Kelas IV SDN Sukamulya II  Dengan Metode Demontrasi
       
dan  
Upaya Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Kepahlawanan dan Patriotisme Tokoh - Tokoh di Lingkungan Anak Melalui  Pemberian Penguatan Verbal dan Non Verbal

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Mata Pelajaran Matematika

Masalah  rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan pribadi dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah mengakibatkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru dianggap mutunya rendah.

Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk sarana dan administrasi, sementara untuk honor guru relatif kecil. Sebaliknya Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk honor guru, sementara bangunan/sarana dan manajemen dibentuk lebih sederhana tidak sementereng AS.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana kebutuhan minimal sarana dan kemudahan pendidikan telah relatif terpenuhi, nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih bisa meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum terpenuhi.

Masalah pengelolaan dan manajemen biaya pendidikan kita terletak pada masih rumitnya mekanisme pembiayaan, mulai dari perencanaan hingga pada proses pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah (vertikal) maupun kekerabatan antarinstansi satu dengan lainnya (horizontal).

Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa ganjalan-ganjalan dalam proses perencanaan, mekanisme pengelolaan, dan distribusi anggaran pendidikan mulai dari sentra hingga ke daerah. Namun demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai beralih ke Kabupaten atau Kota.

Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat dari segi pelakunya, duduk masalah fundamental dari mutu pendidikan ialah kesejahteraan guru. Kesejahteraan mencakup aspek material dan nonmaterial. Yang nonmaterial contohnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan proteksi hukum.

Adapun yang termasuk kesejahteraan material ialah gaji, tunjangan, dan insentif lainnya. Aspek material, khususnya honor inilah yang harus secara jujur diakui masih minim. Kenaikan honor cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. Akibatnya secara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat.

Walaupun secara pribadi tidak besar lengan berkuasa terhadap kualitas guru, tetapi honor guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-negara lain yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, contohnya menyerupai tetangga kita di Malaysia, mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta semakin kecil tindakan indisipliner.

Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar ialah untuk kesejahteraan guru. Jika honor guru meningkat, maka akan meningkat pula status guru, sehingga bisa menarik calon-calon guru yang berkualitas. Bukan hanya calon kelas dua atau tiga menyerupai yang masuk ke pendidikan guru hingga ketika ini. PTK Matematika SD Kelas 4

Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon mahasiswa atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang "kurang baik" karena pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik bangsa.

Sampai ketika ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari keluarga kurang bisa atau kurang bisa pula secara akademis. Mereka menentukan FKIP dengan impian bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak sanggup diangkat karena kemampuannya juga rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga pendidikan yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru karena kemampuannya dianggap lebih.

Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, mengakibatkan kualitas dan kuantitas yang masuk forum pendidikan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot pula.

Melihat kondisi pendidikan kita ketika ini, tidak banyak yang dilakukan dalam perjuangan menarik minat calon bermutu memasuki forum pendidikan guru selama faktor status guru tidak sanggup diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap profesi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada waktu ini sekolah terutama dikelola pemerintah.

Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru menyerupai di atas yang mengakibatkan calon guru kurang mempunyai motivasi yang kuat. Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai calon guru kini sebetulnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak menunjukkan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup, atau efek yang luas. Oleh karena itu hingga ketika ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun kiprah guru itu mulia, namun tidak memberi laba materi.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka agaknya repot bagi pendidikan guru untuk menangkis serangan atau kritik wacana mutu lulusannya. Masyarakat mengeluh anak-anaknya diajar oleh guru yang kurang bermutu. Di sisi lain, LPTK mengkhawatirkan semakin merosotnya minat calon mahasiswa yang ingin menjadi guru. Keluhan masyarakat dan kekhawatiran perguruan tinggi tersebut pada karenanya beralamatkan kepada pemerintah juga.

Sampai kini tanggapan yang memuaskan terhadap permasalahan guru dan mutu pendidikan masih dicari dan diupayakan. Mungkin bisa dicoba untuk membatasi jumlah masukan ke pendidikan guru sebatas jumlah minimal agenda studi masih bisa memenuhi syarat. Jika masukan sudah amat terbatas, maka lulusan juga amat terbatas, sehingga jumlah pencari kerja di bidang pendidikan makin berkurang, hingga pada suatu titik di mana terdapat kekurangan guru lagi. Sedangkan yang ada kini mudah-mudahan dalam jangka waktu tertentu bisa diangkat, walaupun sebagai guru bantu.

Sampai ketika ini memang sudah banyak kebijakan dan taktik untuk memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh honor guru masih relatif rendah, sepertinya tidak gampang meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh alasannya ialah itu, kalau kita benar-benar mau meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru secepatnya diperbaiki.

Dengan demikian untuk membuat potensi guru yang baik, maka harus diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karana hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan ialah dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian seorang guru biar bias diterima siswa yang nantinya akan membuat suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bias mendapatkan pembelajaran yang guru sampaikan, dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat.

Dengan melihat paparan yang sudah dijelaskan tersebut di atas, serta melihat perolehan hasil mencar ilmu matematika SDN Sukamulya II Kec. Pangatikan Kab. Garut di Kelas IV yang masih jauh dari hasil mencar ilmu yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan yaitu dengan perolehan hamper 60 % siswa mendapatkan hasil mencar ilmu yang masih kurang. Dengan demikian, penulis mencoba melaksanakan penelitian terhadap siswa terhadap mekanisme mencar ilmu mengajar yaitu dengan memakai kajian meningkatkan kemampuan memahami perkalian cara susun pada siswa kelas IV SDN Sukamulya II dengan metode demontrasi .

2. Mata Pelajaran IPS         PTK Matematika SD Kelas 4

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB hingga SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan denganisu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,peserta didik diarahkan untuk sanggup menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan tiba penerima didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk membuatkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut dibutuhkan penerima didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.


Adapun tujuan mata pelajaran IPS yaitu biar penerima didik mempunyai kemampuan sebagai berikut.
  • Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
  • Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.
  • Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
  • Memiliki kemampuan berkomunikasi, berhubungan dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah salah satu bidang studi yang rumit, karena ruang lingkupnya sangat luas dan merupakan adonan dari ilmu-ilmu sosial, menyerupai geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi. IPS memfokuskan perhatiannya pada peranan insan dalam masyarakat terutama dalam situasi global ketika ini.

Dalam implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu dengan cara memakai srategi pengajaran konsep untuk membantu kelancaran pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti melaksanakan pengamatan secara pribadi terhadap proses pada pembelajaran. Dari setiap pengamatan selanjutnya dilakukan refleksi dan analisis setiap tindakan untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan.

Dalam rangka mencapai impian menyerupai itulah dalam aktivitas mencar ilmu ini dikemukakan salah satu alternatif dari segi perencanaan, yaitu dengan upaya memotivasi siswa  dalam pembelajaran kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungan anak melalui penguatan ekspresi dan non verbal. Dengan memakai metode ini dibutuhkan siswa sanggup termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dengan tujuan meningkatkan volume pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran dibutuhkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis sanggup merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Mata Pelajaran Matematika
  • Bagaimana cara meningkatkan kemampuan memahami perkalian pada siswa ?
  • Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran matematika ?
  • Bagaimana cara meningkatkan hasil mencar ilmu siswa pada mata pelajaran matematika?

2. Mata Pelajaran IPS
  • Bagaimana cara memotivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan biar pembelajaran bisa dipahami secara merata ?
  • Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS ?
  • Apakah pertolongan penguatan ekspresi dan non ekspresi sanggup meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS ?
    

C. Tujuan Penelitian PTK Matematika SD Kelas 4

Adapun tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut :

 1. Mata Pelajaran Matematika
  • Meningkatkan penguasaan perkalian pada siswa.
  • Meningkatkan proses pembelajaran Mata Pelajaran Matematika.
  • Meningkatkan hasil pembelajaran siswa.
2. Mata Pelajaran IPS
  • Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan biar pembelajaran bisa dipahami secara merata.
  • Meningkatkan proses mencar ilmu mengajar pada Mata Pelajaran IPS.
  • Meningkatkan pemahaman siswa dalam mencar ilmu dengan metode pertolongan penguatan ekspresi dan non verbal.

D. Manfaat Penelitian

        Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini ialah sebagai berikut :
  • Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka sanggup menunjukkan pengalaman gres bagi penulis, serta sanggup meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya Matematika, sehingga pengalaman ini sanggup didesain sedemikian rupa sehingga sanggup diterapkan pada Mata Pelajaran lain.
  • Bagi Kepala Sekolah dan Guru, sanggup dijadikan media motivasi untuk sanggup dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di Sukamulya II, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
  • Bagi siswa, sanggup menunjukkan kesan bahwa mencar ilmu IPS itu gampang dan menyenangkan serta sanggup menunjukkan wawasan materi pembelajaran.
  • Bagi pembaca, sanggup dijadikan acuan atau materi pembelajaran dalam upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK Matematika SD Kelas 4 IV Penelitian Pendidikan
 tak hnya ptk ini saja yang saya berikan di blo ini PTK Matematika SD Kelas 4 Penelitian Tindakan Kelas

0 Response to "Ptk Matematika Sd Kelas 4 Penelitian Tindakan Kelas"

Post a Comment