Kemukjizatan Al-Quran Dari Aspek Isyarat Ilmiyah
Selain keistimewaan pada kebahasaan, Al-Qur`an juga memiliki isyarat-isyarat ilmiyah yang sebagian ulama menganggap sebagai bentuk kemukjizatan Al-Qur`an. Diantara isyarat-isyarat itu yaitu bagaimana Al-Qur`an berbicara wacana reproduksi manusia.
Selain keistimewaan pada kebahasaan, Al-Qur`an juga memiliki isyarat-isyarat ilmiyah yang sebagian ulama menganggap sebagai bentuk kemukjizatan Al-Qur`an. Diantara isyarat-isyarat itu yaitu bagaimana Al-Qur`an berbicara wacana reproduksi manusia.
Setidaknya ada beberapa ayat yang menjelaskan proses bencana insan yang berasal dari Nutfah (air mani), yaitu surat Al-Qiyamah (75:36 -39):
Artinya:
- 36. Apakah insan mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?
- 37. Bukankah beliau dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
- 38. Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, kemudian Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,
- 39. Lalu Allah mengakibatkan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.
Surat An-. Najm (53: 45-46):
Artinya:
- 45. Dan sesungguhnya Dialah yang membuat berpasang-pasangan laki-laki dan wanita.
- 46. Dari air mani, apabila dipancarkan
Surat Al-Waqi’ah (56: 58-59)
- 58. Maka Terangkanlah kepadaku wacana nutfah yang kau pancarkan.
- 59. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?
Ayat-ayat di atas pada zaman modern sesuai dengan inovasi para andal genetika bahwa air mani yang menyembur dari laki-laki mengandung 200.000.000 lebih sel sperma yang salah satu darinya akan menembus rahim dan membuahi ovum. Dalam konsep tersebut bahwa sel sperma memiliki kromosum yang dilambangkan hurup XY, sedangkan perempuan XX.
Apabila sel sperma yang berkromosum X lebih lebih banyak didominasi maka akan lahir perempuan sedang apabila yang lebih lebih banyak didominasi Y maka akan lahir laki-laki. Barang kali inilah klarifikasi sementara wacana warta ayat ke 39 surat Al-Qiyamah. Kemudian sesudah ovum terbuahi akan menjadi zigot atau yang dalam ayat ke 38 disebut ‘Alaqoh.
Selain itu, Al-Qur`an juga mengisyaratkan wacana bencana alam semesta, bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan menyerupai digambarkan dalam QS. Al-Anbiya`21: 30.
Artinya:
- Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui sesungguhnya langit dan bumi itu keduanya dahulu yaitu suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Pada tahun 1929 Edwin P. Hubbel (1889-1953) mengadakan observasi yang menunujukkan adanya pemuaian alam semesta. Hal ini sesuai dengan QS. Azdariyat ayat 57 bahwa alam semesta berekspansi bukan statis sebagaimana diduga Enstin. Ekspansi itu melahirkan sekitar seratur milyar galaksi yang masing-masing memiliki 100 milyar bintang.
Pada awalnya semua benda-benda langit tersebut merupakan gumpalan gas padat terdiri dari proton dan neutron yang memiliki kisaran secara teratur, dan pada derajat temperature tertentu gumpalan tersebut meledak yang proses ini lazimnya disebut Big Bang.
Diantara arahan ilmiyah lain yaitu gunung. Secara eksplisit kata gunung dalam Al-Qur`an disebutkan sebanyak 39 kali dan secara implisit terdapat 10 kali. Dari 49 ayat tersebut 22 diantaranya menggambarkan gunung sebagai pasak atau pancang bumi. Misalnya dalam surat An Naba` 78:7
Artinya:
- Dan gunung-gunung sebagai pasak.
Begitu juga dalam QS. 13:3, 15:19, 16:15, 21:31, 27:61, 31:10, 50:7, 77:27 dan 79:32.
Fakta-fakta mengenai gunung, gres tersingkap oleh para pakar pada simpulan tahun 1960-an, bahwa gunung memiliki akar, dan peranannya dalam menghentikan gerakan menyentak horizontal lithosfer, gres sanggup difahami dalam kerja teori lempengan tektonik(plate tetonics). Hal ini sanggup dimengerti alasannya yaitu akar gunung mencapai 15 kali ketinggian di permukaan bumi sehingga bisa menjadi stabilisator terhadap goncangan dan getaran.
Lebih lanjut Airy(1855) menyampaikan bahwa lapisan di bawah gunung bukanlah lapisan yang kaku melainkan gunung itu mengapung pada lautan bebatuan yang lebih rapat. Namun demikian massa gunung yang besar tersebut diimbangi defisiensi massa dalam bebatuan sekelilingnya di bawah gunung dalam bentuk akar.
Akar gunung menawarkan topangan buoyancy serupa dengan semua benda yang mengapung. Ia menggambarkan kerak bumi yang berada di atas lava sanggup dibandingkan dengan kenyataan sehari-hari yaitu menyerupai rakit kayu yang mengapung di atas air, dimana permukaan rakit yang mengapung lebih tinggi dari permukaan lainnya juga memiliki permukaan yang lebih dalam. Dengan demikian permukaan bumi tetap dalam Equilibrium Isostasis, artinya bawa permukaan bumi berada dalam titik keseimbangan jawaban perbedaan antara Volume dan daya grafitasi.
Masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmiyah yang disinggung Al-Qur`an contohnya wacana bencana awan, sistem kehidupan lebah, tumbuhan-tumbuhan yang berklorofil dan seterusnya, yang semua itu merangsang terhadap adanya pembuktian-pembuktian secara empiris dan rasionalis.
Dan semakin bukti-bukti itu terkuak semakin nyatalah kebenaran Al-Qur`an bahwa ia bukan buatan Muhammad. Bagaimana mungkin seorang Muhammad yang 14 kala silam tak mengenal pendidikan tidak bisa baca-tulis bisa menjelaskan hal itu semua.
Pertanyaan selanjutnya yaitu bagaimana posisi kebenaran ilmiyah terhadap isyarat-isyarat ilmiyah Al-Qur`an?. Satu hal yang harus dipahami yaitu bahwa Al-Qur`an bukanlah buku kumpulan teori ilmiyah, ia lebih merupakan suatu petunjuk untuk menuju pada tujuan yang benar. Apabila kita menganalisa sedikit ayat-ayat diatas bahwa Al-Qur`an tidak hanya berhenti pada arahan ilmiyah tetapi lebih pada bagaimana sesudah insan itu memahami dan mengerti terhadap isyarat-isyarat ilmiyah tersebut.
Adapun ke-ilmiyah-an Al-Qur`an hanya sebatas juklak semoga tujuan-tujuan Tuhan lebih komunikatif dan efektif. Sehingga ada perbedaan fundamental atas ke-ilmiyah-an Al-Qur`an dan “ke-ilmiyah-an” dalam pengetahuan manusia.
Sehingga sanggup di analogkan ke-ilmiyah-an Al-Qur`an yaitu peta dan “ke-ilmiyah-an” insan yaitu proses penelusuran jejak-jejak tersebut, oleh balasannya hanya bersifat justifikasi andaikata benar. Sebab sevalid apapun ke-ilmiyah-an insan ia tetap tunduk pada hukum-hukum dan teori-teori ke-probabilitas-an insan yang notabene bersifat serba terbatas. Kemukjizatan Al-Quran Dari Aspek Isyarat Ilmiyah
0 Response to "Kemukjizatan Al-Quran Dari Aspek Arahan Ilmiyah"
Post a Comment