Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads Together)

A. Tinjuan  Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Pembalajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa balajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa dengan kemampuan atau intelegensi yang heterogen. Makara dalam pembelajaran kooperatif ini siswa bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemamapuan rendah, sedang dan tinggi untuk bertukar pikiran dalam memcahkan problem ( Muclich, 2007).


Selanjutnya, berdasarkan Lie (2002) pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur dimana dalam menuntaskan kiprah kelompok, setiap anggota saling berhubungan dan membantu untuk memahami suatu materi pelajaran. Belajar belum tamat kalau salah satu dari sahabat dalam,kelompok belum menguasai materi pelajaran. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Roger dan David Johnson dalam Lie (2002) menyampaikan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur model pembelajaran yang harus diterapkan yaitu:


1.    Saling ketergantungan positif
keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada suatu perjuangan setiap individu. Untuk mencapai kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun kiprah kelompok yang menuntut siswa kolaborasi dan beriteraksi sehingga setiap anggota harus menyelesaikam tugasnya biar semua siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Selanjutya, pengajar akan mengevaluasi siswa, dengan cara ini setiap siswa mau tidak mau setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk menuntaskan tugasnya biar semua siswa bisa berhasil.

2.    Tanggung jawab perseorangan
pengajar yang efektif dalam pembelajaran cooperative learning akan menciptakan persiapan dan menyusun kiprah untuk setiap kelompok sehingga menjadi masing-masing aggota kelompok harus melakukan tanggung jawabnya sendiri biar kiprah berikut sanggup dilaksanakan. Siswa yang tidak melakukan tugasnya akan diketahui dengan terperinci dan mudah. Anggota dalan suatu kelompok akan menuntutnya untuk melakukan kiprah biar tidak terhambat siswa yang lainnya. 

3.    Tatap muka
setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memeberikan kesempatan kepada penerima didik untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini yakni menghargai perbedaan, memanfaatnya kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

4.    Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki biar para pembelajar dibekali dengan banyak sekali keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada ketersediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dalam mengutarakan pendapat mereka. 

5.    Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kolaborasi mereka selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih aktif.

B. Tinjuan  Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru memakai struktur empat (4) langkah sebagai berikut:

1.    Penomoran
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 hingga 5.

2.    Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertayaan kepada siswa. Pertanyaan sanggup bervariasi. Pertanyaan sanggup bersifat spesifik dalam bentuk kalimat Tanya.

3.    Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap tanggapan pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam teamnya mengetahui tanggapan itu.

4.    Menjawab
Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan, untuk seluruh kelas.

 Model ini mengacu kepada mencar ilmu kelompok. Anggota team memakai lembar acara atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menutaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran dan memecahkan suatu problem melalui diskusi.


C. Pengelolaan Kelas cooperative learning 

Pengelolaan kelas cooperative learning bertujuan untuk membina pembelajaran dalam membuatkan kolaborasi dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Ada tiga hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas cooperative learning, yakni pengelompokan, semangat kooperatif dan dan penataan ruang kelas (Lie, 2007).

1. Pengelompokan
Pengelompokan heterogenitas atau keragaman merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam pembelajaran kooperatif learninng. Kelompok heterogenitas bisa bentuk dengan memperhatikan keanekaragaman kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis rendah.       

2. Semangat Gotong Royong
Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran kelompok perlu memiliki semangat gotong royong. Semangat tolong-menolong ini bisa dirasakan membina niat kiat siswa dalam bekerja sama.

3. Penataan Ruang Kelas 
Ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa shingga menunjang pembelajaran cooperative learning. Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus diadaptasi dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:
  1. Ukuran ruang kelas
  2. Jumlah siswa 
  3. Tingkat kedewasaan siswa
  4. Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan kemudian lalangnya siswa
  5. Toleransi masing siswa terhadap kegaduhan dan kemudian lalangnya siswa lainnya
  6. Pengalaman guru dalam melakukan metode pembelajaran kooperatif learning
  7. Pengalaman siswa dalam melakukan metode pembelaaran kooperatif learning.

Dalam metode pembelajaran cooperative learning, penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu, dingklik perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru, papan tulis dan teman-teman kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa erat satu sama lain, tetapi tidak mengganggu kelompok  yang lain.


D. Ketuntasan Belajar

Belajar tuntas merupakan taktik pembelajaran yang sanggup dilaksanakan dari dalam kelas, dengan perkiraan bahwa didalam kondisi yang sempurna semua penerima didik akan bisa mencar ilmu dengan baik dan memperoleh hasil mencar ilmu secara maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari (Mulyasa, 2002).
Tujuan proses mengajar-belajar secara ideal yakni biar materi yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid. Ini disebut Mastery Learning atau mencar ilmu tuntas, artinya penguasaan penuh (Nasution, 1995).

Ketuntasan mencar ilmu sanggup dilihat secara kelompok atau secara perorangan, secara kelompok, ketuntasan mencar ilmu dinyatakan telah dicapai kalau sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah memenuhi kinerja ketuntasan mencar ilmu yang secara kelompok. Secara perorangan, ketuntasan mencar ilmu telah dinyatakan terpenuhi kalau seseorang (siswa) telah tercapai taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap materi yang dipelajarinya.

Faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan Belajar
Ketuntasan mencar ilmu dipengaruhi oleh daya serap siswa, dimana daya serap pada umumnya dipengaruhi oleh dua fakror yang dikemukakan oleh Pasaribu dan Simanjuntak dalam Pradita (2009) yaitu: 
  • Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu siswa sendiri yang mencakup faktor fisik maupun mental yang ikut memilih dan mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang dalam mencar ilmu ibarat kematangan, kondisi jasmani, keadaan alat indera, perilaku batin dan minat.
  • Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang juga memepengaruhi berhasil tidaknya dalam mencar ilmu mencakup penghargaan dan hadiah.

Menurut Ibrahim dan Benny dalam Pradita (2009) ada beberapa langkah atau cara yang sanggup dilakukan dalam pengajaran antara lain: 
  • Dalam mencar ilmu hendaknya guru memakai metode mencar ilmu yang bervariasi lantaran dengan variasi  tersebut diharapkan bebarapa perbedaan kemampuan siswa sanggup terlayani.
  • Guru hendaknya memperlihatkan materi pelajaran pemanis kepada belum dewasa yang bakir untuk mengimbangi kepandaiannya dan memperlihatkan pemberian atau bimbingan khusus kepada belum dewasa yang lamban dalam belajar.
  • Pemberian tugas-tugas hendaknya diadaptasi dengan minat dan kemampuan anak.
Untuk diharapkan perencanaan yabg baik yaitu ketetapan pengguanaan model pembelajaran yang dipilih oleh guru. Tujuannya biar siswa sanggup berperan aktif antar sesamanya dan sanggup meningkatkan penguasaan meraka terhadap konsep yang sulit.
 
E. Kerangka Berfikir

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) siswa memakai lembar kerja serta diberikan kesempatan untuk terlibat pribadi dalam megolah info sehingga siswa sanggup saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan problem yang efektif dan berhubungan untuk memahami materi pelajaran.

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numberd Heads Together) yakni lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Penyampaian materi biologi melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan teknik yang baik dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dan berfikir kritis lantaran siswa diberikan kesempatan untuk mencari sendiri pemecahan problem dengan kerjasama kelompok sehingga mereka lebih gampang memahami materi. Untuk meningkatkan ketuntasan mencar ilmu siswa yang optimal terhadap pelajaran biologi perlu dilakukan proses mencar ilmu yang lebih baik dengan memperhatikan perkembangan anak didik dan sarana penunjang, salah satu upaya tersebut yakni dengan memgoptimalkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan teknik yang baik dalam merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Makara dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) sanggup meningkatkan ketuntasan mencar ilmu siswa.

Daftar Pustaka

Lie. A. 2002. Kooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia.

Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rineka Rosda Karya.
Nasution, 1995. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

0 Response to "Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads Together)"

Post a Comment