Lulus Tanpa Nganggur

Lulus Tanpa Nganggur - PENGANGGURAN BERPENDIDIKAN Pengangguran merupakan fenomena yang tidak akan habis dibicarakan sepanjang masa. Berbgai macam cara yang dilakukan untuk mengikis habis pengangguran baik oleh individu-individu, instansi pendidikan maupun sistem pemerintahan.


Lulus Tanpa Nganggur -Menurut logika yang paling universal, langkah yang paling efektif untuk memerangi pengangguran ialah dengan menjadi kaum terpelajar. Dengan harapan semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin besar pula peluang untuk tidak nganggur. Akan tetapi permasalahannya ialah bahwa realita di lapangan pertanda aturan yang sebaliknya. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula peluangnya untuk menganggur.

 “Seorang sarjana tanpa pengalaman organisasi, seorang sarjana tanpa skil, seorang sarjana tanpa pengalaman dunia nyata, seorang sarjana tanpa mental prima, dan seorang sarjana tanpa kreatifitas ialah PENGANGGURAN.

Kata-kata di atas merupakan sebuah kutipan pidato yang disampaikan oleh pemilik buku ini, menyatakan bahwa seorang sarjana pun bisa menjadi pengangguran yaitu pengangguran berpendidikan. Walaupun sudah mempunyai ijazah akan tetapi belum mempunyai pekerjaan. Ijazah yang selalu kita lampirkan sebagai syarat melamar pekerjaan selalu ditolak oleh instansi perusahaan. Hal ini disebabkan lantaran ia hanya melampirkan ijazah kelulusan saja. Ia tidak mempunyai keterampilan dan skill dalam bidang-bidang tertentu. Selain itu juga belum mempunyai pengalaman kerja, hal itu diperparah dengan wawasannya yang sempit, terbatas pada jurusan yang diambil. Dan hal itupun dipicu lantaran semasa kuliah ia sama sekali tidak meluangkan waktu sedikitpun untuk mengerjakan sesuatu selain hadir di kampus, pulang ke kos dan jalan-jalan

Dan ketika fenomena ini terjadi siapakah yang patut disalahkan? Dalam hal ini tidak ada yang salah. Kita sudah belajar, orang bau tanah sudah membiayai kita, mengarahkan anaknya menjadi orang yang berpendidikan, kita sudah mempunyai IP yang tinggi, dosenpun telah melaksanakan tugasnya untuk mengajar kita. Dan kita semua yakin bahwa prestasi yang baik ialah jaminan kesuksesan. Akan tetapi di dunia faktual ini, tidak cukup hanya dengan prestasi akademik yang bagus, melainkan juga prestasi di luar kampus mirip pengalaman kerja, skill dan lain-lain.

Dunia pendidikan ini menghasilkan dua macam yaitu:  Lulus Tanpa Nganggur
  • Cendekiawan, produk dunia pendidikan yang mengimplementasikan ilmu yang didapatkan di kampuske dalam dunia nyata. Di sini ia bisa memanfaatkan kemampuannya untuk menunjang kehidupan pribadinya bahkan menolong orang lain.
  • Sarjana, produk dunia pendidikan yang mempunyai ilmu yang mumpuni tapi tidak bisa mempraktekan ilmu yang ia miliki di dunia nyata, sehingga ia tak kuasa menunjang kehidupannya apalagi membantu orang lain.     

Kita ketahui bahwa ilmu dan skill yang bersifat simpel lebih banyak diajarkan di acara D1, D2 dan D3. Sedangkan di S1 tidak ada yang mengajarkan hal itu. Sedangkan ilmu dan skill yang simpel inilah yang diharapkan dan sangat mempunyai kegunaan dalam  mengarungi dunia nyata. Sehingga bisa dipahami bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan kita maka tingkat penguasaan keilmuan dan skill yang simpel semakin kecil. Dan dengan demikian tingkat kemungkinan untuk menjadi pengangguran menjadi semakin tinggi. Seolah-olah ada aturan yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin sempit pula lahan pekerjaannya. Seseorang yang lulusan sarjana menjadi pengangguran berpendidikan dalam waktu yang usang tapi disisi lain lulusan SLTP tidak begitu sulit menemukan ladang mencari nafkah.

Sesungguhnya bila seorang sarjana diminta untuk menyebutkan banyak sekali macam lapangan pekerjaan yang ada di sekitarnya, ia dengan lancar dan fasih menyebutkan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus lapangan pekerjaan. Tapi ia sendiri pengangguran. Kalau hanya menyebutkan banyak sekali macam lapangan pekerjaan, anak SD saja mampu. Tapi merealisasikannya bukanlah sesuatu hal yang mudah.

Fakta di lapangan selalu pertanda bahwa apabila suatu perusahaan membuka lowongan pekerjaan selalu saja dibanjiri oleh pelamar. Kalau dikalkulasi, perbandingan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dengan orang yang mencari lapangan pekerjaan sangat tidak seimbang.

Banyak sekali dijumpai orang-orang yang dari segi strata pendidikan sangat rendah, tapi ia mempunyai kedudukan selayaknya orang yang berpendidikan tinggi.

Kenapa mereka bisa melakukannya? Apakah mereka pada awalnya mempunyai skill tersebu?
Pada awalnya mereka sama sekali tidak mempunyai skill, tapi mereka berfikir bahwa hal tersebut ialah peluang yang mungkin untuk ditekuni. Akhirnya mereka menekuni bidang tersebut sambil senantiasa membuatkan diri hingga akhirnya sanggup menguasai skill layaknya spesialisasi seorang sarjana atau bahkan lebih.

Selama berpuluh-puluh tahun banyak sekali universitas dan perguruan tinggi mencetak orang-orang yang mempunyai pola pikir dan perilaku “ingin menjadi pegawai” sehingga sangat masuk akal kalau hingga ketika ini di Indonesia banjir para pencari lowongan pekerjaan. Hal ini bisa dijadikan contoh bahwa pendidikan perguruan tinggi di Indonesia dibangun untuk mencetak orang-orang yang mempunyai kemampuan hebat, pandai, kompetitif, tetapi bermental kamus, hanya bermanfaat kalau ada pihak lain yang membutuhkan. Mereka seakan-akan terprogram oleh pendidikan untuk mempelajari sesuatu yang telah ada dan melaksanakan hal yang sudah ada. Makara tidak kreatif dengan mempelajari suatu yang sudah ada untuk minimal memodifikasi yang telah ada itu. Hal ini disebabkan lantaran kreatifitas aliran mereka sudah terjajah oleh dunia pendidikan, mereka sudah sangat sulit untuk memikirkan bagaimana menjalani kehidupan selain kehidupan yang berorientasi pada gaji.

Kampus atau forum pendidikan penjajah kreatifitas otak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Lulus Tanpa Nganggur
  • Ia mendidik para anak didiknya untuk menjadi orang yang berpendidikan tapi bermental tempe. Maksudnya ialah orang yang tidak mengetahui kalau ia tidak tahu, orang mirip ini dibutakan oleh gelar yang diperoleh dari forum pendidikan sehingga ia tidak menyadari ketidaktahuannya terhadap segala sesuatu di luar konteks yang telah ia pelajari di dunia pendidikan. “masa’ sih seorang sarjana yang mempunyai konteks aliran luas dan kemampuan skill yang tinggi melaksanakan pekerjaan mirip itu”. Nah orang berpendidikan yang mempunyai pola pikir yang mirip itulah yang dikatakan sebagai orang yang bermental tempe.
  • Ia mendidik para anak didiknya untuk menjadi orang bermental kamus. Dalam file otaknya banyak sekali tersimpan data. Ia pandai, tapi tidak akan mempunyai kegunaan kalau tidak ada orang yang memanfaatkannya.  

a. Berdasarkan tingkat pendidikan, pengangguran diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: 
  • Pengangguran berpendidikan ialah orang-orang yang menganggur sedangkan mereka telah mengenyam pendidikan formal tingkat SLTA atau selebihnya. Hal ini disebabkan karena, pertama, ketidaktersediaan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Kedua, kemalasan. Ketiga, wawasan dan konteks yang sempit. Keempat, gengsi yang tidak pada tempatnya.
  • Pengangguran yang tidak berpendidikan, ialah mereka yang belum mengenyam pendidikan formal yang memadai. Hal ini disebabkan lantaran pertama, ketidaktersediaan lapangan pekerjaan. Kedua, malas. Ketiga, tidak mempunyai wawasan.


b. Pengangguran berdasarkan penyebabnya adalah: Lulus Tanpa Nganggur
  • Pengangguran konjungtur ialah pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya perekonomian suatu Negara. Contohnya, kalau Indonesia mengalami perekonomian yang menurun maka banyak perusahaan yang melaksanakan PHK pada karyawan secara masal.
  • Pengangguran structural ialah pengangguran yang disebabkan oleh berubahnya struktur ekonomi suatu Negara. Contohnya, pada mulanya Indonesia dikenal sebagai Negara agraris, dimana pendudukannya banyak yang mata pencahariannya sebagai petani, ketika pemerintah merubah perekonomian menjadi perekonomian berbasisi industry, maka secara otomatis banyak menggusur lahan pertanian , hasilnya banyak para petani yang kehilangna pekerjaannya dan menjadi pengangguran.
  • Pengangguran friksional ialah pengangguran yang disebabkan lantaran tidak adanya kesesuaian anatar skill yang dimiliki dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.
  • Pengangguran musiman ialah pengangguran yang disebabkan oleh efek pergantian musim. Contohnya, seorang bekerja sebagai tenaga Rajang tembakau. Di mana ia hanya bekerja pada ketika demam isu tembakau saja. Sedangkan ketika demam isu panen tembakau telah usai, maka ia akan kembali menjadi pengangguran.
  • Pengangguran teknologi ialah pengangguran yang disebabkan oleh digantinya tenaga manual denagn tenaga mekanik teknologi  tinggi.
  • Pengangguran deflasioner ialah pengangguran yang disebabkan oleh terlalu banyaknya orang yang mencari pekerjaan dibandingkan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.

c.    Pengangguran berdasarkan sifat rentang waktu yaitu: Lulus Tanpa Nganggur
  • Pengangguran terbuka ialah orang yang tidak bekerja sama sekali. Pengangguran jenis ini dilakukan oleh mereka yang pekerjaannya hanya membisu di rumah tanpa melaksanakan aktifitas sedikitpun.
  • Pengangguran setengah ialah orang yang terkadang bekerja dan terkadang menganggur. Bisa diartikan juga orang tersebut mempunyai pekerjaan tertentu tapi tidak maksimal lantaran ia masih mempunyai hari menganggur.
  • Pengangguran terselubung ialah orang yang sudah mempunyai pekerjaan tetap  tetapi tidak ada pekerjaan yang sanggup ia lakukan.

d.    Penyebab-penyebab utama pengangguran yaitu: Lulus Tanpa Nganggur
 
1)    Ketidaktersediaan lapangan pekerjaan
Pada waktu tertentu di suatu tempat bisa terjadi suatu keadaan di mana orang tidak bisa menemukan lapangan pekerjaan sama sekali, otomatis tidak aka ada kegiatan tidak ekonomi. Kalau tempat kita memang terjadi suatu kondisi di mana perekonomian memang benar-benar tidak bisa diandalkan untuk menopang hidup, terlepas kau orang yang berpendidikan atau tidak maka hijrahlah keluar daerah. Niscaya akan kau dapatkan pekerjaan.
 
2)    Gengsi akademis
Ketika orang-orang sukses merasa bahwa pekerjaan yang paling rendah sekalipun sesuai dengan posisi mereka dan tidak gengsi melakukannya, apakah kita yang IP-nya pas-pasan, skill pas-pasan, wawasan pas-pasan dan masih menjadi pengangguran berpendidikan. Masih pantas untuk menyampaikan “pekerjaan itu tidak cocok untuk saya”.?
 
3)    Factor kemalasan   
Suatu hal yang menimbulkan seseorang menjadi pemalas ialah ketidakadaan motivasi dalam dirinya. Olaeh lantaran itu, semoga terhindar dari kemalasan kita harus senantiasa mempunyai motivasi diri. Ada sebuah rumus semoga semangat diri senantiasa menggelora dalam jiwa. Yakni kita dianjurkan untuk membuat sasaran prestasi jangka panjang dan jangka pendek.
 
Salah satu hal yang bisa menghilangkan kemalasan diri ialah dengan bersilaturrahmi. Setiap orang senantiasa mempunyai aura yang terpancar dari tubuhnya. Aura yang terpancar tersebut sesuai dengan kondisi kejiwaan dan kepribadiaan masing-masing individu. Dan aura yang terpancar tersebut turut mensugesti orang-orang yang berada di sekitarnya.
 
Di sinilah pentingmya arti silaturrahmi dengan orang-orang yang mempunyai semangat tinggi. Ketika kita bersilaturahmi dengan mereka, maka kita juga akan ketularan semangat dan motivasi mereka yang terpancar dari aura tubuhnya. Tentu saja hal itu secara sedikit demi sedikit bisa mengurangi kemalasan yang bersemayam di dalam diri kita. Bahkan tidak menutup kemungnkinan bisa melenyapkan sama sekali.
 
4)    Tidak mempunyai wawasan
Orang yang tidak mempunyai wawasan, tidak mempunyai kenalan alias kuper, gaptek, ialah salah satu sumber malapetaka kehidupan pada zaman ini. Terkadang pekerjaan itu ada banyak sekali di sekeliling kita, tapi lantaran ketidaktahuan atau mungkin lantaran menutup diri, kita merasa bahwa seakan-akan tidak ada satu pun lowongan pekerjaan di sekitar kita.

Bukanlah suatu hal yang hina ketika ada seorang sarjana pemerintahan sambil mencari momentum untuk menjadi birokrat ia menjadi pedagang kaki lima. Bukanlah suatu hal yang hina ketika ada lulusan PGSD menjadi penjual angkringan sembari mencari lowongan menjadi PNS. Bukanlah suatu keniscayaan seorang sarjana ekonomi menjadi tukang basuh sembari mencari investor untuk konsep bisnis yang ia miliki. Tapi yang terang ketika seorang sarjana menjadi pengangguran, maka perlu dipertanyakan kesarjanaannya. Yang pada dasarnya ialah mau bekerja keras.
 

d.    Kreativitas Dan Pengaruhnya Terhadap Kesuksesan - Lulus Tanpa Nganggur

Perlu kita ketahui bahwa kreatifitas bukanlah kepandaian. Kreatifitas ialah kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru, atau untuk memodifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih secara manfaat. Sedangkan kepandaian ialah kemampuan untuk menyimpan sesuatu dalam file otak.

Makna kesuksesan sangat luas dan relative sesuai dengan posisi masing-masing. Ukuran kesuksesan juga diukur dari posisi masing-msaing. Seseorang dikatakan sukses ketika telah sanggup melaksanakan sesuatu tapi belum tentu bisa dikatakan sukses ketika hal itu dilakukan oleh orang lain yang posisinya berbeda. Ciri-ciri orang kreatif adalah:
  • Mereka yang selalu bisa menemukan solusi dalam setiap permasalahan yang mereka hadapi.
  • Mereka yang bisa melaksanakan modifikasi ide.
  • Mereka yang tidak mudah jenuh.
  • Mereka yang bisa memperlihatkan pencerahan dalam setiap kebuntuan.
  • Mereka yang mempunyai semangat hidup.
  • Mereka yang selalu aktif dan dinamis.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika kita ingin menjadi orang yang kreatif. Pertama, jangan membatasi kemampuan otak dan jangan menimbulkan sesuatu yang sudah baku sebagai kebenaran atau kesalahan yang mutlak. Semuanya tidak ada yang bersifat mutlak, segala sesuatu masih bersifat mungkin.

Dalam  kajian mahasiswa ideal, saya kategorikan mahasiswa menjadi beberapa macam, antara lain:
  1. Mahasiswa kumlaud, ialah mahasiswa yang mempunyai IP 3,5 keatas. Biasanya mahasiswa macam ini bisa menuntaskan studinya dalam waktu empat tahun kurang,
  2. Mahasiswa nyasar, ialah mahasiswa yang mempunyai impian, punya cita-cita, tapi ia tidak mempunyai arah aliran yang jelas. Ia tidak bisa membedakan mana jurusan dan spesifikasi kuliahnya. Ia kuliah mengalir apa adanya. Biasanya mahasiswa semacam ini yang banyak menentukan untuk pindah jurusan dipertengahan kuliah atau bahkan pindah kampus.
  3. Mahasiswa setengah, ialah mahasiswa yang kuliahnya hanya dijadikan factor pendukung orientasi utamanya. Biasanya mahasiswa macam ini jarang kuliah, lantaran ia cenderung sibuk dan condong pada pegangan utamanya. Makara ia kuliah bukan lantaran keilmuan di kuliah melainkan untuk keseimbangan status.
  4. Mahasiswa asal dibagi menjadi dua macam:
  5. Karena budaya, contoh: seorang yang seluruh keluarganya berpendidikan. Ia mempunyai keluarga besar berpendidikan. Budaya dalam keluarganya ialah minimal S1 dan atas dasar inilah ia kuliah. Ia kuliah hanya untuk memenuhi kewajiban budaya.
  6. Karena kedudukan orang tua, contoh: seorang yang orang tuanya terkaya di daerah. Oleh lantaran itu ia mempunyai gengsi yang tinggi. Ia berfikir bahwa orang bergengsi ialah orang yang kuliah di kampus dan jurusan bergengsi pula. Akhirnya ia kuliah di universitas bergengsi dan menentukan jurusan yang paling mahal tanpa memperhatikan kemampuan dan prestasi diri.
  7. Mahasiswa setengah, ialah mahasiswa yang hanya memikirkan kesenangan sesaat saja. Ia sama sekali tidak mempunyai orientasi ke depan . predikat mahsiswanya hanya dijadikan tameng semoga senantiasa bisa mendapat kesenangan dari kiriman orang tua.
  8. Mahasiswa berprestasi, ialah mahasiswa yang mempunyai dua criteria, yaitu berprestasi di kampus dan memilki kegiatan positif di luar kegiatan akademis.
  9. Mahasiswa ideal, ialah mahasiswa yang memenuhi tiga syarat sebagai berikut yaitu, berprestasi di kampus , ia telah memilki penghasilan sendiri dan berkarya bagi masyarakat. Kenapa mahasiswa ideal harus memenuhi tiga syarat tersebut?

Alasan pertama, lantaran amanat diri. Orang pergi menuntut ilmu menjadi mahasiswa itu menyerupai orang pergi berburu ke hutan. Jika mahasiswa di ibaratkan mirip pemburu, maka kampus menyerupai hutan, tempat di mana banyak binatang buruan. Ilmu ialah binatang buruan, uang saku dan do’a dari orang bau tanah menyerupai bekal. Menjadi suatu hal yang memalukan ketika kita pergi berburu dengan peralatan yang lengkap, tapi kembali sama sekali tidak mendapat binatang buruan. Demikian juga dengan mahasiswa yang pergi ke kampus tapi tidak mendapat ilmu.

Alasan kedua, mahasiswa ialah orang-orang yang telah dewasa, orang yang telah cukup umur ialah orang yang telah bisa bertanggungjawab atas kehidupan pribadinya sendiri. Dan atas dasar inilah mahasiswa ideal harus mempunyai kemandirian financial.

Alasan ketiga, lantaran merupakan amanat masyarakat. Seorang mahasiswa ialah seorang yang mempunyai derajat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan masyarakat secara umum. Dan orang yang mempunyai nilai lebih harus memperlihatkan kemaslahatan bagi orang lain dalam masyarakat. Dan atas dasar inilah kenapa salah satu syarat mahasiswa ideal harus berkarya bagi masyarakat. Berkarya bagi masyarakat ialah sebuah kegiatan yang bisa memperlihatkan bantuan secara eksklusif kepada masyarakat.

Fenomena “pengangguran berpendidikan” merupakan hasil dari sebuah pola tertentu yang dilalui oleh individu mannusia. Banyak sekali orang belum mengetahui apa sebetulnya inti permasalahan dari fenomena “pengangguran berpendidikan’ tersebut. Dan ketika seseorang tidak mengetahui bagaimana sebenarnnya inti permasalahan itu maka secara otomatis ia tidak mengetahui apakah ia berada dalam pola tersebut atau tidak. Hasilnya, ia hanya akan meng-kambinghitam-kan sesuatu yang secara substansial bukanlah inti permasalahan. 

Orang-orang yang belum mengetahui inti permasalahan dari fenomena penagngguran berpendidikan biasanya memilki alur aliran sebagai berikut:

Akan cenderung menyalahkan pemerintah lantaran tidak bisa menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyat, sehingga terdapat begitu banyak orang-orang berpendidikan yang menjadi pengangguran. Orang jens ini usang kelamaan akan semakin benci kepada terhadap orang-orang yang duduk di pemerintahan.

Akan mempunyai kecenderungan untuk mengkambinghitamkan perusahaan yang mempekerjakan mereka dikarenakan perusahaan tersebut dianggap tidak memperlihatkan honor yang layak kepada mereka.    

 
Solusi kurang solutif dari pemerintah dan forum dalam mengatasi pengangguran. Lulus Tanpa Nganggur
 
1. Upaya dari pemerintah
Menggalakan pengembangan perjuangan kecil menengah. Akan tetapi acara ini boleh dikatakan tidak berhasil, mengapa? Karena, hanya ada sedikit sekali lulusan dunia pendidikan yang siap secara mental siap untuk memanfaatkan dana tersebut. Sebagian besar mereka secara mental dan keilmuan belum siap untuk menjadi wirausahawan berdikari yang bisa membuat lapangan pekerjaan.
 
2. Upaya dari forum pendidikan
Mencanangkan acara peningkatkan skill dan keterampilan serta keilmuan mahasiswanya semoga ketika lulus mereka menjadi orang berpendidikan yang kompetitif, dan berorientasi pada satu hal, yaitu semoga tidak menjadi pengangguran berpendidikan.

Program banyak yang berhasil, banyak para mahasiswa yang mempunyai kompetisi tinggi. Mereka mempunyai skill, keilmuan dan kemampuan yang tidak diragukan. Tapi hasilnya tidak mengena secara efektif. Setelah mereka lulus tetap saja, jumlah lapangan pekerjaan dan jumlah lulusan dunia pendidikan yang berorientasi pada mencari pekerjaan perbandingannya sama sekali tidak seimbang.
Langkah-langkah terobosan semoga tidak menjadi pengangguran berpendidikan.
  • Langkah pertama yang dipersiapkan bagi calon mahsiswa sebelum menentukan jurusan atau acara studi yang diambil di suatu perguruan tinggi ialah bagaiman menemukan visi pribadi. Ia  harus mengetahui dan menyadari untuk apa dan mengapa ia kuliah. Visi pribadi itu mucul dari diri sendiri tanpa intervensi dari siapa pun, baik guru maupun orang tua. 
  • Temukanlah dominasi kecerdasanmu yang paling besar dan berprestasilah di situ. Karena di situlah duniamu. Dunia bagi seseorang ialah di mana ia bisa menjadi nomor satu di sana.
  • Dan satu hal yang pada hakekatnya insan mempunyai kemampuan yang luar biasa. Cuma kemampuan yang sanggup dilakukan oleh insan tersebut sangat dipengaruhi oleh keyakinan dirinya. Kalau kau yakin kau bisa melaksanakan sesuatu, maka kau bisa. “if you think you can, you can.” Tapi kalau sudah pesimis tidak bisa melaksanakan sesuatu, maka selamanya ia tidak akan bisa ,melakukan hal tersebut.

Tulisan diambil dari sebuah buku Lulus Tanpa Nganggur karya NAFI A.K&TONI ROHMAN bukunya sangat manis untuk dibaca silahkan beli ditoko buku terdekat

0 Response to "Lulus Tanpa Nganggur"

Post a Comment