Artikel Pola Didik Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

Artikel Pola asuh gizi merupakan praktek dirumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut Soekirman (2000: 84), pola asuh adalah berupa sikap dan sikap ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya bekerjasama dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental). 

Sedangkan berdasarkan Zeitlin Marian (2000:122) yang dikutip oleh Amy Prahesti (2001: 21) menyampaikan bahwa salah satu aspek kunci dalam pola asuh gizi yaitu praktek penyusuan dan derma MP-ASI. Lebih lanjut praktek penyusuan mencakup derma masakan prelaktal, kolostrum, menyusui secara eksklusif, dan praktek penyapihan. 

Adapun aspek kunci pola asuh gizi yaitu :

Praktek derma makanan/minuman prelaktal.

1) Batasan makanan/minuman prelaktal
Makanan prelaktal yaitu masakan dan minuman yang diberikan kepada bayi sebelum ASI keluar, misal air kelapa, air tajin, madu, pisang, susu bubuk, susu sapi, air gula, dan sebagainya (Depkes RI, 2000:2).
Kebiasaan menawarkan masakan prelaktal harus dihindari lantaran dirasa tidak perlu dan malah bisa membahayakan bagi bayi dan ibu bayi (Savage, 1991:37).

2) Bahaya derma makanan/minuman prelaktal 
Untuk bayi: 
  • Bayi tidak mau mengisap susu dari payudara lantaran derma masakan ini menghentikan rasa lapar.
  • Diare sering terjadi lantaran masakan ini mungkin tercemar. 
  • Bila yang diberikan susu sapi alergi sering terjadi. 
  • Bayi resah mengisap puting susu ibunya bila derma masakan lewat botol. 
  • Saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencerna masakan selain ASI.

Untuk Ibu: 
  • ASI keluar lebih usang lantaran bayi tidak cukup mengisap.
  • Bendungan dan mastitis mungkin terjadi lantaran payudara tidak mengeluarkan ASI. 
  • Ibu sulit menyusui dan cenderung berhenti menyusui. (Savage, 1991:37).
3) Hal-hal yang kuat terhadap derma makanan/minuman prelaktal

Pemberian makanan/minuman prelaktal masih sering dilakukan terutama bagi bayi yang lahir di Rumah Sakit (RS) atau Rumah Sakit Bersalin (RSB). Pemberian ini didorong oleh sulitnya/sedikitnya ASI yang dihasilkan. Jenis minuman prelaktal yang diberikan biasanya yaitu susu formula. Praktek derma ini menjadi semakin meningkat dengan banyaknya iklan dan poster mengenai susu formula yang terpasang di RS dan RSB. Akibat lanjut dari hal ini bahwa ibu lebih gemar memberi susu formula kepada bayinya dari pada menyusui. Sedangkan bagi ibu-ibu di pedesaan yang melahirkan dengan pertolongan dukun bayi biasanya juga masih sering memberi masakan prelaktal ini dengan alasan yang tidak jauh berbeda dengan diatas, yaitu bahwa ASI sulit keluar dan sangat usang sehingga bayi terus menangis. Pengetahuan gizi ibu yang rendah semakin mendorong praktek ini. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhasilan menyusui (Depkes RI, 2000:2).

Praktek derma kolostrum
1) Batasan kolostrum
Kolostrum (susu pertama) yaitu ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah bayi lahir (4-7  hari) berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental lantaran mengandung banyak vitamin, protein, dan zat kekebalan yang penting untuk kesehatan bayi dari penyakit nanah (Depkes RI, 2005:4).

Menurut Suhardjo, dkk (1986:114) cairan yang dikeluarkan dari buah dada ibu selama beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan merupakan suatu cairan yang ibarat air, agak kuning yang dinamakan kolostrum. Cairan tersebut mengandung lebih banyak protein dan mineral serta sedikit karbohidrat dari pada susu ibu sesudahnya. 14

Kolostrum juga mengandung beberapa materi anti penyakit yang dialihkan melalui susu dari tubuh ibu kepada bayi yang diteteki. Bahan anti tersebut membantu bayi menyediakan sedikit kekebalan terhadap nanah penyakit, selama bulan-bulan pertama dari hidupnya.

2) Hal-hal yang kuat terhadap derma kolostrum
Meskipun kolostrum sangat penting untuk meningkatkan daya tahan bayi terhadap penyakit, namun masyarakat terutama ibu-ibu masih banyak yang tidak menawarkan kolostrum kepada bayinya (Depkes RI, 2000:2). Hal ini sebagian besar disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan manfaat kolostrum bagi bayinya. Kebanyakan ibu-ibu di pedesaan yang persalinannya ditolong oleh dukun bayi belum terlatih selalu membuang kolostrum dengan alasan bahwa ASI tersebut mengandung bibit penyakit. Biasanya kolostrum tersebut dikubur bersama plasenta bayi. Selain lantaran kepercayaan tersebut di beberapa kawasan memang terdapat tradisi yang mengharuskan untuk membuang kolostrum. Sedangkan sedikitnya penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat semakin memperburuk keadaan ini.

Praktek derma Air Susu Ibu
Pola derma ASI merupakan model praktek penyusuan/pemberian ASI oleh ibu kepada bayinya pada usia 4 bulan pertama kehidupan bayi. Pola derma ASI dibedakan menjadi 2 macam yaitu referensi langsung dan referensi non langsung (Depkes RI, 1998:2).

1) Batasan ASI langsung dan non langsung
ASI langsung yaitu derma ASI saja kepada bayi semenjak lahir hingga usia 4 bulan tanpa diberi masakan pendamping ataupun masakan pengganti ASI. Sedangkan ASI non langsung yaitu referensi derma ASI yang ditambah dengan masakan lain baik berupa MP-ASI maupun susu formula (Depkes RI, 1998:3).

2) Alasan derma ASI langsung antara lain adalah 
  • Pada periode usia bayi 0–4 bulan kebutuhan gizi bayi baik kualitas maupun kuantitas terpenuhi dari ASI saja tanpa harus diberikan makanan/minuman lainya.
  • Pemberian masakan lain akan mengganggu produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi untuk mengisap. 
  • Zat kekebalan dalam ASI maksimal dan sanggup melindungi bayi dari aneka macam penyakit infeksi.

Asam lemak essensial dalam ASI bermanfaat untuk pertumbuhan otak sehingga merupakan dasar perkembangan kecerdasan bayi dikemudian hari. Penelitian menandakan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI mempunyai IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI (Depkes RI, 2005:11).

3) Kebutuhan ASI bayi
Rata-rata bayi memerlukan 150 ml susu per kilogram BB perhari, 16 sehingga bayi dengan BB 3,5 Kg memerlukan 525 ml sehari, bayi 5 Kg memerlukan 750 ml, dan bayi 7 Kg memerlukan 1 L per hari. Apabila bayi mengikuti garis pertumbuhan normalnya selama 6 bulan pertama maka kebutuhan susu 15 L (Savage, 1991:30).

4) Lama Menyusui
Ibu selalu dinasehati untuk menyusui selama 3-5 menit dihari-hari pertama dan 5–10 menit dihari-hari selanjutnya. Namun demikian, pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung lebih usang antara 15–25 menit (Winarno F.G, 1990:78).

5) Hal-hal yang kuat terhadap referensi derma ASI.
Hal-hal yang fundamental yang sangat bekerjasama dengan referensi derma ASI yaitu pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, baik maksud maupun manfaat derma ASI tersebut bagi bayi. Pengetahuan ini sanggup ditingkatkan dengan penyuluhan oleh petugas kesehatan. Dengan sedikitnya frekuensi penyuluhan yang dilakukan maka pengetahuan ini akan sulit ditingkatkan dan perubahan kearah praktek yang diharapkan akan sulit diwujudkan. Selain itu sedikitnya ASI yang dihasilkan juga mendorong praktek  derma ASI dilakukan secara parsial dimana ASI tetap diberikan dengan ditambah dengan susu formula. Sedangkan faktor yang secara tidak langsung kuat terhadap derma ASI ini antara lain keterlibatan sosial orang tua, pekerjaan orang tua, serta pendidikan orang tua. Hal ini lebih bisa dimaklumi lantaran interaksi orang bau tanah dengan lingkungannya akan menambah pengalaman yang berkhasiat untuk melaksanakan praktek yang lebih baik (Satoto,1990:54). 

Praktek derma MP-ASI
1) Batasan MP-ASI
Makanan pendamping ASI merupakan masakan tambahan yang diberikan pada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan hingga bayi berusia 24 bulan. Selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak hingga usia 24 bulan. MP-ASI merupakan masakan tambahan bagi bayi, masakan ini harus menjadi suplemen dan sanggup memenuhi kebutuhan bayi. Makara MP-ASI berkhasiat untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung didalam ASI. Dengan demikian, cukup terperinci bahwa peranan MP-ASI bukan sebagai pengganti ASI tetapi untuk melengkapi atau mendampingi ASI (Diah Krisnatuti, Ririn Yenrina, 2000:14).

2) Tujuan derma MP-ASI 
Tujuan derma MP-ASI yaitu untuk menambah energi dan zat gizi yang dibutuhkan bayi lantaran ASI tidak sanggup mencukupi kebutuhan bayi yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal sanggup terjadi ketika kebutuhan energi dan zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini sanggup disebabkan asupan masakan bayi yang hanya mengandalkan ASI saja atau derma masakan tambahan yang kurang memenuhi syarat. Disamping itu faktor terjadinya nanah pada saluran  pencernaan memberi imbas yang cukup besar (Diah Krisnatuti, Ririn Yenrina, 2000:15). 18

3) Hal-hal yang kuat terhadap derma MP-ASI

Menurut Zetlein Marian (2000:124) yang dikutip oleh Amy Prahesti (2001: 25) faktor utama yang kuat terhadap praktek derma MP-ASI yaitu pengetahuan dan pendidikan ibu. Dengan pendidikan yang cukup ditunjang pengetahuan gizi modern akan mengakibatkan praktek derma MP-ASI kepada bayi semakin baik. Selain itu ternyata lingkungan sosial juga tidak lepas pengaruhnya pada hal ini. Dalam kebudayaan tertentu adanya kebiasaan makan bagi bayi yang khas dengan aneka macam pantangan yang ada sangat mempengaruhi baik tidaknya praktek penberian MP-ASI oleh ibu bagi bayinya (Ebrahim,G.J, 1988:74).

2.1.1.5 Praktek penyapihan 
1) Batasan Penyapihan
Masa penyapihan yaitu proses dimana seorang bayi secara perlahan-lahan memakan masakan keluarga ataupun masakan orang remaja sehingga secara bertahab bayi semakin kurang ketergantungannya pada ASI dan perlahan-lahan proses penyusuan akan berhenti (Savage, 1991:105). Bayi yang sehat pada usia penyapihan akan tumbuh dan berkembang sangat pesat, sehingga perlu penjagaan khusus untuk memastikan bahwa bayi menerima masakan yang benar (Depkes RI, 1998:19).

2) Masa penyapihan 
Masa penyapihan sanggup terjadi pada waktu yang berbahaya bagi bayi. Di beberapa tempat, bayi pada usia penyapihan tidak tumbuh dengan baik, maka sering jatuh sakit dan lebih sering terkena penyakit nanah terutama diare, dibanding waktu-waktu lain. Bayi-bayi yang kurang gizi mungkin akan menjadi lebih jelek keadaannya pada masa penyapihan. Makanan yang tidak cukup dan adanya penyakit menciptakan bayi tidak tumbuh dengan baik. Hal ini sanggup terlihat pada KMS terjadi kenaikan Berat Badan yang tidak memuaskan atau dalam keadaan yang lebih parah terjadi penurunan Berat Badan (Depkes RI, 1998:10).

3) Hal-hal yang kuat terhadap praktek penyapihan dini
Penyapihan dimulai pada umur yang berbeda pada masyarakat yang berbeda. Menurut studi WHO pada tahun 1981 dipelajari bahwa jumlah ibu-ibu di pedesaan yang mulai penyapihan lebih awal tidak sebanyak diperkotaan. Di kawasan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI tidak boleh terlalu dini lantaran ibu kembali bekerja. Hal ini mengakibatkan kebutuhan zat gizi bayi/anak kurang terpenuhi apalagi jika derma MP-ASI kurang diperhatikan, sehingga anak menjadi kurus dan pertumbuhannya sangat lambat (Depkes RI, 2000:3). Selain lantaran alasan tersebut kegagalan penyusuan akhir derma masakan atau minuman prelaktal sebelum ASI keluar juga menjadi alasan praktek penyapihan dilakukan secara dini, disamping lantaran ASI tidak keluar dari sesaat setelah melahirkan (Savage, 1991:99).

 merupakan praktek dirumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan  Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

Daftar Pustaka Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh
Amy Prahesti. 2001. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Gangguan Pertumbuhan (Growth Faltering) pada Anak Usia 0-12 Bulan di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Skirpsi S-1. Universitas Diponegoro.
Depkes RI. 2000. Makanan Pendamping ASI. Jakarta
Soekirman. 2000.  Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
King Savage. 1991.  Menolong ibu menyusui. Terjemahan Sukwan Handali. Jakarta : gramedia Pustaka Utama
Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta
Depkes RI. 1998. Buku Pedoman ASI Eksklusif Bagi Petugas. Semarang
Suhardjo, dkk. 1986. Pangan Gizi dan pertanian. Jakarta : UI-Press
Satoto. 1990. Pertumbuhan dan perkembangan anak, Pengamatan anak umur 0 – 18 bulan di kecamatan Mlonggo Kab. Jepara. Disertasi. Universitas Diponegoro.
Diyah Krisnatuti, dkk. 2002. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta : Puspa Swara, Anggota IKAPI
Ebrahim, G. J. 1988.  Ilmu Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Jakarta : Yayasan Esensia Medika

0 Response to "Artikel Pola Didik Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh"

Post a Comment