BIOGRAFI T.B. SIMATUPANG - Profil
A. Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan Tahi Bonar Simatupang
T. B. Simatupang, lahir di Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatra Utara tanggal 28 Januari 1920-1990. T.B. Simatupang kependekan dari Tahi Bonar dalam bahasa Batak yang berarti permufakatan atau tujuan yang benar. Sedangkan Simatupang merupakan nama marga untuk orang Batak dari pihak ayahnya. T.B. Simatupang adalah anak dari seorang Pegawai Negeri, Kepala Kantor Pos Sidikalang, ayahnya berjulukan Sutan Mangaraja Soaduan Simatupang, berasal dari Laguboti, dan ibunya, seorang perempuan yang penuh kasih sayang kepada anak-anaknya.
T. B. Simatupang mempunyai delapan bersaudara, dia anak yang kedua, dari delapan bersaudara. Nama-nama yang diberikan oleh ayahnya untuk nama anaknya menciri khaskan nama-nama orang Batak, menyerupai nama anak yang pertama dari ayahnya. Sahala Hamonangan, yang mempunyai arti wibawa kemenangan, anak yang kedua Tahi Bonar yang mempunyai arti permufakatan atau tujuan yang benar, anak yang ketiga Frieda Theodora, yang mempunyai arti anak santunan Tuhan yang lahir pada hari Jumat, anak yang keempat Pinta Pasu, yang berarti perempuan, anak kelima Maruli Humala Diasi, yang berarti laki-laki, anak yang keenam Tapi Omas yang berarti
perempuan, anak yang ketujuh Batara Ningrat, Batara dari mitologi Batak-Hindu ditambah dengan Ningrat, kesadaran nasionalisme yang lebih luas dari nasionalis Batak, dan anak yang kedelapan Riaraja, yang artinya anak laki-laki. (T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos Menelusuri Makna Pengalaman Seseorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Depan Masyarakat, Bangsa dan Negara (Jakarta : Sinar Harapan , 1991), hlm. 20 )
T.B. Simatupang pada usia 6 tahun keluarganya pindah ke Siborong-borong, di sinilah dia masuk sekolah Zending, tapi keluarga dia tinggal hanya 9 bulan di Siborong-borong, kemudian keluarganya pindah ke Pematang Siantar. Di Pematang Siantar inilah T. B. Simatupang masuk sekolah HIS (Hollands Inlandse School) yaitu pada tahun 1927. (Ibid., hlm. 22)
Pada tahun 1927-1934 berkembang semacam kesadaran nasionalisme yang tinggi dalam masyarakat Pematang Siantar. Ada nasionalisme Indonesia dan nasionalisme Batak dan Kristen, di Pematang Siantar inilah telah tumbuh sebuah semangat gres yang sanggup menambah kesadaran mengenai harga diri dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang-orang Pematang Siantar, hal semacam ini terlihat terang dengan pertumbuhan banyak sekali macam organisasi yang sanggup mengasah pengetahuan, dan juga telah terbit banyak sekali macam media cetak seperti: Suara Kita, Bintang Batak, dengan adanya media cetak semacam ini sanggup menambah wawasan dan pengetahuan.
T. B. Simatupang meyelesaikan sekolahnya di HIS pada tahun 1934, dengan predikat yang memuaskan, alasannya yaitu T. B. Simatupang termasuk anak yang pintar, rajin dan juga kutu buku, dalam hal ini ia telah sanggup menuntaskan sekolahnya dengan baik.
T. B. Simatupang, pada tahun 1934 melanjutkan studinya ke SMP Kristen, dalam bahasa Belanda (Christelijke Meer Uitgebreid Lagar Onderwijs atau Christelijke MULO ) Dr. Nomensen yang terletak di Tarutung. Christelijke MULO merupakan sekolah elite bagi masyarakat Katolik Batak , sekolah yang mempunyai kualitas yang cantik dan disiplin yang tinggi, dan mendidik siswa-siswinya dengan baik biar sanggup menjadi orang yang pintar, berkualitas, dan bertanggunga jawab. (Ibid., hlm. 39)
Setelah masuk sekolah MULO, T. B. Simatupang belajarnya sangat tekun sekali, dan rajin membaca buku, baik itu buku pelajaran atau buku-buku umum yang lebih banyak menambah pengetahuan, maka semangat nasionalisme sangat berkobar-kobar. T.B. Simatupang menuntaskan studinya di MULO tahun 1937 dengan mendapat predikat yang memuaskan.
Kemudian T. B. Simatupang melanjutkan studinya di pulau Jawa yaitu masuk sekolah Christelijke Algemene Middelbare School atau Christelijke AMS (SMA Kristen), di Salemba, Batavia (Jakarta) alasannya yaitu pada waktu itu di Sumatra belum ada SMA, maka siapa yang mau sekolah Sekolah Menengan Atas harus ke pulau Jawa. AMS di Salemba ini termasuk sekolah yang terbaik di Hindia-Belanda, dan siswa-siswinya kebanyakan belum dewasa orang Belanda yang mempunyai status sosial yang tinggi, sedangkan putra-putri bangsa Indonesia yang masuk sekolah AMS yaitu golongan-golongan kelas atas. Semangat nasionalisme putra-putri bangsa Indonesia ketika masuk sekolah AMS makin bergejolak menyerupai yang dialami oleh T. B. Simatupang.
T. B. Simatupang sewaktu sekolah AMS di Batavia ia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan di gereja, khususnya gereja Batak, yang ada di jalan Kernolong Jakarta, ketika ia aktif di gereja ia banyak mendapat teman dari mahasiswa- mahasiswa teologi, ia sering hadir dalam pertemuan-pertemuan mahasiswa teologi yang telah mempunyai semangat yang tinggi dengan hadirnya gereja-gereja di Indonesia.
Pada tahun 1940 T. B. Simatupang sanggup menuntaskan studi AMSnya dengan hasil yang memuaskan, meskipun hanya tiga tahun di Batavia, tapi ia mendapat pengalaman yang luar biasa yang sanggup hidup mandiri, dengan berorientasi dengan orang-orang Belanda di lingkungannya, dan sanggup menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kecintaannya dengan Indonesia.
Kemudian sesudah T. B. Simatupang menuntaskan studi AMS di Salemba, ia berangan-angan atau bercita- cita ingin melanjutkan studinya wacana kedokteran, alasannya yaitu nanti apabila telah selesai studi kedokteran akan mengabdi dan bekerja di rumah sakit Gereja. (Ibid., hlm. 80) Akan tetapi iklim pada dikala itu tidak memungkinkan, alasannya yaitu ada informasi wacana penguasaan Jerman terhadap Belanda. Kaprikornus pemuda-pemuda Belanda yang ada Hindia-Belanda harus ikut jadi militer untuk mempertahankan Belanda. Oleh alasannya yaitu itu dibukalah pembukaan sekolah KMA (Koninlijke Militaire Academie) atau Akademi Militer kerajaan Belanda di Bandung. T. B. Simatupang, mendaftarkan diri untuk masuk perguruan tinggi itu, dan ia lulus dengan baik, T. B. Simatupang dalam pangkat kemiliterannya berpangkat Letnan satu, tetapi yang perlu diingat dan dicatat T. B. Simatupang bekerja untuk orang Belanda tetapi rasa nasionalisme terhadap Indonesia tetap tidak berubah dan tidak akan pernah padam.
T. B. Simatupang masuk militer, semua itu untuk menepis mitos-mitos yang dilontarkan orang-orang Belanda kepada Indonesia, bahwa orang Indonesia tidak cocok untuk menjadi militer. Orang Indonesia tidak bisa membangun suatu angkatan perang. Akan tetapi T. B. Simatupang bertekad dan berusaha untuk menolak semua mitos-mitos itu, orang-orang Indonesia bisa menjadi militer dan bisa bersaing dengan militer di negara-nagara lain.
B. Karir dan Kegiatan Tahi bonar Simatupang
T. B. Simatupang, mempunyai pengalaman militer sangat banyak sekali, yang ia dapatkan dari orang-orang Belanda/militer Belanda yang pernah medidik ia untuk mejadi militer, dari pengalaman-pengalaman yang ia peroleh sanggup dikembangkan kepada tentara-tentara atau militer Indonesia, yang berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
Karir T. B. Simatupang wacana militer, sangat dibanggakan sebagai anak bangsa sanggup mejadi militer yang profesional, ia juga dipercaya untuk membantu sepenuhnya pembangunan militer angkatan bersenjata Indonesia, dan selalu mejadi perwakilan dari pihak angkatan bersenjata dalam delegasi Indonesia banyak sekali negosiasi dengan Belanda di Konfrensi Meja Bundar. Misi utamanya yaitu mendesak Belanda membubarkan KNIL (tentara boneka ciptaan Belanda) serta mengukuhkan Tentara Nasional Indonesia sebagai kekuatan inti bagi angkatan perang RI.
T. B. Simatupang pernah memegang jabatan wakil II Kepala Staf Angkatan Perang (W II KSAP), dan yang memegang wakil I Kepala Staf Angkatan Perang yaitu Kolonel Hidayat, tetapi Kolonel Hidayat ditugaskan di Sumatra, sebagai Panglima Tentara dan Teriotorium Sumatra (PTTS), maka, ia di percayakan sebagai pengganti Kolonel Hidayat, dengan menduduki sebagai wakil I Kepala Staf Angkatan Perang, dan yang menjadi Kepala Angkatan Perang (KSAP) pada dikala itu yaitu Jendral Sudirman, yang merangkap menjadi panglima Besar Angkatan Perang (PBAP), sebagai wakil KSAP ia membantu Jendral Sudirman dalam pengamanan bangsa Indonesia terhadap penjajah. (T.B.Simatupang , Laporan Dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama Perang Kemerdekaan ( Jakarta: PT. Pembangunan, 1960 ), hlm. 9. )
Sebagai wakil Kepala Staf Angkatan Perang, T. B. Simatupang telah banyak jasanya terhadap usaha bangsa Indonesia. Pada dikala itu Jendral Sudirman dalam keadaan sakit yang sangat kritis, maka Jendral Sudirman memperlihatkan tanggung jawab kepada T. B. Simatupang biar sanggup memimpin Staf Angkatan Perang Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Januari 1950, Jendral Sudirman meninggal dunia, dengan demikian yang menggantikan Kepala Staf Angkatan Perang yaitu T. B. Simatupang .
Karir T. B. Simatupang memang agak menanjak, tapi dalam waktu yang sangat singkat, T. B. Simatupang di pensiunkan dari Kepala Angkatan Perang pada tanggal 21 Juli 1959. Dengan adanya pergeseran jabatan, maka T. B. Simatupang di minta untuk menjadi penasehat militer.
Setelah keluar dari dinas kemiliteran, ia banyak mempunyai waktu luang, dan juga diundang dalam pelayanan gereja-gereja di Indonesia. Waktu luang tersebut diisi dengan menulis dan membaca banyak tulisan-tulisannya yang beredar di media masa dan forum-forum pertemuan, dan juga ia menekuni studi wacana teologi, dalam dimensi teologi, maka masalahnya terbukti sanggup dipahami secara lebih mendalam. Studi wacana teologi sangat luas, sehingga kita sanggup terus mempelajari teologi itu seumur hidup. (T.B.Simatupang, Membuktikan Ketidakbenaran …………,op.cit., hlm.187-188)
Ketertarikan T. B. Simatupang dalam Dewan-Dewan Gereja di Indonesia lewat bidang gereja dan masyarakat, ia aktif menjadi anggota DGI, kemudian ia terpilih sebagai ketua Badan Pekerja Harian, jabatan itu dipercayakan kepadanya hingga sidang raya X DGI di Ambon, tahun 1984.(Samuel Pardede ( penyunting .), Saya yaitu Orang yang Berhutang ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990 ), hlm. 15) Periode 1984-1989 T. B. Simatupang terpilih sebagai Ketua Majlis Pertimbangan PGI, hingga periode 1989-1994.
Masa pengabdiannya di DGI/PGI, T. B. Simatupang aktif juga dalam sidang gereja-gereja dan dewan gereja-gereja sedunia. Ia semenjak tahun 1975-1984, menjadi presiden mewakili gereja-gereja se-Asia selama satu periode.
Pengabdiannya terhadap gereja-gereja dan juga bangsa dan negara, sangat cemerlang, tapi dengan faktor usia yang sudah tua, maka semua dedikasi harus berhenti, ia meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 1990 alasannya yaitu sakit, pengabdiannya sangat luar biasa maka haruslah kita hargai.
C. Karya-Karya Tahi Bonar Simatupang
1. Dalam Bentuk Buku
- Laporan dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama Perang Kemerdekaan, Jakarta: PT. Pembangunan, 1960
- Tugas Katolik Dalam Revolusi, Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1967
- Peranan Angkatan Perang Dalam Negara Pancasila yang Membangun, Jakarta: Idayu, 1980
- Iman Katolik dan Pancasila , Jakarta; BPK. Gunung Mulia, 1984
- Kehadiran Katolik Dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan: Berjuang Mengamalkan Pancasila Dalam Terang Iman, Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1986
- Dari Revolusi ke Pembangunan, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1987
- 70 Tahun Dr. T. B. Simatupang: Saya Adalah Orang Yang Berhutang, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990
- Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, Menelusuri Makna Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Depan, Masyarakat, Bangsa dan Negara, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1991
- Peranan Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dalam Negara Pancasila yang Membangun, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1996
2. Artikel
- Masalah- problem Etika dan Moral Dalam Pembangunan Yang Mengamalkan Pancasila, Peninjau, 1982
- Peranan Teologi Dalam Masyarakat Indonesia, Setia, 1987
- “Spiritualitas dan Beragam Keagamaan di Indonesia”, Peninjau, 1984
- “Strategi Partisipasi Katolik Dalam Pembangunan Pendidikan Di Indonesia”, Peninjau, 1984
- Dapatkah Ilmu-Ilmu Sosial Memberikan Sumbangan Dalam Mission Imposible Kita ?, Peninjau, 1987
- “Dukungan Birokrasi Modal Memenagkan Pemilu”, Prisma, 1979
Karya-karya T. B. Simatupang yang dicantumkan oleh penulis di atas, penulis peroleh dari banyak sekali sumber buku yang dikarang oleh T. B. Simatupang sendiri .
D. Orang Orang Yang Mempangaruhi Pemikiran T.B. Simatupang
Ada beberapa pemikiran yang menghipnotis perjalanan intelektual T. B. Simatupang yaitu Carl Von Clausewitz, untuk mempelajari wacana perang, T. B. Simatupang pada masa mudanya mengagumi wacana pemikiran Carl Von Clausewitz wacana perang, sehingga ia sanggup mempelajari dengan sungguh-sungguh, kemudia ia memperlihatkan landasan teoritis bagi sumbangan dalam usaha bangsa dan negara Indonesia, khususnya bidang militer serta masalah-masalah diplomasi dan politik yang terkait dengan usaha militer.(T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran…….., op.cit., hlm. 118) T. B. Simatupang sesudah mendapat pengetahuan wacana perang dari pemikiran Carl Von Clausewitz, kemudian Pengetahuan yang ia miliki wacana perang ia praktekkan dan ikut terlibat dalam pengorganisasian tentara dalam melaksanakan perang gerilya, dalam menumpas penjajah. (T.B. Simatupang , Iman Katolik dan Pancasila ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984 ),hlm. 13.)
Masih ada pemikiran yang menghipnotis intelektual T. B. Simatupang yaitu Karl Marx, untuk mempelajari wacana revolusi yang dibangun oleh Karl Marx wacana struktur sosial yang ada dalam masyarakat, usaha kelas sosial akan melukiskan revolusi, T. B. Simatupang semenjak dari muda ia sudah mempelajari atau menambah wawasannya wacana revolusi yang dibangun oleh Karl Marx. Menurut Karl Marx revolusi harus dibedakan menjadi dua yaitu: revolusi politik dan revolusi sosial. Revolusi Politik apabila kekuasaan politik dipegang oleh kaum proletar (kelas bawah). Revolusi sosial, kaum proletar sanggup memegang kekuasaan dari kaum borjuis, kekayaan-kekayaan yang dimiliki kaum borjuis sanggup dimanfaatkan oleh kaum proletar untuk kepentingan dan perubahan yang ada dalam masyarakat , T. B. Simatupang mempelajari revolusi ini untuk mengetahui sebagai mana pentingnya perubahan-perubahan yang harus dilakukan dan tidak ada penindasan terhadap rakyat, semajak ia mempelajari revolusi nya Karl Marx sanggup menambah rasa sosialismenya terhadap rakyat Indonesia atau bangsa Indonesia.(Lyman Tower Sargent, Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer, Sebuah Analisis Komperatif, Edisi keenam ( Jakarta: Erlangga , 1087 ),hlm. 14. )
T. B. Simatupang mengagumi juga pemikiran Teologi Karl Barth. Karl Bath berasal dari kota Basel, Swiss (10 Mei 1886) dengan teologinya yang sangat populer Teologi Kemerdekaan, menurutnya teologi kemerdekaan yaitu sebuah teologi yang memandang pada kemerdekaan Allah yang memperlihatkan kasih sayang dan karunia kepada kemerdekaan manusia. Maksud kemerdekaan di sini yaitu merdeka dari tindakan kejahatan dan penindasan, yang disimpulkan dalam istilah “dosa”, dan lebih dari itu merdeka untuk sungguh-sungguh hidup bersama Allah dan sesama dalam prikemanusiaan yang sejati (Clifford Green, Karl Barth, Teologi Kemerdekaan: kumpulan cuplikan Karya Karl Bath, ( terj .), Marie Claire Barth ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1989 ), hlm. 47). Kaprikornus berdasarkan Karl Barth insan jangan hingga melaksanakan tindakan kejahatan dan menindas orang-orang yang lemah atau tidak mampu, dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut maka akan selau dikasihi Allah, dan apabila melaksanakan perbuatan-perbuatan kejahatan dan penindasan maka akan mendapat dosa.
Ketertarikan T. B. Simatupang dengan teologinya Karl Barth yaitu bahwa Karl Bath menginginkan insan itu selalu erat dengan Tuhan, dan insan harus suci dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, dan menjauhkan dari dosa. Karl Barth membangun teologinya atas dasar “Pernyataan”, terutama pernyataan Allah dalam Yesus Kristus sebagaimana disaksikan dalam kitab suci. (Ibid., hlm. 17)
Setelah T. B. Simatupang mempelajari Teologinya Karl Barth, kemudian ia mempelajari juga pemkiran Reinhold Niebuhr, seorang teologi Amerika Serikat yang berusaha memikirkan masalah-masalah kekuasaan keadilan dan kebebasan di negerinya sendiri dan juga di luar negeri, berafiliasi dengan kekuasaan Amerika Serikat yang sangat besar sesudah perang dunia II berakhir. Secara sederhana problem kekuasaan, kebebasan dan keadilan bertolak dari kodrat insan menyerupai yang terdapat dalam Al-Kitab yaitu mahluk yang mempunyai martabat yang sangat tinggi. (T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran………, op.cit., hlm.189) Sistem kekuasaan sangat dibutuhkan untuk menjamin keamanan dan ketertiban secara efektif terhadap kekuasaan. Kebebasan juga dibutuhkan untuk memperjuangkan dan menegakkan keadilan.
T. B. Simatupang melihat perkembangan sitem-sitem politik ekonomi sepanjang sejarah bangsa Indonesia, sesudah Proklamasi Kemerdekaan, membuka selebar-lebarnya dalam semua bidang, antara lain pembentukan partai-partai politik dan pembentukan-pembentukan tentara-tentara bersenjata. Itulah ungkapan Soekarno untuk menegakkan demokrasi terpimpinnya. Akan tetapi ungkapan semacam ini yaitu kesalahan besar dalam demokrasinya, alasannya yaitu tidak memperlihatkan ruang kebebasan, sehingga sistem politik yang dibangun menjadi penuh penyalahgunaan dan penuh kebobrokan.
Dari beberapa orang yang telah menghipnotis pemikiran T.B. Simatupang di atas, maka sanggup ia terapkan dalam kehidupannya sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara yang baik, oleh alasannya yaitu itu T.B. Simatupang yaitu seorang yang telah mempunyai pengetahuan yang luas wacana ketentaraan, diplomasi ( politik dan militer) dan teologi. Dalam bidang ketentaraan ia sangat berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan juga memperlihatkan pengetahuan wacana kemiliteran kepada tentara –tentara Indonesia . (P.D. Latuihamallo, Menyambut Usia ke 70 T.B. Simatupang, dalam buku, 70 tahun Dr.T.B. Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang ,( Penyunting .), Samuel Pardede ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1990 ), hlm. 22)
Setelah T.B.Simatupang tidak aktif dalam bidang kemiliteran maka ia lebih mencurahkan perhatiannya kepada organisasi agama. Dewan Gereja yaitu medan juang yang di pilihnya, ia sempat menjadi Ketua Dewan Gereja Indonesia , Ketua Dewan- Dewan Gereja se Asia, dan pernah menjadi Presiden Dewan Gereja-Gereja se Dunia.
Gereja yang semula lahir terpisah-pisah ingin dipadukan biar tolong-menolong melaksanakan kiprah Dewan Gereja Indonesia dalam rangka pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. (Emil Salim, Yang Penting “ Lagu” Bukan Penyanyi, dalam buku, 70 tahun Dr. T.B. Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang, ( Penyunting .), Samuel Pardede ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990 ), hlm. 97. ) Itulah yang menjadikannya tokoh nasional paling tegas dikalangan gereja-gereja Katolik di Indonesia sehingga seluruh pemikirannya sungguh layak untuk dianalisis dan dipelajari. Khususnya di tahun 1970-1990 ia menerangkan dirinya seorang teolog awam yang sangat produktif yang telah banyak memperlihatkan sumbangan kepada sejarah nasional dan sejarah gereja, dan pada bidang pembangunan bangsa dan dengan berangkat dari ideologi Pancasila. (A.G. Hoekema, Berpikir Dalam Keseimbangan yang Dinamis Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di Indonesia 1860-1960, ( terjemah .), Ny. Amsy Susilaradeya. Jakarta: Gunung Mulia, 1997, hlm. 272) Biografi Tahi Bonar Simatupang - Profil
0 Response to "Biografi Tahi Bonar Simatupang - Profil"
Post a Comment