TASAWUF SYI’I
A. Pengertian tasawuf Syi’i
Tasawuf Syi’i yaitu tasawuf yang beranggapan bahwa insan akan manunggal dengan tuhannya sebab ada kesamaan esensi antara keduanya. Hal ini sebagaimana tasawuf falsafi di mana al-Hallaj (adalah salah satu tokoh dari tasawuf filsafat) memformulasikan teorinya dalam iktikad ‘Hulul’, yakni perpaduan insan dengan Tuhan secara rohaniyah atau makhluk dengan al-khalik. Oleh karenanya tasawuf syi’i disebut-sebut mempunyai kesaman dengan tasawuf falsafi.
Pada tasawuf Syi’i yang dengan penghormatan berlebihannya kepada Ali Bin Abi Thalib dan sebagai imam pertama kaum Syi’ah, Ali menggabungkan dua jenis otoritas di atas dalam satu pribadi, dan berdasarkan Syi’isme, hukum sempurna segala sesuatu menuntut bahwa imam harus mengatur dan memerintah secara spiritual dan temporal. Akan tetapi, sementara dalam Syi’isme aspek esoteris Islam diproyeksikan ke masyakarat umum, sehingga perbedaan antara eksoteris dan esoteris menjadi samar. Dalam pemahaman sufi pada umumnya hierarki vertikal dan horizontal tidak perlu bercampur. Hal inilah yang membedakannya dengan tasawuf Syi’i yang menggabungkan dua unsur esoteris dan unsur eksoteris.
Selain itu tasawuf Syi’i atau yang di sebut juga tasawuf Syi’ah, ajarannya yaitu pemulyaan kepada imam secara berlebihan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menuhankan imam. Hal ini merupakan perbedaan yang cukup kontras dengan tasawuf lainnya umpamanya sunni, bahkan pada masanya Syi’i dan Sunni yaitu aliran atau tasawuf yang saling bertolak belakang dalam kecintaan kepada Ali Bin Abi Thalib dan sebab keruhaniannya yang unggul. Di mana Syi’i sebab kecintaannya yang berlebihan pada Ali Bin Abi Thalib, sehingga membatalkan kekhalifaan khalifah sebelum Ali Bin Abi Thalib, bahkan mengkafirkan mereka.
Selanjutnya Syi’ah menganggap bahwa pemimpin yang berhak memimpin yaitu ahl-al-bait, sebab hanya ahl-al-baitlah yang punya hak untuk memimpin, sehingga selama perjalanannya, Syi’ah selain dengan doktrin-doktrinnya juga memperjuangkan hak kekhalifaan ahl-al-bait. Dengan melaksanakan pemberontakan-pemberontakan terhadap kepemimpinan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah.
B. Sejarah perkembangan Tasawuf Syi’i
Jika kita berbicara sejarah perkembangan tasawuf Syi’i, maka kita di ingatkan kembali pada pelajaran semester 1 yakni mengenai aliran aliran Syi’ah, maka pembahasan kami akan tidak jauh dengan pembahasan pada aliran Syi’ah terdahulu.
Kemunculan tasawuf Syi’i yang juga disebut Syi’ah yaitu beriringan dengan kemunculan aliran Syi’ah itu sendiri, yang mana kita sendiri tahu, kemunculan Syi’ah yaitu berkaitan dengan masalah pengganti (khalifah) Nabi Muhammad SAW. mereka menolak kekhalifaan Abu Bakar, Umar Bin Khattab, dan Usman Bin Affan.
Dalam kemunculan Syi’ah ada pendapat yang menyampaikan bila kemunculan Syi’ah sudah dimulai saat Rasulullah SAW. masih hidup, namun gres muncul ke permukaan yakni pada masa pemerintahan Usman Bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling berpengaruh pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib. Yang juga di sebut-sebut sebagai permulaan timbulnya perpecahan. Dalam badan Islam.
Di mana kaum Syi’ah merupakan golongan yang dinisbatkan kepada pendukung Ali bin Abi-Thalib sesudah perang siffin. Setelah perang usai golongan Syi’ah banyak yang berdiam didarat persia suatu daratan yang populer dengan pemikiran persia dan falsafat yunani, maka disinilah terjadi kontak antara islam dengan kebudayaan yunani sampai tamat nya tasawuf Syi’i banyak yang dipengaruhi oleh filsafat yunani. Karena tasawuf Syi’i telah dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran persia dan falsafat yunani maka menciptakan tasawuf Syi’i dan tasawuf falsafi mempunyai banyak persamaan, contohna: aliran hulul dan tasawuf falsafi sama dengan hululnya syi’ah isma’iliyah. Pengertian hulul yaitu Tuhan mengambil tempat didalam badan manusia.
Dalam perkembangan tasawuf Syi’i bertolak belakang dengan pendapat tasawuf Sunni mengenai kedudukan Ali bin Abi Thalib, alasan bahwa Nabi Muhammad SAW. telah menawarkan isyarat-isyarat otoritas kepada Ali Bin Abi Thalib lah yang mendasari paham ini, Otoritas kerohanian diserahkan kepada Ali oleh Nabi merupakan satu realitas yang diterima baik oleh Sufi-sufi Sunni dan Syi’i, namun mereka berbeda berkaitan dengan konsekuensinya dalam ranah temporal. Sebagai imam pertama kaum Syi’ah, Ali menggabungkan dua jenis otoritas di atas dalam satu pribadi, dan berdasarkan Syi’isme, hukum sempurna segala sesuatu menuntut bahwa Imam harus mengatur dan memerintah secara spiritual dan temporal.
Jika kita berbicara sejarah perkembangan tasawuf Syi’i, maka kita di ingatkan kembali pada pelajaran semester 1 yakni mengenai aliran aliran Syi’ah, maka pembahasan kami akan tidak jauh dengan pembahasan pada aliran Syi’ah terdahulu.
Kemunculan tasawuf Syi’i yang juga disebut Syi’ah yaitu beriringan dengan kemunculan aliran Syi’ah itu sendiri, yang mana kita sendiri tahu, kemunculan Syi’ah yaitu berkaitan dengan masalah pengganti (khalifah) Nabi Muhammad SAW. mereka menolak kekhalifaan Abu Bakar, Umar Bin Khattab, dan Usman Bin Affan.
Dalam kemunculan Syi’ah ada pendapat yang menyampaikan bila kemunculan Syi’ah sudah dimulai saat Rasulullah SAW. masih hidup, namun gres muncul ke permukaan yakni pada masa pemerintahan Usman Bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling berpengaruh pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib. Yang juga di sebut-sebut sebagai permulaan timbulnya perpecahan. Dalam badan Islam.
Di mana kaum Syi’ah merupakan golongan yang dinisbatkan kepada pendukung Ali bin Abi-Thalib sesudah perang siffin. Setelah perang usai golongan Syi’ah banyak yang berdiam didarat persia suatu daratan yang populer dengan pemikiran persia dan falsafat yunani, maka disinilah terjadi kontak antara islam dengan kebudayaan yunani sampai tamat nya tasawuf Syi’i banyak yang dipengaruhi oleh filsafat yunani. Karena tasawuf Syi’i telah dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran persia dan falsafat yunani maka menciptakan tasawuf Syi’i dan tasawuf falsafi mempunyai banyak persamaan, contohna: aliran hulul dan tasawuf falsafi sama dengan hululnya syi’ah isma’iliyah. Pengertian hulul yaitu Tuhan mengambil tempat didalam badan manusia.
Dalam perkembangan tasawuf Syi’i bertolak belakang dengan pendapat tasawuf Sunni mengenai kedudukan Ali bin Abi Thalib, alasan bahwa Nabi Muhammad SAW. telah menawarkan isyarat-isyarat otoritas kepada Ali Bin Abi Thalib lah yang mendasari paham ini, Otoritas kerohanian diserahkan kepada Ali oleh Nabi merupakan satu realitas yang diterima baik oleh Sufi-sufi Sunni dan Syi’i, namun mereka berbeda berkaitan dengan konsekuensinya dalam ranah temporal. Sebagai imam pertama kaum Syi’ah, Ali menggabungkan dua jenis otoritas di atas dalam satu pribadi, dan berdasarkan Syi’isme, hukum sempurna segala sesuatu menuntut bahwa Imam harus mengatur dan memerintah secara spiritual dan temporal.
Dalam teologi bermazhab Syi’ah dan berpola pikir Muktazilah, konsep-konsep tasawuf falsafi biasanya sanggup diterima sebab itu aliran tasawuf ini berkembang pesat dikawasan umat Islam bermazhab Syi’ah dan atau Muktazilah. Itulah alasannya kenapa tasawuf falsafi sering juga dinamai atau dinisbahkan ke dalam ‘tasawuf Syi’i’.
Pandangan ‘union mistisisme’ inilah yang membentuk konsepsi dasar tasawuf falsafi dan banyak meng-inspirasi para sufi bermazhab falsafi atau Sufi-Filosof untuk merumuskan dan melahirkan karya-karya pemikiran tasawuf falsafi, yang populer diantaranya yaitu Ibnu Arabi, Ibnu Syab’in, Al Jilli, dll.
Bertahun-tahun lamanya gerakan Syiah hanya berputar di Iran, rumah dan kiblat utama Syiah. Namun semenjak tahun 1979, persis saat revolusi Iran meletus dan negeri ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim Syah Reza Pahlevi, Syiah merembes ke banyak sekali penjuru dunia. Kelompok-kelompok yang mengarah kepada gerakan Syi’ah menyerupai yang terjadi di Iran, marak dan muncul di mana-mana.
Perkembangan Syi’ah, yaitu gerakan yang mengatasnamakan madzhab Ahlul Bait ini memang cukup pesat, terlebih di kalangan masyarakat yang umumnya yaitu awam dalam soal keagamaan, menjadi lahan empuk bagi gerakan-gerakan aliran sempalan untuk menggaet mereka menjadi sebuah komunitas, kelompok dan jama’ahnya.
Kaum Syi’ah merupakan golongan yang dinisbatkan kepada pengikut Ali bin Abi Thalib. Dalam sejarahnya, sesudah kejadian perang shiffin (yakni perang anta pendukung kekholifaan Ali dan pendukung Muawiyah bin Abi Sufyan), orang-orang pendukung fanatik Ali memisahkan diri dan banyak berdiam di daratan Persia, yaitu suatu daratan yang populer banyak mewarisi tradisi pemikiran semenjak imperium Persia berjaya, dan di Persia inilah kontak antara budaya Islam dan Yunani telah berjalan sebelum dinasti Islam berkuasa di daerah tersebut. Ketika itu, di daratan Persia ini sudah berkembang tradisi ilmiah. Pemikiran-pemikiran kefilsafatan juga sudah begitu berkembang mendahului wilayah-wilayah Islam lainnya.
Oleh sebab itu, perkembangan tasawuf Syi’i sanggup ditinjau melalui beling mata keterpengaruhan Persia oleh pemkiran-pemikiran filsafat Yunani. Ibnu Khaldun dalm Al-Muqaddimah telah menyinggung soal kedekatan kaum Syi’ah dengan paham tasawuf. Ibnu Khaldun melihat kedekatan tasawuf falosofis dengan sekte ismailiyah dan Syi’ah. Sekte ismailiyah menyatakan terjadinya hulul atau ketuhanan para imam mereka. Dalam perkembangan tasawuf Syi’i yang cenderung kepada tasawuf Falsafi, yakni dalam pandangan wacana Tuhan.
c. Karakteristik aliran pokok para tokoh tasawuf syi’i
Perkembangan tasawuf Syi’i sanggup ditinjau melalui beling mata keterpengaruhan Persia oleh pemkiran-pemikiran filsafat Yunani. Ibnu Khaldun dalm Al-Muqaddimah telah menyinggung soal kedekatan kaum Syi’ah dengan paham tasawuf. Ibnu Khaldun melihat kedekatan tasawuf falosofis dengan sekte ismailiyah dan Syi’ah. Sekte ismailiyah menyatakan terjadinya hulul atau ketuhanan para imam mereka. Menurutnya, kedua kelomok ini mempunyai kesamaan, khususanya dalam persoaalan “quthb” dan “abdal”. Bagi para sufi filosof, quthb yaitu puncak kaum arifin, sedangkan abdal merupakan perwakilan. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa iktikad yang menyerupai ini menyerupai dengan iktikad aliran Ismailiyah wacana imam dan para wakilnya begitu juga wacana pakaian compang-camping yang disebut-sebut berasal dari imam Ali.
Jika berbicara wacana tasawuf syi’i, maka akan diikuti oleh tasawuf sunni. Dimana dua macam tasawuf yang dibedakan berdasarkan “kedekatan” atau “jarak” ini mempunyai perbedaan. Paham tasawuf syi’i beranggapan, bahwa insan sanggup meninggal dengan tuhannya sebab ada kesamaan esensi antara keduanya. Menurut ibnu Khaldun yang dikutip oleh Taftazani melihat kedekatan antara tasawuf falsafi dan tasawuf syi’i. Syi’i memilki pandangan hulul atau ketuhanan iman-iman mereka. Menurutnya dua kelompok itu mempunyai dua kesamaan.
Sementara itu azzmardi azra tidak membedakan antar keduanya dalam masalah tasawuf,karena tidak dikenal dalam terminologi islam mengenai tasawuf syi’i.
Karakteristik dari aliran tasawuf ini adalah
- Ajarannya lebih didasarkan atas ketajaman pemahaman dalam menganalisis kedekatan insan dengan tuhan
- Lebih mengedepankan konsepsi keimanan
Adapun karakteristik aliran para tokoh-tokoh tasawuf ini antara lain adalah:
• Ibnu khaldun
Ibnu kaldun mengambil konsep masalah quthb yang merupakan puncak iman dan ibdal yang merupakan perwakilan .
Ibnu kaldun mengambil konsep masalah quthb yang merupakan puncak iman dan ibdal yang merupakan perwakilan .
• Azyumardi azra
Ia tidak membedakan antara tasawuf syi’i dan sunni .Ia lebih kepada konsep mahabbah,ma,rifah,hulul,wahdatul wujud kesemuanya itu konsep dari tasawuf falsafi yang cenderung lebih spekulatif.
• Ath-thabathaba’i
Ia menjelaskan bahwa ilmu ma’rifat ,mula-mula timbul dalam dunia sunnah kemudian dikalangan kaum syi’ah
Ia tidak membedakan antara tasawuf syi’i dan sunni .Ia lebih kepada konsep mahabbah,ma,rifah,hulul,wahdatul wujud kesemuanya itu konsep dari tasawuf falsafi yang cenderung lebih spekulatif.
• Ath-thabathaba’i
Ia menjelaskan bahwa ilmu ma’rifat ,mula-mula timbul dalam dunia sunnah kemudian dikalangan kaum syi’ah
0 Response to "Tasawuf Syi’I Karakteristik Aliran Pokok Dan Tokoh"
Post a Comment