Tasawwuf Sunni
A. Pengertian Tasawuf Sunni
Tasawwuf sunni ialah aliran tasaawuf yang berusaha memadukan asapek hakekat dan syari'at, yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap pedoman al-Qur'an, Sunnah dan Shirah para sahabat.
Dalam kehidupan sehari-hari para pengamal tasawwuf ini berusaha untuk menjauhkan drii dari hal-hal yang bersifat keduniawian, jabatan, dan menjauhi hal-hal yang sanggup mengganggu kekhusua’an ibadahnya.
B. Latar Belakang Timbulnya Tasawuf Sunni
Latar belakang munculnya pedoman ini tidak telepas dari pecekcokan persoalan aqidah yang melanda para ulama' fiqh dan tasawwuf lebih-lebih pada abad kelima hijriah aliran syi'ah al-islamiyah yang berusaha untuk memngembalikan kepemimpinan kepada keturunan Ali Bin Abi Thalib. Dimana syi’ah lebih banyak mensugesti para sufi dengan iman bahwa imam yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan corak pemikiran taawwuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah muncullah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali yang selalu memagari pemikirannya dengan Al-Qur’an, Hadits dan ditambah dengan iman Ahlusunnah Wal jama’ah .
Pada pada dasarnya tasawuf ini sangat menolak pendekatan kepada allah SWT dengan nalar rasio, sebagaimana yang dikatakan Harun Nasution yang mengomentari pendapat Dzun An-Nun Misri perihal pengetahuan ( makrifat), Bahwa makrifat yang paling tertinggi ialah yang diperoleh oleh para wali Allah ( sufi).
Pertentangan ini nampak terang pada perkataan Junaid Al- Baqhdati ” seandainya saya jadi hakim pasti akan saya penggal kepala orang yang menyampaikan tidak ada yang maujud terkecuali Allah”
C. Tokoh-tokoh Tasawuf Sunni
Munculnya aliran-aliran tasawuf ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara sufi yang memiliki pedoman sama dengan Tasawuf sunni ( berpegang teguh kepada Qurdis dan shirah nabawiyah) dan menjadi tokoh tasawuf sunni adalah:
1. Hasan al-Basri.
Hasan al-Basri ialah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya ialah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H diantara ajarannya yang terpenting ialah Zuhud, Khouf dan raja’
2. Rabiah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya ialah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah sebab ia puteri ke empat dari bawah umur Ismail. Diantara ajarannya yang terpenting ialah Konsep Mahabbah
3. Dzu Al-Nun Al-Misri
Nama lengkapnya ialah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al-Mishri al-Akhimini Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin tempat Mesir. Ajarannya yang paling termashur ialah makrifat sufiyah dan makrifat aqliyah
4. Abu Hamid Al-Ghazali
Tokoh yang satu ini tidak asing lagi dikalangan umat islam, Ia Masyhur di kalangan sufi dengan ajarannya Makrifat Ahlusunnah waljama’ah
KARAKTERISTIK AJARAN POKOK DAN TOKOH
a. Karakteristik pedoman pokok para tokoh tasawuf sunni
yaitu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-qur’an dan Sunnah, terikat, bersumber, tidak keluar dari batasan-batasan keduanya, mengontrol prilaku, lintasan hati serta pengetahuan dengan neraca keduanya. Sebagaimana ungkapan Abu Qosim Junaidi al-Bagdadi: “Mazhab kami ini (Tasawuf) terikat dengan dasar-dasar Al-qur’an dan Sunnah”, perkataannya lagi: “Barang siapa yang tidak hafal (memahami) Al-qur’an dan tidak menulis (memahami) Hadits maka orang itu tidak sanggup dijadikan qudwah dalam kasus (tarbiyah tasawuf) ini, sebab ilmu kita ini terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”. Tasawuf ini diperankan oleh kaum sufi yang mu’tadil (moderat) dalam pendapat-pendapattnya, mereka mengikat antara tasawuf mereka dan Al-qur’an serta Sunnah dengan bentuk yang jelas. Boleh dinilai bahwa mereka ialah orang-orang yang senantiasa menimbang tasawuf mereka dengan neraca Syari’ah..
Tasawuf ini berawal dari zuhud, kemudian tasawuf dan berakhir pada akhlak. Mereka ialah sebagian sufi periode kedua, atau pertengahan periode kedua, dan setelahnya hingga periode keempat hijriyah. Dan personal menyerupai Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa, al-Junaidi al-Bagdadi, al-Qusyairi, as-Sarri as-Saqeti, al-Harowi, ialah merupakan tokoh-tokoh sufi utama periode ini yang berjalan sesuai dengan tasawuf sunni. Kemudian pada pertengahan periode kelima hijriyah imam Ghozali membentuknya ke dalam format atau konsep yang sempurna, kemudian diikuti oleh pembesar syekh Toriqoh. Akhirnya menjadi salah satu metode tarbiyah ruhiyah Ahli Sunnah wal jamaah. Dan tasawuf tersebut menjadi sebuah ilmu yang menimpali kaidah-kaidah praktis.
Karakteristik dari pedoman tasawuf ini adalah
a. Karakteristik pedoman pokok para tokoh tasawuf sunni
yaitu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-qur’an dan Sunnah, terikat, bersumber, tidak keluar dari batasan-batasan keduanya, mengontrol prilaku, lintasan hati serta pengetahuan dengan neraca keduanya. Sebagaimana ungkapan Abu Qosim Junaidi al-Bagdadi: “Mazhab kami ini (Tasawuf) terikat dengan dasar-dasar Al-qur’an dan Sunnah”, perkataannya lagi: “Barang siapa yang tidak hafal (memahami) Al-qur’an dan tidak menulis (memahami) Hadits maka orang itu tidak sanggup dijadikan qudwah dalam kasus (tarbiyah tasawuf) ini, sebab ilmu kita ini terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”. Tasawuf ini diperankan oleh kaum sufi yang mu’tadil (moderat) dalam pendapat-pendapattnya, mereka mengikat antara tasawuf mereka dan Al-qur’an serta Sunnah dengan bentuk yang jelas. Boleh dinilai bahwa mereka ialah orang-orang yang senantiasa menimbang tasawuf mereka dengan neraca Syari’ah..
Tasawuf ini berawal dari zuhud, kemudian tasawuf dan berakhir pada akhlak. Mereka ialah sebagian sufi periode kedua, atau pertengahan periode kedua, dan setelahnya hingga periode keempat hijriyah. Dan personal menyerupai Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa, al-Junaidi al-Bagdadi, al-Qusyairi, as-Sarri as-Saqeti, al-Harowi, ialah merupakan tokoh-tokoh sufi utama periode ini yang berjalan sesuai dengan tasawuf sunni. Kemudian pada pertengahan periode kelima hijriyah imam Ghozali membentuknya ke dalam format atau konsep yang sempurna, kemudian diikuti oleh pembesar syekh Toriqoh. Akhirnya menjadi salah satu metode tarbiyah ruhiyah Ahli Sunnah wal jamaah. Dan tasawuf tersebut menjadi sebuah ilmu yang menimpali kaidah-kaidah praktis.
Karakteristik dari pedoman tasawuf ini adalah
- Ajarannya bener-bener berdasarkan al-qur’an dan sunnah,terikat dan tidak keluar dari ajaran-ajaran syariah islamiah.
- Lebih cenderung pads prilaku atau moral keagamaan dan pada pemikiran.
- Banyak dikembangkan oleh kaum salaf.
- Termotivasi untuk membersihkan jiwa yang lebih berorientasi pada aspek dalam yaitu cara hidup yang lebih mengutamakan rasa,dan lebih mementingkan keagungan yang kuasa dan bebas dari egoisme.
a) Adapun karakteristik pedoman para tokoh-tokoh tasawuf ini antara lain adalah:
• Al Bashri Hasan
Karakteristik dasar pendiriannya yang paling utama ialah zuhud terhadap kehidupan dunawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. kedua ialah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah sebab berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya. Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh sebab itu, prinsip pedoman ini ialah mengandung perilaku kesiapan untuk melaksanakan mawas diri atau muhasabah biar selalu memikirkan kehidupan yang akan dating yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.
Karakteristik dasar pendiriannya yang paling utama ialah zuhud terhadap kehidupan dunawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. kedua ialah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah sebab berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya. Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh sebab itu, prinsip pedoman ini ialah mengandung perilaku kesiapan untuk melaksanakan mawas diri atau muhasabah biar selalu memikirkan kehidupan yang akan dating yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.
• Rabiah Al Adawiyah
Karakteristik ajarannya ialah Ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al hubb dengan isi dan pengertian yang khas tasawuf.Cinta murni kepada Tuhan merupakan puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia rindu, ingin dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
Karakteristik ajarannya ialah Ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al hubb dengan isi dan pengertian yang khas tasawuf.Cinta murni kepada Tuhan merupakan puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia rindu, ingin dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
• Dzu Al Nun Al Misri
Karekteristik pedoman yang paling besar dan menonjol dalam dunia tasawuf ialah sebagai peletak dasar perihal jenjang perjalanan sufi menuju Allah,yang disebut Al maqomat. Beliau banyak menawarkan petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah sesuai dengan Pandangan sufi.
Karekteristik pedoman yang paling besar dan menonjol dalam dunia tasawuf ialah sebagai peletak dasar perihal jenjang perjalanan sufi menuju Allah,yang disebut Al maqomat. Beliau banyak menawarkan petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah sesuai dengan Pandangan sufi.
• Abu Hamid Al-Ghazali
Inti tasawuf Al Ghazali ialah jalan menuju Allah atau ma’rifatullah. Oleh sebab itu,serial Al maqomat dan al ahwal,pada dasarnya ialah rincian dari metoda pencapaian
Inti tasawuf Al Ghazali ialah jalan menuju Allah atau ma’rifatullah. Oleh sebab itu,serial Al maqomat dan al ahwal,pada dasarnya ialah rincian dari metoda pencapaian
• Al-junaid
Al-Junaid dikenal dalam sejarah atsawuf sebagai seorang sufi yang banyak membahas perihal tauhid. Al-Junaid juga menandaskan bahwa tasawuf berarti “allah akan mengakibatkan mati dari dirimu sendiri dan hidup di dalam-Nya.” Peniadaan diri ini oleh Junaid disebut fana`, sebuah istilah yang mengingatkan kepada ungkapan Qur`ani “segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya (QA. 55:26-27) dan hidup dalam sebutannya baqa`. Al-Junaid menganggap bahwa tasawuf merupakan penyucian dan usaha kejiwaan yang tidak ada habis-habisnya.
Al-Junaid dikenal dalam sejarah atsawuf sebagai seorang sufi yang banyak membahas perihal tauhid. Al-Junaid juga menandaskan bahwa tasawuf berarti “allah akan mengakibatkan mati dari dirimu sendiri dan hidup di dalam-Nya.” Peniadaan diri ini oleh Junaid disebut fana`, sebuah istilah yang mengingatkan kepada ungkapan Qur`ani “segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya (QA. 55:26-27) dan hidup dalam sebutannya baqa`. Al-Junaid menganggap bahwa tasawuf merupakan penyucian dan usaha kejiwaan yang tidak ada habis-habisnya.
• Al-Qusyairi An-Naisabur
Imam Al-Qusyairy pernah mengkritik para sufi aliran Syathahi yang mengungkapkan ungkapan-ungkapan penuh kesan perihal terjadinya Hulul (penyatuan) antara sifat-sifat kemanusiaan, khususnya sifat-sifat barunya, dengan Tuhan. Al-Qusyairy juga mengkritik kebiasaan para sufi pada masanya yang selalu mengenakan pakaian layaknya orang miskin. Ia menekankan kesehatan batin dengan perpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Hal ini lebih disukainya daripada penampilan lahiriah yang memberi kesan zuhud, tapi hatinya tidak demikian. Dari sini sanggup dipahami, Al-Qusyairy tidak mengharamkan kesenangan dunia, selama hal itu tidak memalingkan insan dari mengingat Allah. Beliau tidak sependapat dengan para sufi yang mengharamkan sesuatu yang gotong royong tidak diharamkan agama.
Imam Al-Qusyairy pernah mengkritik para sufi aliran Syathahi yang mengungkapkan ungkapan-ungkapan penuh kesan perihal terjadinya Hulul (penyatuan) antara sifat-sifat kemanusiaan, khususnya sifat-sifat barunya, dengan Tuhan. Al-Qusyairy juga mengkritik kebiasaan para sufi pada masanya yang selalu mengenakan pakaian layaknya orang miskin. Ia menekankan kesehatan batin dengan perpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Hal ini lebih disukainya daripada penampilan lahiriah yang memberi kesan zuhud, tapi hatinya tidak demikian. Dari sini sanggup dipahami, Al-Qusyairy tidak mengharamkan kesenangan dunia, selama hal itu tidak memalingkan insan dari mengingat Allah. Beliau tidak sependapat dengan para sufi yang mengharamkan sesuatu yang gotong royong tidak diharamkan agama.
• Al-Harawi
al-Harwi berbicara perihal maqam ketenangan (sakinah). Maqam ketenangan timbul dari perasaan ridha yang aneh. Dia mengatakan: “peringkat ketiga (dari peringkat-peringkat ketenangan) ialah ketenagan yang timbul dari perasaan ridhaatas kepingan yang diterimanya. Ketenangan tersebut bias mencegah ucapan asing yang menyesatkan ; dan menciptakan orang yang mencapainya tegak pada batas tingkatannya. “yang dimaksud dengan ucapan yang menyesatkan itu ialah menyerupai ungkapan-ungkapan yang diriwayatkan dari Abu yazid dan lain-lain. Tasawwuf Sunni
al-Harwi berbicara perihal maqam ketenangan (sakinah). Maqam ketenangan timbul dari perasaan ridha yang aneh. Dia mengatakan: “peringkat ketiga (dari peringkat-peringkat ketenangan) ialah ketenagan yang timbul dari perasaan ridhaatas kepingan yang diterimanya. Ketenangan tersebut bias mencegah ucapan asing yang menyesatkan ; dan menciptakan orang yang mencapainya tegak pada batas tingkatannya. “yang dimaksud dengan ucapan yang menyesatkan itu ialah menyerupai ungkapan-ungkapan yang diriwayatkan dari Abu yazid dan lain-lain. Tasawwuf Sunni
0 Response to "Tasawuf Sunni Karakteristik Pedoman Pokok Dan Tokoh"
Post a Comment