Ptk Matematika Smp Kelas 7 (Penelitian Tindakan Kelas)

 PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7  -  Lihat juga ya pola beberpa ptk yang lainnya ptk bahasa indonesia sd, fiqih ma, pai smp, penjasorkes smp, serta yang lagi terkenal di baca kan orang ptk ipa sd. ptk bahasa arab mts, pai sma, ptk b. indo kelas 1, ptk bahasa jerman, matematika sd kelelas 6, ptk smk, ptk matematika sd kelas 4, ptk penjasorkes sd, penjasorkes smp, ptk bahasa indonesia sma xi , ptk tk paud, ptk matematika sma x, ptk ipa sd, bahsa inggris smp, tk paud, ptk mtk smp, ptk mtk sd kls 1, ptk mtk sd klas 4 dan kali ini saya posting  PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7 

 Baiklah semoga sobat sahabat merasa tebantu dengan adanya  PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7  yang bisa dijadikan rujukan guna tercapatinya  PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7  yangmaksimal

Judul :
MENINGKATKAN KETAHANAN PRIBADI SISWA KELAS VIIA Sekolah Menengah Pertama NEGERI 2 SEDATI DALAM BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD


BAB I
PENDAHULUAN
 PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7

1.1. Latar Belakang Masalah

Kurangnya ketahanan pribadi dalam berguru matematika sanggup diduga akan besar lengan berkuasa besar terhadap gairah berguru matematika. Jika hal ini dibiarkan maka siswa akan semakin tidak menyenangi matematika bahkan pada taraf tertentu akan bersikap anti pati pada pelajaran matematika. Akibat dari itu semua semua tentu prestasi berguru matematika akan semakin rendah.


Matematika dianggap sangat penting bagi kehidupan manusia. Matematika mempunyai keterkaitan dan menjadi pendukung aneka macam bidang ilmu serta aneka macam aspek kehidupan manusia. Tetapi di sisi lain, matematika juga dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi siswa, bahkan cukup seram bagi beberapa siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sedati Sidoarjo. Hal ini terlihat pada dikala pembelajaran berlangsung hampir 60% diantara para siswa mempunyai ketahanan pribadi dalam berguru matematika masih rendah , data yang lain sanggup dilihat dari hasil  wawancara beberapa siswa. Sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan dan berani menjawab pertanyaan atau menanggapi pendapat temannya, kurang berani mengambil resiko (takut salah), kebiasaan mencontoh pekerjaan temannya dan kurang terlibat aktif dalam kelompok (cemas), merupakan indikasi lemahnya ketahanan pribadi (keuletan) siswa dalam berguru matematika.

Kondisi di kelas juga diperparah dengan pengelolaan guru dalam proses pembelajaran diantaranya masih kuatnya dominasi guru dalam proses pembelajaran, guru secara aktif menjelaskan materi, menawarkan pola dan latihan, sementara siswa bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran, disamping itu guru dalam pembelajarannya masih indoktrinasi yaitu mendudukkan dirinya sebagai maha tahu, maha benar, dan dalam proses pembelajarannya guru belum mengembangkan kemampuan berguru siswa dalam berfikir kritis, logis dan kreatif.

Pada kurikulum 2004 perihal Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar disebutkan bahwa: berguru merupakan acara aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Pada buku itu juga disebutkan pula prinsip-prinsip Kegiatan Belajar Mengajar diantaranya yaitu Berpusat pada siswa, Belajar dengan Melakukan serta Mengembangkan Kemampuan Sosial. Dengan memperhatikan 3 prinsip Kegiatan Belajar Mengajar yang dikemukakan pada Kurikulum 2004 terlihat bahwa prinsip-prinsip tersebut mengacu pandangan Konstruktivis yaitu penciptaan kondisi yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksikan pengertian sendiri terhadap suatu konsep sehingga lebih menarik dan bermanfaat bagi siswa, bila dibandingkan dengan jikalau pengertian tersebut diperoleh secara pribadi dari guru, sehingga pembelajaran sering disebut pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi kepada pendekatan konstruktivis yaitu model pembelajaran kooperatif.

Menurut Abdurrahman Asy’ari (2000), berguru hendaknya bisa menawarkan bekal “life skills” yang memungkinkan siswa “survive” dalam kondisi yang bagaimanapun. Belajar jangan hanya dimaksudkan untuk mengasah otak, tetapi juga untuk mengasah “qolbu” suapaya tercipta rasa faktual menyerupai lebih percaya diri, tabah, tenang, tidak gampang gelisah, mau menghargai orang lain, tidak mematikan semangat orang lain dan pantang menyerah.

Hal-hal diatas menawarkan arah bahwa pembelajaran matematika hendaknya dilarang melepaskan diri dari proses kerjasama. Dengan bekerja sama, seorang anak yang lebih “dewasa” dalam suatu konsep bisa memberi pertolongan kepada temannya untuk mencapai kemampuan idealnya. Dengan bekerja sama, peluang terbentuknya ketrampilan sosial, dan kematangan emosional juga lebih besar. Dan dibutuhkan sanggup pula meningkatkan ketahanan pribadi siswa dalam berguru matematatika.

1. 2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini ada dua problem yang perlu dicarikan solusinya yaitu :  PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7
  1. Apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD sanggup meningkatkan ketahanan pribadi siswa kelas VII-A Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sedati dalam berguru matematika ?
  2. Bagaimana proses pembelajaran kooperatif tipe STAD sanggup meningkatkan ketahanan pribadi siswa kelas VII-A Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sedati dalam berguru matematika ?

1.    3. Hipotesis Tindakan
Pembelajran Kooperatif tipe STAD sanggup meningkatkan ketahanan pribadi siswa kelas VII-A Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sedati dalam berguru matematika.


1.    4. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk  meningkatkan ketahanan pribadi siswa kelas VII-A Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sedati dalam berguru matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil penelitian ini dibutuhkan bermafaat bagi :   PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7
  1. Bagi siswa, hasil penelitian ini dibutuhkan bermanfaat dalam meningkatkan ketahanan pribadinya dalam berguru matematika serta memupuk keberaniannya dalam bekerja mandiri.
  2. Bagi guru, hasil penelitian sanggup bermanfaat dalam penemuan pembelajaran (model pembelajaran kooperatif), dan peningkatan profesionalisme guru (melaksanakan refleksi dalam upaya perbaikan proses pembelajaran).
  3. Bagi sekolah, dalam perjuangan meningkatkan kualitas hasil berguru matematika siswa melalui kerja sama guru-guru dalam suatu penelitian tindakan kelas.

1. 5. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan citra yang lebih jelas, dalam penafsiran hasil penelitian ini, maka perlu diberikan batasan perihal istilah yang terdapat dalam rumusan tujuan penelitian diatas sebagai berikut :
  1. Ketahanan pribadi (keuletan) siswa yaitu perjuangan siswa dalam menggali potensi diri. Yang sanggup diterjemahkan sebagai tindakan yang dinamis dan berani mengambil resiko dengan indikator : 1) kecemasan siswa berkurang, 2) motivasi, 3) harga diri, dan 4) perilaku positifnya meningkat.
  2. Pembelajaran kooperatif yaitu acara berguru mengajar secara kelompok kecil yang merupakan daerah siswa berguru dan berafiliasi untuk hingga kepada pengalaman berguru yang optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif yaitu tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehinga dalam diri siswa terbentuk perilaku kebergantungan faktual yang menimbulkan kerja kelompok berjalan optimal (Santoso, 1998).

Pada penelitian ini pembelajaran kooperatif yang dipakai yaitu tipe STAD yang merupakan teknik berguru kelompok yang menawarkan kesempatan kepada siswa untuk membuatkan pengetahuan atau kiprah dengan siswa lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa. Hal ini merupakan serpihan penting dalam belajar.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
 PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7

2.    1. Ketahanan Pribadi Siswa

Pada penelitian ini tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan ketahanan pribadi bagi siswa, alasannya yaitu ditengarai banyak siswa yang kurang ulet dalam berguru matematika. Indikasi dari dugaan tresebut antara lain;
  1. belum bisa membebaskan diri dari keinginan menggantungkan diri dari pihak lain, contohnya kebiasaan siswa mencontoh hasil pekerjaan temannya, atau adanya siswa yang sering mengekor pendapat temannya, 
  2. belum mempunyai jiwa dinamis, kreatif dan pantang menyerah, contohnya kebiasaan siswa kurang berani memulai suatu pekerjaan (kurang berani untuk mengambil keputusan walaupun beresiko).
Menurut (Soedarsono,S, 1999) secara esensial seseorang disebut mempunyai ketahanan pribadi (keuletan) bila ia ;
  • Memiliki rasa percaya diri dan berpegang teguh pada prinsip,
  • Mampu membebaskan diri dari keinginan menggantungkan diri dari pihak lain,
  • Mendambakan kebersamaan,
  • Memiliki jiwa dinamis, kreatif dan pantang menyerah.

Siswa yang mempunyai ketahanan pribadi yang tinggi akan berusaha memakai potensinya sendiri dalam menuntaskan tugas-tugas yang diberikan dan ia aib apabila harus mencontoh hasil pekerjaan teman-temannya. Siswa akan lebih berani mencoba mengerjakan tugas-tugas (kelompok maupun individu) walaupun secara psikologis resikonya sangat besar berdasarkan siswa, contohnya disalahkan, dicemooh, atau pandangan negatif lainnya.

Pada dikala pembelajaran kelompok, siswa yang mempunyai ketahanan pribadi tinggi akan lebih terbuka, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat walaupun beresiko, contohnya diejek, dianggap sok tahu, dianggap udik dan lain-lain predikat negatif.

Apabila ketahanan pribadi yang tinggi ini sudah tertanam pada diri siswa, maka sanggup dipastikan masing-masing siswa mempunyai rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi juga. Mereka akan sanggup mengembangkan potensinya secara optimal sehingga dibutuhkan akan berdampak faktual pada prestasi belajarnya.  PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7

2.    2. Pembelajaran Kooperatif
Masih banyak guru beranggapan bahwa kiprah mereka yaitu memindahkan warta pengetahuan dari buku atau kepala mereka kepada siswa, sedangkan kiprah siswa yaitu menerima, mengingat, dan menghafalkan warta tersebut. Dengan kata lain, siswa dianggap sebagai akseptor pengetahuan yang pasif sedangkan guru yaitu pemilik pengetahuan. Anggapan ini sepertinya didasarkan pada paradigma yang dipopulerkan oleh John Locke, yakni siswa dianggap menyerupai selembar kertas putih kosong yang menunggu goresan pena dari guru. Siswa bagaikan botol kosong yang bisa diisi dengan curahan pengetahuan dari guru, sehubungan dengan ini pula, suasana berguru yang mayoritas yaitu struktur persaingan dimana siswa saling berlomba menjadi lebih baik dari lainnya para guru pun ikut berlomba dengan guru (atau sekolah) lainnya.

Banyak guru menganggap paradigma diatas sebagai satu-satunya jalan. Namun teori dan penelitian memperlihatkan bahwa fokus pembelajaran terletak pada berguru secara mendalam dan sesuai dengan pengalaman, memerlukan keterlibatan penuh dan berguru dengan aktif, ketrampilan dikembangkan dalam kaitannya dengan berguru yang relevan (kontektual), bahan secara terintegrasi dipakai dan dibuat oleh siswa. Dengan demikian prinsip utama dalam pandangan kontruktivis yaitu pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa (Jonhson & Johnson, 1994)

Karena penekanannya pada berguru bagaimana belajar, maka pembelajran yang dilakukan haruslah pembelajaran bermakna dan tersusun secara hirarkis. Dalam hal ini guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator yang melayani pertanyaan dan pendapat siswa tanpa menyalahkan siswa. Guru membimbing siswa dalam melaksanakan negoisasi menuju pada penguasaan materi. Proses pembelajaran kooperatif yang efektif sanggup menawarkan kesempatan kepada siswa untuk gotong royong dengan guru dan siswa lainnya membangun sendiri pengetahuan mereka.

Menurut (Johnson & Johnson, 1994), terdapat lima unsur penting dalam berguru kooperatif, yaitu diantaranya yaitu : 1)Saling ketergantungan yang bersifat faktual antara siswa, dalam berguru kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain., sehingga seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. ; 2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat, hal ini terjadi lantaran seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling menawarkan pertolongan ini akan berlangsung secara alamiah lantaran kegagalan seseorang dalam kelompok akan mensugesti suksesnya kelompok dalam memperoleh penghargaan kelompok. ; 3)Tanggung jawab individual dalam berguru kelompok dalam arti tanggung jawab siswa dalam membantu siswa yang membutuhkan pertolongan sehingga siswa tidak hanya sekedar membonceng pada hasil kerja sobat sekelompoknya. : 4) Ketrampilan interpersonal dalam kelompok kecil, dalam hal ini siswa dituntut aktif dalam bersikap dan menyampaiakan ilham sebagai angggota kelompok. ; 5) Proses kelompok, proses ini terjadi jikalau anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan menciptakan kekerabatan kerja yang baik pula.

Menurut (Anita Lie, 1999) beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut : 1) Siswa sanggup meningkatkan kemampuan bekerja sama ; 2) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan ; 3) Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran ; 4) Mengurangi kecemasan siswa ;5) Meningkatkan motivasi, harga diri dan perilaku faktual ;5) Meningkatkan prestasi akademik

2.    3. Hasil Penelian yang Relevan
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai dampak yang amat faktual terhadap siswa yang  rendah  hasil belajarnya, diantaranya sanggup meningkatkan motivasi, meningkatkan hasil belajar, dan retensi yang lebih usang (Lungren, 1994 dalam Ratumanan). Hasil penelitian yang sama yang dilakukan oleh Widada (1999) dan Tri Djoko (1999) memperlihatkan hasil yang tidak berbeda.



BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.    1. Setting Penelitian dan latar belakang  subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sedati, Sidoarjo mulai bulan September 2006 hingga dengan bulan Nopember 2006 yang melibatkan dua orang guru matematika (seorang guru menjadi pengajar dan satu orang lainnya menjadi kolaborator) dan 40 siswa kelas VII-A.

Penetapan siswa pada kelas diatas cukup representatif untuk penelitian tindakan kelas sesuai dengan permasalahan yang dihadapi diantaranya mempunyai kecenderungan : 1) kurang berani dalam berpendapat, 2) kepercayaan diri rendah, 3) ketergantungan pada sobat kuat 4) tidak dinamis dan kurang kreatif.


3.    2. Rencana Tindakan

Menurut Winkel (1993 : 115) keberhasilan siswa dalam berguru sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran yang dikelola oleh guru, selanjutnya kualitas pembelajaran tergantung bagaimana guru mendesain pembelajaran tersebut dalam praktek acara belajar, missal : 1) bagaimana guru menyajikan materi, 2) bagaimana guru menawarkan penguatan, 3) bagaimana guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses berguru dan 4) bagaimana guru menghargai keberhasilan siswa (reward), yang semuanya itu berada dalam satu sistem pembelajaran.

Menurut Piaget (1960) dan Rogerg (1982) dalam proses berguru siswa menkonstuksi pengetahuan mereka sendiri secara aktif. Dengan dasar uraian diatas tindakan yang diambil dalam penelitian ini, sebagai upaya meningkatkan ketahanan pribadi siswa kelas VII-A Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sedati, Sidoarjo dalam berguru matematika melalui pembelajaran yang memakai pendekatan kooperatif  tipe STAD, dengan langkah-langkah sebagi berikut :  PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7

(1)    Tahap penyajian Materi
Dalam tahap ini bahan diperkenalkan melalui penyajian kelas. Penyajian bahan dilakukan secara langsung. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada dikala ini yaitu : 1) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 2) Memberi motivasi pada siswa perihal perlunya mempelajari materi, 3) Menyajikan materi-materi pokok pembelajaran, 4) Memantau pemahaman   perihal bahan pokok yang diajarkan.

(2)    Kegiatan Kelompok
Selama siswa berada  pada acara kelompok, masing-masing anggota  kelompok bertugas mempelajari bahan yang telah disajikan oleh guru dan membantu sobat sekelompok untuk menguasai bahan tersebut. Guru membagi lembar acara , kemudian peserta didik  mengerjakan  lembar yang diberikan.    Setiap peserta didik harus mengerjakan secara berdikari dan selanjutnya saling mencocokkan tanggapan dengan sobat sekelompoknya. Guru harus menekankan bahwa lembar acara untuk dipelajari bukan  untuk  diisi atau  diserahkan pada guru. Jika peserta didik mempunyai pertanyaan sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu kepada anggota kelompoknya, gres ditanyakan kepada guru bila tak terjawab.    

(3)    Pelaksanaan Kuis Individual
Pelaksanaan kuis individual berlangsung kira-kira sesudah satu atau dua periode penyampaian bahan oleh guru dan sesudah satu atau dua periode kerja kelompok. Dalam pelaksanaan kuis individual akan   memilih keberadaan peserta didik dalam kelompok dan   keberadaan  kelompoknya diantara kelompok-kelompok lain.      PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7
Lihat juga ya pola beberpa ptk yang lainnya  PTK Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas 7 (Penelitian Tindakan Kelas)

0 Response to "Ptk Matematika Smp Kelas 7 (Penelitian Tindakan Kelas)"

Post a Comment