Contoh Skripsi Keperawatan

Skripsi Keperawatan, sebagian mahasiswa keperawatan ada juga yang mencari  makalah/skripsi atau sekedar browsing di internet untuk mencari rujukan skripsi yang sedang di susunnya, maka dari itu saya menyediakan referensi  skripsi keperawatan di blog aadesanjaya.blogspot.com selain skripsi keperawatan saya juga sudah memposting beberapa pola skripsi yang lainnya ibarat matematika, kimia, biologi, pai, teknik informatika yaitu dengan tujuan yang sama supaya teman-teman semua sanggup terbantu dlaam menyusun skrispsi nanti.

Dengan adanya  Skripsi keperawatan ini mudah-mudahan sahabat sahabat terbantu dalam menyusun skripsi baik yang sedang berlangsung menyusun skripsi maupun yang sedang menunggu di acckan judul skripsinya.

Judul:

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KEGAWATAN NAFAS DAN TINDAKAN RESUSITASI PADA NEONATUS  YANG MENGALAMI KEGAWATAN PERNAFASAN DI RUANG NICU, RUANG PERINATOLOGI DAN RUANG ANAK RSUD GUNUNG JATI CIREBON

BAB  I
PENDAHULUAN
Skripsi Keperawatan


1.1   Latar Belakang

Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 menempatkan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas penting lantaran anak yaitu impian bangsa di masa yang akan datang. Kemajuan bangsa di masa mendatang akan sangat tergantung dari kondisi kesehatan anak ketika ini.

Dalam planning pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 terdapat beberapa acara unggulan yang berafiliasi dengan kesehatan anak yaitu acara perbaikan gizi, penanggulangan penyakit yang sanggup dicegah dengan imunisasi, peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, kesehatan lingkungan pemukiman, air dan udara sehat dan pencegahan kecelakaan. Program-program tersebut dilakukan melalui upaya kesehatan ibarat investigasi ibu hamil, imunisasi, pertolongan persalinan, penanggulangan penyakit-penyakit penyebab kematian, deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang anak serta upaya kesehatan sekolah.

Beberapa indikator terkait dengan kesejahteraan anak menjadi indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan terutama dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan pembangunan di bidang kesehatan. Indikator tersebut yaitu angka janjkematian bayi (AKB) dan angka janjkematian balita (AKABA).

Angka janjkematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) yaitu jumlah kematian   bayi di bawah usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator yang sensistif terhadap ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal. AKB juga berafiliasi dengan pendapatan  keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan keadaan gizi keluarga.

Angka janjkematian bayi (AKB) pada tahun 2000 berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yaitu 44 per 1000 kelahiran hidup. Sementara estimasi SUSENAS, angka janjkematian bayi pada tahun 2001 yaitu 50 per 1000 kelahiran hidup.  Kematian bayi tersebut disebabkan oleh penyakit-penyakit ibarat yang tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1
Proporsi Penyakit Penyebab Kematian Bayi di Indonesia Tahun 2001

No.
Jenis Penyakit
%
1.
Gangguan Perinatal
34,7 %
2.
Sistem Pernafasan
24,6 %
3.
Diare
9,4 %
4.
Sistem Pencernaan
4,3 %
5.
Gejala Tidak Jelas
4,1 %
6.
Tetanus
3,4 %
7.
Syaraf
3,2 %
Sumber : SURKESNAS 2001


Indikator selanjutnya yaitu angka janjkematian balita (AKABA). Angka janjkematian balita yaitu jumlah anak yang meninggal  sebelum mencapai usia 5 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka janjkematian balita ini menggambarkan keadaan lingkungan yang kuat terhadap kesehatan balita ibarat gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.
Angka janjkematian balita pada tahun 2001 berdasarkan SUSENAS yaitu 64 per 1000 kelahiran hidup.  Penyebab janjkematian balita berdasarkan SUSENAS 2001 sanggup dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.2
Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di Indonesia Tahun 2001

No.
Jenis Penyakit

%


1.

Sistem Pernafasan

22,8 %
2.
Diare
13,2 %
3.
Syaraf
11,8 %
4.
Tifus
11,1 %
5.
Sistem Pencernaan
5,9 %
6.
Infeksi Lain
5,1 %
Sumber : SURKESNAS 2001 Skripsi Keperawatan

Berdasarkan data di atas maka penyebab terbanyak janjkematian bayi dan balita yaitu gangguan perinatal dan penyakit-penyakit sistem pernafasan. Menurut Yunanto, dkk (2003) upaya menurunkan angka janjkematian bayi dilakukan dengan mempercepat perjuangan rujukan supaya bayi resiko tinggi sanggup segera mendapat pertolongan. Bayi-bayi yang termasuk ke dalam kelompok resiko tinggi yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR), asfiksia pada bayi gres lahir, kejang, sesak nafas, perut kembung, kuning pada bayi dan perdarahan pada bayi.

Rujukan pelayanan kesehatan ini terutama ditujukan kepada bayi gres lahir beresiko tinggi yang mengalami kegawatan perinatal atau perinatal distress. Kegawatan perinatal disebabkan oleh banyak sekali gangguan yang berpotensi meningkatkan janjkematian atau kesakitan pada neonatus. Akibat gangguan tersebut bayi akan sakit sehingga pertumbuhannya terhambat atau kemampuan adaptasinya terganggu atau bahkan menimbulkan kematian.

Kegawatan perinatal ini bisa terjadi pada bayi aterm maupun preterm, bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang pretrem berpotensi mengalami kegawatan lebih besar. Berbagai jenis kegawatan yang sering dijumpai di lapangan dan memiliki angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi serta penanganan segera yaitu stress berat kelahiran, asfiksia neonatorum, sindroma gawat nafas neonatus, hiperbilirubinemia, infeksi, kejang dan renjatan atau trauma (Yunanto, dkk, 2003).

Kegawatan pernafasan juga sanggup terjadi pada bayi dengan penyakit pernafasan sanggup menimbulkan dampak yang cukup berat bagi berupa terjadinya henti nafas atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan yaitu terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada tubuh.

bayi akan beradapatasi terhadap kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila  keadaan hipoksia semakin berat dan lama, metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat. Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan pedoman darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain (Yu dan Monintja, 1997).  Selanjutnya sanggup terjadi depresi pernafasan yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang bahkan sanggup menimbulkan kematian.

Depresi nafas yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang hanya sanggup diatasi dengan dukungan oksigen dengan tekanan positif, massase jantung eksternal dan koreksi keadaan asidosis. Hanya sehabis oksigenasi dan perfusi jaringan diperbaiki maka kegiatan respirasi dimulai (Yu dan Monintja, 1997).

Pendapat tersebut menekankan pentingnya tindakan resusitasi dengan segera. Makin lambat dimulainya tindakan resusitasi yang efektif maka akan makin lambat pula timbulnya perjuangan nafas dan makin tinggi pula resiko janjkematian dan kecacatan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Nelson (1999) yang menyatakan bahwa peluang keberhasilan tata laksana penderita dengan henti nafas menitikberatkan pada pentingnya kemampuan tata laksana lantaran peningkatan hasil selesai pasca henti pernafasan dihubungkan dengan kecepatan dilakukannya resusitasi jantung paru.
Resusitasi merupakan sebuah upaya  menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang mencakup pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada ketika terjadi  kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.  kegawatdaruratan pada kedua sistem badan ini sanggup menimbulkan janjkematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997).  Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan  kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus sanggup menciptakan keputusan yang sempurna pada ketika kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan bisa menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila sikap didasari pengetahuan dan kesadaran, maka sikap bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003). Perilaku insan sangat kompleks dan memiliki ruang lingkup yang luas. Terbentuknya suatu sikap gres terutama pada orang cukup umur dimulai dari domain kognitif, dalam arti subjek terlebih dahulu mengetahui terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan gres pada subyek tersebut.
Pengetahuan perawat wacana resusitasi merupakan modal yang sangat penting untuk pelaksanaan tindakan resusitasi pada situasi kritis. Pengetahuan ini menentukan keberhasilan tindakan resusitasi. Pengetahuan wacana resusitasi  didapat melalui pendidikan, pembinaan atau pengalaman selama bekerja.
Pengetahuan wacana kegawatan nafas dan tindakan resusitasi di Ruang NICU, Ruang Perinatologi  dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon harus dikuasai dengan baik oleh perawat lantaran RSUD Gunung Jati Cirebon yaitu rumah sakit

BAB II

BAB III
METODE PENELITIAN
Skripsi Keperawatan

3.1   Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan objek atau insiden yang bertujuan untuk mengetahui keadaan yang terjadi pada ketika kini (Notoatmodjo, 2002).

 Pada penelitian ini, peneliti ingin memperoleh citra wacana pengetahuan perawat wacana kegawatan nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus  yang mengalami gawat nafas di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon.

3.2   Variabel Penelitian
Variabel yaitu objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998). Variabel dalam penelitian ini yaitu pengetahuan perawat wacana kegawatan nafas dan tindakan  resusitasi pada neonatus  di ruang NICU, Perinatologi dan Ruang Anak di RSUD Gunung Jati Cirebon.

3.3   Populasi dan Sampel

3.3.1   Populasi
Populasi yaitu keseluruhan subjek penelitian, yang mencakup keseluruhan elemen yang ada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 1998). Populasi dalam penelitian ini yaitu perawat di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon berjumlah 35 orang yang terdiri dari perawat di Ruang NICU sebanyak 12 orang, 10 orang perawat Ruang Perinatologi dan 13 orang perawat Ruang Anak.

3.3.2   Sampel
Sampel yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik sampling jenuh, yaitu tehnik penentuan sampel jikalau semua anggota populasi dipakai sebagai sampel. Hal ini dilakukan lantaran jumlah populasi relatif kecil (Sugiono,1999).
Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh perawat di Ruang NICU, Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon yang berjumlah 35 perawat  (total sampling).

3.4   Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan memakai instrumen berupa angket yang berisi beberapa pertanyaan tertutup yang harus diisi oleh responden.

Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang dipakai untuk memperoleh gosip dari responden dalam arti laporan wacana pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998). Jenis kuisioner yang dipakai yaitu kuesioner tertutup, dimana pada setiap item pertanyaan responden menentukan tanggapan yang  disediakan yang terdiri dari empat tanggapan dengan skala ordinal. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan tanggapan yang salah diberi nilai 0 sehingga data yang diperoleh merupakan data berskala nominal dikotomus.
Pada ketika pengumpulan data, peneliti mendampingi responden secara pribadi dalam pengisian kuesioner, sehingga apabila responden kurang terperinci dengan maksud pertanyaan, bisa pribadi bertanya pada peneliti.

3.5   Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti memperlihatkan klarifikasi terlebih dahulu  wacana maksud dan tujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari responden, kemudian responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan . Setelah itu kuesioner sanggup pribadi dipakai dan diisi oleh respoden.

3.6   Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu berbentuk kuesioner yang dipakai untuk mengukur tingkat pengetahuan responden. Kuesioner ini sebelumnya telah diuji terlebih dahulu ketepatannya sebagai alat ukur dengan cara uji validitas dan reliabilitas.

Uji instrumen dilaksanakan di RSUD Arjawinangun pada tanggal 28 – 30 November 2005  terhadap 10 orang perawat Ruang Perinatologi dan Ruang Anak.


3.6.1    Uji Validitas

Validitas yaitu ukuran yang menerangkan tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998). Disamping itu juga validitas menerangkan sejauh mana item pertanyaan pada kuesioner bisa menggambarkan konsep yang diukur.

Data hasil penelitian merupakan skor minimal dikotomus, maka dipakai relasi point biserial untuk menguji validitas item pada kuesioner. Koefisien relasi point biserial dihitung dengan rumus :

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Skripsi Keperawatan


5.1   Kesimpulan

Dari hasil penelitian     wacana “Pengetahuan Perawat wacana Kegawatan Nafas dan tindakan Resusitasi pada Neonatus yang Mengalami Kegawatan Pernafasan di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon” yang dilaksanakan pada tanggal 2 hingga 12 Desember 2005 sanggup disimpulkan bahwa:
  1. Pengetahuan perawat wacana konsep kegawatan pernafasan pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan sebagian besar (65%) yaitu baik.
  2. Pengetahuan perawat wacana konsep asuhan keperawatan pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan sebagian besar (78%) yaitu baik.
  3. Pengetahuan perawat wacana konsep, tujuan dan  tindakan resusitasi pada neonatus dengan kegawatan pernafasan  sebagian besar (55%) yaitu kurang.

Secara umum pengetahuan perawat wacana konsep kegawatan pernafasan dan konsep asuhan keperawatan pada neonatus dengan kegawatan pernafasan di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak yaitu cukup, hal ini dilatarbelakangi oleh   tingkat pendidikan yang sebagian besar yaitu DIII keperawatan dan pengalaman bekerja sebagian besar perawat yang relatif lama.

Sedangkan pengetahuan perawat wacana konsep resusitasi dan tindakan resusitasi sebagian besar kurang, hal ini sanggup disebabkan lantaran kurangnya pembinaan yang berafiliasi dengan penatalaksanaan kegawatan pernafasan, contohnya pembinaan resusitasi. Kurangnya pengetahuan wacana konsep resusitasi dan tindakan resusitasi akan berdampak pada hasil selesai tindakan resusitasi berupa tidak tercapainya tujuan resusitasi yang sanggup menjadikan keganjilan atau bahkan kematian.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan:

5.2.1 Bagi Rumah Sakit
  1. Pihak rumah sakit bertanggung jawab memperlihatkan akomodasi dan sarana yang memadai bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan keperawatan baik berupa pembinaan ataupun pendidikan berjenjang dalam rangka memperlihatkan pelayanan yang prima kepada masyarakat.
  2. Ruangan yang memiliki tingkat pelayanan kritis yang tinggi ibarat ruang intensif disarankan perawat yang bekerja memiliki pendidikan minimal DIII Keperawatan dan mempuyai sertifikasi untuk melaksanakan tindakan resusitasi.

5.2.2 Bagi Tenaga Profesi Keperawatan   

Pengetahuan dan keilmuan keperawatan senantiasa mengalami kemajuan dan perubahan pesat sehingga untuk sanggup memperlihatkan pelayanan prima dituntut tenaga profesional, sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat harus selalu ditingkatkan baik dengan mengikuti pembinaan atau pendidikan yang bersifat formal maupun nonformal.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
 Bagi calon peneliti selanjutnya, sanggup meneliti wacana citra pelaksanaan tindakan resusitasi yang dilakukan oleh perawat pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan di Ruang NICU maupun di Ruang Perinatologi.

DAFTAR PUSTAKA


American Heart Association. 2003. ACLS: Principles and Practice.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Bina Aksara

Arikunto, S. 2003 Manajemen Penelitian. Cetakan ke enam. Jakarta : PT      Rineka Cipta

Hudak,CM dan Gallo, BM. 1997. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Alih Bahasa Monika E. dkk. Edisi VI, Volume I . Jakarta : EGC

Indonesia. Departemen Kesehatan, Pusat Data Statistik. 2002. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Departemen Kesehatan RI

Jumiarni dkk. 1995. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC

Markum, AH. 1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Nelson, B. 2000. Ilmu Kesehatan Anak  vol 2 edisi 15. Jakarta : EGC

Ngastiyah. 1997.Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Oh iya. dalam postingan contoh skripsi keperawatan ini saya tidak mencantumkan secara detail atau selengkapnya di karenakan banyak lampiran atau tabel atau diagram yang terdapat pada skripsi ini, maka dari itu untuk mengampangkan anda dalam mendapat skripsi keperawatan ini silahkan anda download filenya, SO simpel mudahan anda terbantu dengan adanya file ini, thanks Ya.

 sebagian mahasiswa keperawatan ada juga yang mencari Contoh Skripsi Keperawatan

Update Skripsi Keperawatan 5 November 2011
  • Pengaruh Penggunaan Media Bantu VCD dan Modul Terhadap Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum [ Download]
  • Hubungan Antara Peran Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Injecting Drug User (Idu) Usia 15-35 Tahun [ Download]
  • Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji [ Download]
  • Pengetahuan Perawat Tentang Kegawatan Nafas Dan Tindakan Resusitasi Pada Neonatus Yang Mengalami Kegawatan Pernafasan Di Ruang Nicu, Ruang Perinatologi Dan Ruang Anak RSUD [ Download]

0 Response to "Contoh Skripsi Keperawatan"

Post a Comment