Ptk Bahasa Jerman Sma - Penelitian Tindakan Kelas

PTK Bahasa Jerman SMA - Peneltian Tindakan kelas, tumben nih saya memposting wacana bahasa yang lain (selain bahasa indonesia dan bahasa inggris)  heheheh, tapi gpp lah, mudahan dengan adanya tumpuan ptk bahasa jerman sma kelas XI ini sanggup membantu taman-teman dalam menusun PTKnya

Seperti biasanya saya telah memposting beberapa tumpuan PTK menyerupai ptk bahasa indonesia sd, fiqih ma, pai smp, penjasorkes smp, serta yang lagi terkenal di baca kan orang ptk ipa sd. ptk bahasa arab mts, pai sma, ptk b. indo kelas 1 dan kali ini saya memposting PTK Bahasa Jerman SMA  silahkan di baca ya teman-teman

Judul :
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI BAHASA Sekolah Menengan Atas NEGERI 3 SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN ROLE PLAY

BAB I
PENDAHULUAN
PTK Bahasa Jerman SMA

A.  Latar  Belakang Masalah

Bahasa Jerman merupakan mata pelajaran yang gres dikenal oleh siswa Sekolah Menengan Atas di kelas X agenda Inti dengan durasi waktu 2 x 45 menit setiap minggu. Materi yang diajarkan relatif masih sederhana yakni bagaimana memperkenalkan diri dan orang lain serta bagaimana percakapan di sekolah. Sedangkan di kelas XI  agenda bahasa ada penambahan jam mengajar yakni 4 x 45 menit. Perlu juga diketahui bahwa siswa-siswa yang masuk ke dalam kelas bahasa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, ada yang lantaran memang menjadi pilihan pertama pada ketika menentukan agenda di kelas XI, tetapi kebanyakan mereka terpaksa masuk kelas bahasa oleh lantaran tidak lulus kriteria penetapan penjurusan baik IPA maupun IPS.

Dari 17 siswa, mereka yang menentukan program  bahasa  pada pilihan  pertama sebanyak 3 siswa atau 17,6 %, sedangkan 2 siswa atau 11,7 % sebagai pilihan kedua dan selebihnya ialah benar-benar siswa yang tidak menentukan agenda bahasa. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi siswa pada ketika pembelajaran, siswa yang kurang berminat mempelajari bahasa, nampak dikelas kurang aktif, lebih banyak diam. pernah peneliti mencoba untuk tanya jawab ekspresi wacana materi yan sudah pernah diajarkan, namun hanya 3-5 siswa yang memberi respon sedangkan yang lain hanya diam. Suasana berguru kurang menyenangkan. Keterpaksaan masuk kelas agenda bahasa benar benar menjadikan suasana yang sulit bagi mereka untuk menyesuaikan proses pemelajaran.

Dengan kondisi tersebut di atas tentunya suasana berguru di kelas bahasa menjadi  kurang kondusif, begitu pula dengan motivasi berguru siswanya yang rendah dibandingkan dengan siswa yang berada di agenda IPA maupun IPS.  Sekalipun materi–materi yang diajarkan tergolong sangat sederhana namun tidak menciptakan siswa sanggup gampang mendapatkan ataupun tertarik mempelajarinya. Di samping itu tatabahasa yang mereka pelajari juga masih sangat sederhana, mungkin bisa dikatakan mempelajari Bahasa Jerman  tingkat Taman Kanak-Kanak di negara Jerman. Padahal siswa lebih bahagia membahas materi–materi yang berafiliasi dengan dunia remajanya.

Peneliti mencoba memberi variasi lain untuk menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap Bahasa Jerman. Salah satu seni administrasi yang telah peneliti lakukan ialah berguru sambil bermain, yang dikemas dalam sebuah permainan tugas atau yang dikenal dengan role play. Agar mereka merasa bahagia dengan pembelajaran Bahasa Jerman, tema role play didiskusikan bersama sesuai dengan keinginan mereka. PTK Bahasa Jerman SMA

Dengan role play, siswa akan mempersiapkan terlebih dulu bentuk percakapannya, kalimat-kalimat yang hendak disampaikan. Dan ketika memproduksi kalimat inilah banyak hambatan yang mereka hadapi, antara lain:  pilihan kosakata, ujaran, pelafalan maupun ketatabahasanya. Masalah yang paling banyak dijumpai ialah proses menyusun kalimat sesuai dengan tatabahasa Jerman. Sehubungan banyak kemiripan antara Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris, peneliti sesering mungkin mengkaitkan materi pelajaran Bahasa Jerman dengan memakai Bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan kalimat dan mempercepat pemahaman materi Bahasa Jerman sehingga tampilan mereka dalam bermain tugas sanggup optimal.

Banyak teknik untuk meningkatkan kemampuan berbicara, namun peneliti lebih cenderung menentukan teknik role play lantaran mempunyai daya tarik tersendiri bagi siswa. Mengapa demikian? Pertama siswa terlebih dulu menyusun sebuah narasi, mereka secara tidak sengaja berguru menyusun kalimat berdasarkan tata bahasa Jerman yang benar. Andaikan kalimat yang mereka hasilkan tidak sesuai dengan tatabahasa yang benar dan kosakata yang tepat, maka akan mempersulit pemahaman bagi lawan bicaranya ataupun bagi yang mendengarkan.

Gillian Porter Ladousse (1987) memberi derma bahwa role-play menambah variasi, perubahan sikap dan kesempatan memproduksi  kalimat serta   banyak kesenangan.(role play into the classroom adds variety, a change of pace and opportunities for a lot of language production and also a lot of fun!). Pendampingan guru dalam hal ini  mutlak dibutuhkan lantaran mereka masih gres mengenal tatabahasa Jerman dan minim kosakata. Kedua, sesudah siswa final menyusun narasi, mereka berguru memperagakan isi narasi tersebut dalam unjuk kerja yang berupa bermain peran. Siswa secara tidak sengaja lagi berguru melafalkan kosakata dengan benar dan juga berguru akting sesuai dengan yang mereka perankan. Dengan semakin sering siswa diberi kesempatan untuk tampil di depan kelas baik itu menjawab pertanyaan ataupun unjuk kerja lainnya, lama-kelamaan mereka akan berani memberikan gagasannya, dan nantinya  mereka akan mempunyai rasa percaya diri. Tidak sedikit orang yang takut berbicara baik secara formal maupun informal didepan forum.  

Pendapat ini didukung oleh Maidar G. Arsjad yang juga menyatakan bahwa banyak andal terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, namun mereka  sering kurang terampil menyajikannya secara lisan. Apalagi berbicara secara formal tidaklah semudah yang dibayangkan orang. Walaupun secara alamiah setiap orang bisa berbicara, namun berbicara secara formal atau dalam situasi resmi sering menimbulkan kegugupan sehingga gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur. Bahkan yang lebih parah lagi ada orang yang tidak berani berbicara sama sekali. Anggapan bahwa setiap orang dengan sendirinya sanggup berbicara, telah menimbulkan pelatihan kemampuan berbicara ini sering diabaikan. (1987: 23)


B.  PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH PTK Bahasa Jerman SMA
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang problem dan identifikasi problem di atas, permasa-lahan yang ada sanggup di rumuskan sebagai berikut:
  • Bagaimana penggunaan role play sanggup meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Jerman?
  • Apakah penggunaan role play sanggup meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jerman ?


2.  Pemecahan Masalah

Rendahnya kemampuan berbicara Bahasa Jerman siswa kelas XI Bahasa Sekolah Menengan Atas Negeri 3 Sidoarjo disebabkan oleh perasaan takut berpendapat. Hal ini menimbulkan hasil pembelajaran kurang optimal. Jika siswa punya keberanian berbicara dan beropini serta disajikan pendekatan yang lebih variatif dan menarik akan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jerman. Teknik role play dipandang oleh peneliti sempurna untuk mengatasi problem tersebut, lantaran dengan teknik ini maka siswa secara tidak sengaja berguru melafalkan ujaran dengan benar dan menyusun kalimat dengan memakai kosakata yang sempurna serta tatabahasa yang benar melalui tugas yang mereka mainkan. Semakin sering siswa memproduksi kalimat maka semakin lancar mereka mengungkapkan gagasan atau idenya.

3.   Tujuan Penelitian
Setelah aktivitas pembelajaran kemampuan berbahasa Jerman dengan memakai Role Play  diharapkan :
  • Untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Jerman dengan memakai role play .
  • Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jerman dengan memakai role play.

 4.   Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memperlihatkan manfaat yang berarti bagi :
  • Guru sebagai peneliti: berdampak bagi pengembangan profesionalisme guru terutama dalam penyusunan karya tulis ilmiah, dan meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jerman.
  • Siswa: gampang mendapatkan materi pelajaran khususnya meningkatkan kemampuan berbicara, dan merasa menerima perhatian serta kesempatan untuk memberikan gagasan  sesuai dengan kemampuannya.
  • Guru Lain: sebagai rujukan bagi sahabat sejawat untuk berbagi profesionalitasnya, terutama dalam pembuatan karya tulis ilmiah yang nantinya beroleh manfaat untuk kenaikan pangkat.
  • Lembaga: adanya sumber daya insan yang berkualitas, maka akan menghasilkan anak didik yang berkualitas pula sehingga secara otomatis tujuan pendidikan akan tercapai secara optimal.

BAB II
LANDASAN TEORI
PTK Bahasa Jerman SMA


A.  Berbicara
Ujaran (speech) merupakan suatu potongan yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial, dan pendidikannya. Aspek-aspek lain menyerupai cara berpakaian atau mendandani pengantin, ialah bersifat eksternal, tetapi ujaran sudah bersifat inheren, pembawaan. (Tarigan,1996:15)

Berbicara ialah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta memberikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai ekspansi dari batasan ini sanggup kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem gejala yang sanggup didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot badan insan demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk sikap insan memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehinga sanggup dianggap sebagai alat insan yang paling penting bagi kontrol sosial. (Tarigan,1996:15)

Dengan demikian maka berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata. Berbicara ialah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara pribadi apakah sang pembicara memahamai atau tidak, baik materi pembicaraanya maupun para penyimaknya: apakah ia bersikap tenang, serta sanggup mengikuti keadaan atau tidak, pada ketika ia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah ia waspada serta antusias atau tidak. (Mulgrave,     1954:3–4).

B . Berbicara sebagai seni dan ilmu
Wilayah ‘berbicara” biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu :
  1. Berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts).
  2. Pengetahuan dasar berbicara (the speech sciences) (Mulgrave,1954:6).
Dengan perkataan lain, berbicara sanggup ditinjau sebagai seni dan juga ilmu.

Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka pementingan diletakkan pada penerapannnya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat sebagai berikut:     
  1. Berbicara di muka umum, 
  2. Semantik: Pemahaman makna kata,
  3. Diskusi kelompok, 
  4. Argumentasi, 
  5. Debat, 
  6. Prosedur parlementer, 
  7. Penafsiran lisan,
  8. Seni drama, 
  9. Berbicara melalui udara
Kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal yang perlu ditelaah antara lain: 
  1. Mekanisme bicara dan mendengar,
  2. Latihan dasar bagi fatwa dan suara, 
  3. Bunyi-bunyi bahasa, 
  4. Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran, 
  5. Vowel-vowel,
  6. Diftong-diftong,
  7. Konsonan-konsonan,
  8. Patologi ujaran. (Mulgrave,1954:9)
Dalam berbicara ini peneliti meneliti Seni Drama dalam meningkatkan kemampuan berbicara (khususnya Bahasa Jerman). Dengan demikian peneliti 


Seperti biasanya untuk lebih lengkap ptknya sahabat harus mendownload PTK Bahasa Jerman SMA, mudah mudahan sanggup membantu sahabat sahabat semua


 tumben nih saya memposting wacana bahasa yang lain  PTK Bahasa Jerman Sekolah Menengan Atas - Penelitian Tindakan Kelas

0 Response to "Ptk Bahasa Jerman Sma - Penelitian Tindakan Kelas"

Post a Comment