Kemukjizatan Al-Quran Dari Aspek Bahasa Dan Sastra

Kemukjizatan Al-Quran dari Aspek Bahasa dan Sastra - Dari segi kebahasaan dan kesastraannya Al-Qur`an mempunyai gaya bahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari pemilihan karakter dan kalimat yang keduanya mempunyai makna yang dalam. Usman bin Jinni(932-1002) seorang pakar bahasa Arab -sebagaimana dituturkan Quraish Shihab- menyampaikan bahwa pemilihan kosa kata dalam bahasa Arab bukanlah suatu kebetulan melainkan mempunyai nilai falsafah bahasa yang tinggi. 


Kemukjizatan Al-Quran dari Aspek Bahasa dan Sastra - Kalimat-kalimat dalam Al-Qur`an bisa mengeluarkan sesuatu yang aneh kepada fenomena yang konkrit sehingga sanggup dirasakan ruh dinamikanya, termasuk menundukkan seluruh kata dalam suatu bahasa untuk setiap makna dan imajinasi yang digambarkannya. 

Kehalusan bahasa dan uslub Al-Qur`an yang menakjubkan terlihat dari balgoh dan fasohahnya, baik yang konkrit maupun aneh dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi makna yang dituju sehingga sanggup komunikatif antara Autor(Allah) dan penikmat (umat).

Kajian mengenai Style Al-Qur`an, Shihabuddin menjelaskan dalam bukunya Stilistika Al-Qur`an, bahwa pemilihan karakter dalam Al-Qur`an dan penggabungannya antara konsonan dan vocal sangat harmonis sehingga memudahkan dalam pengucapannya. Lebih lanjut –dengan mengutip Az-Zarqoni- keserasian tersebut yaitu tata bunyi harakah, sukun, mad dan ghunnah(nasal). Dari paduan ini bacaan Al-Qur`an akan mirip suatu alunan musik atau irama lagu yang mengagumkan. 

Perpindahan dari satu nada ke nada yang lain sangat bervariasi sehingga warna musik yang ditimbulkanpun beragam. Keserasian selesai ayat melebihi keindahan puisi, hal ini dikarenakan Al-Qur`an mempunyai purwakanti bermacam-macam sehingga tidak menjemukan. Misalnya dalam surat Al-Kahfi(18: 9-16) yang diakhiri vocal “a” dan diiringi konsonan yang berfariasi, sehingga tak asing kalau mereka (masyarakat Arab) terenyuh dan mengira Muhammad berpuisi. 

Namun Walid Al-mughiroh membantah alasannya yaitu berbeda dengan kaidah-kaidah puisi yang ada, kemudian ia mengira ucapan Muhammad yaitu sihir alasannya yaitu seperti dengan keindahan bunyi sihir (mantra) yang prosais dan puitis. Sebagaimana pula dilontarkan oleh Montgomery Watt dalam bukunya “bell’s Introduction to the Qoran” bahwa style Alquran yaitu Soothsayer Utterance (mantera tukang tenung), alasannya yaitu gaya itu sangat tipis dengan ganyanya tukang tenung, penyair dan orang gila. 

Terkait dengan nada dan lagam bahasa ini, Quraish Shihab mngutip pendapat Marmaduke -cendikiawan Inggris- ia menyampaikan bahwa Al-Qur`an mempunyai simponi yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan insan untuk menangis dan bersuka cita. Misalnya dalam surat An-Naazi’at ayat 1-5. Kemudian dilanjutkan dengan lagam yang berbeda ayat 6-14, yang ternyata perpaduan lagam ini sanggup menghipnotis psikologis seseorang.

Selain pengaruh fonologi terhadap irama, juga penempatan huruf-huruf Al-Qur`an tersebut menjadikan pengaruh fonologi terhadap makna, contohnya sebagaimana dikutip Shihabuddin Qulyubi dalam bukunya Najlah “Lughah Al-Qur`an al-karim fi Juz ‘amma”, bunyi yang didominasi oleh jenis konsonan frikatif (huruf sin) memberi kesan bisikan para pelaku kejahatan dan tipuan, demikian pula pengulangan dan bacaan cepat karakter ra’ pada QS. An-Naazi’at menggambarkan getaran bumi dan langit. Contoh lain dalam surat Al-haqqah dan Al-Qari’ah terkesan lambat tapi kuat, alasannya yaitu ayat ini mengandung makna pelajaran dan peringatan wacana hari kiyamat.

Dari pemilihan kata dan kalimat misalnya, Al-Qur`an mempunyai sinonim dan homonym yang sangat beragam. contohnya kata yang berkaitan dengan perasaan cinta. علق diungkapkan ketika bertatap pandang atau mendengar kabar yang menyenangkan, kemudian bila sudah ada perasaan untuk bertemu dan mendekat memakai ميل, seterusnya bila sudah ada keinginan untuk menguasai dan mempunyai dengan ungkapan مودة, tingkat berikutnya محبة, dilanjutkan dengan خلة, kemudian الصبابة , terus الهوى , dan bila sudah muncul pengorbanan meskipun membahayakan diri sendiri namanya العشق , bila kadar cinta telah memenuhi ruang hidupnya dan tidak ada yang lain maka menjadi التتيم , yang semua itu bila berujung pada tarap tidak bisa mengendalikan diri, membedakan sesuatu maka disebut وليه . yang semua kata-kata tersebut mempunyai porsi dan pengaruh makna masing-masing.

Meminjam bahasanya Sihabuddin disebut lafal-lafal yang sempurna makna artinya pemilihan lafal-lafal tersebut sesuai dengan konteksnya masing-masing. Misalanya, dalam menggambarkan kondisi yang renta renta (Zakaria) dalam QS. Maryam: 3-6, Wahanal ‘Azmu minni bukan Wahanal lahmu minni. Juga Wasyta’alar-ra’su syaiba (uban itu telah memenuhi kepala) bukan Wasyta’alas- syaibu fi ra’si (uban itu ada di kepala).

Masih dalam konteks redaksi bahasa Al-Qur`an berlaku pula deviasi(penyimpangan untuk memperoleh pengaruh lain) contohnya dalam QS. Asy-Su’ara’, ayat 78-82. Pada ayat 78, 79 dimulai dengan lafal allazi, pada ayat 80 dimulai waidza, namun pada ayat 81, 82 kembali dengan allazi, dan fail pada ayat 78,79,81,82 yaitu Allah, sedang pada ayat 80 faiilnya orang pertama (saya) tentu kalau di’atofkan pada ayat 78,79,81,82 maka terjadi deviasi pemanfaatan pronomina hua (هو). 

Lafal yahdiin, yumiitunii wa yasqiin dan yasfiin tanpa didahului promnomina tersebut. Pengaruh dan pengaruh deviasi yang ditimbulkan yaitu munculnya variasi struktur kalimat sehingga kalimat-kalimat tersebut tersa gres dan tidak menjemukan.

Selain itu keseimbangan redaksi Al-Qur`an telah menciptakan takjub para pemerhati bahasa, baik keseimbangan dalam jumlah bilangan kata dengan antonimnya, jumlah bilangan kata dengan sinonimnya, jumlah kata dengan penyebabnya, jumlah kata dengan akibatnya, maupun keseimbangan-keseimbangan yang lain(khusus). Misalnya الحياة dan الموت masing-masing sebanyak 145 kali. النفع dan الفساد sebanyak 50 kali dan seterusnya. 

Kata dan sinonimnya misalnya, الحرث dan الزراعة sebanyak 14 kali,العقل dan النور sebanyak 49 kali dan lain sebagainya. Kata dengan penyebabnya misalnya, الاسرى (tawanan) dan الحرب sebanyak 6 kali, السلام dan الطيبات sebanyak 60 kali dan lain-lainnya. Kata dan kesudahannya contohnya, الزكاة dan البركات sebanyak 32 kali,الانفاق dan الرضا sebanyak 73 kali. Secara umum Said Aqil merangkum keistimewaan Al-Qur`an sebagai berikut:

  1. Kelembutan Al-Qur`an secara lafziyah yang terdapat dalam susunan bunyi dan keindahan bahasa.
  2. Keserasian Al-Qur`an baik untuk orang awam maupun cendekiawan. 
  3. Sesuai dengan logika dan perasaan, yakni Al-Qur`an memberi dogma pada logika dan hati, serta merangkum kebenaran serta keindahan sekaligus.
  4. Keindahan sajian serta susunannya, seakan-akan suatu bingkai yang sanggup memukau logika dan memusatkan balasan dan perhatian.
  5. Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam dalam bentuknya.
  6. Mencakup dan memenuhi persyaratan global(ijmali) dan terperinci (tafsily).
  7. Dapat memahami dengan melihat yang tersurat dan tersirat.

Semua data-data yang penulis paparkan, hanyalah sekelumit kandungan kemukjizatan dari sisi kebahasaan dan tentunya masih banyak hal terkait dengan kontek ini yang tak mungkin penulis bahas. Singkat kata bahwa ditinjau dari kebahasaan Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar bisa baik pemilihan kata, kalimat dan kekerabatan antar keduanya, pengaruh fonologi terhadap nada dan irama yang sangat besar lengan berkuasa terhadap jiwa penikmatanya atau pengaruh fonologi terhadap makna yang ditimbulkan serta deviasi kalimat yang sarat makna. 

Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya sebagai seambrek simbul yang sangat komunikatif lagi fenomenal. Eksistensinya yang sedemikian luarbisa, menciptakan bangsa Arab khususnya ketika itu bertekuk lutut dan tak bisa berbuat apa-apa. Kemukjizatan Al-Quran dari Aspek Bahasa dan Sastra

0 Response to "Kemukjizatan Al-Quran Dari Aspek Bahasa Dan Sastra"

Post a Comment