Resiliensi Pada Penderita Kanker Ditinjau Dari Pemberian Sosial

Resiliensi Pada Penderita Kanker - Banyak perkara stress yang berafiliasi dengan kanker, sebagian besar pasien memperlihatkan muatan resiliensi yang besar dan sanggup mengikuti keadaan dengan baik (Sarafino, 1994).  Penelitian terhadap pasien kanker payudara (Taylor, Lichtman, dan Wood, 1984, dalam Taylor dkk, 2000), memperlihatkan bahwa keadaan emosi dan kepedihan pasien memperlihatkan kembali normal sesudah mengalami kejadian yang traumatis dan secara potensial mengancam jiwa.  Sebagian besar pasien dilaporkan bahwa hidupnya berubah dalam beberapa hal, ke arah yang lebih baik.  Sebagian dari pasien telah mempunyai pemahaman gres akan dirinya, sebagai individu yang lebih berpengaruh dan resilien.  Resiliensi Pada Penderita Kanker Ditinjau Dari Dukungan Sosial


Resiliensi Pada Penderita Kanker - Keyakinan positif berafiliasi dengan penyakit fisik dalam hal membuatkan sikap yang lebih sehat.  Individu yang mempunyai pemahaman yang positif akan makna dirinya, yakin terhadap kontrol dirinya, dan optimis akan masa depan, akan lebih cenderung melaksanakan kebiasaan yang sehat dengan bersungguh-sungguh.  Hubungan antara keyakinan positif dan penyakit berpangkal dari fakta bahwa keadaan emosi yang positif diyakini berafiliasi dengan hubungan sosial yang baik (Taylor dan Brown, 1988, dalam Taylor, 2000).  Optimis, keyakinan terhadap pemahaman kontrol diri akan lebih mempunyai dukungan sosial, atau menjadi lebih efektif dalam pengerahan selama stress (Taylor dan Brown, 1994, dalam Taylor, 2000).  Optimis, pemahaman akan kontrol diri, dan self esteem berafiliasi dengan perjuangan pemecahan problem secara aktif (Aspinwall dan Taylor, 1997; Taylor dkk, 1992, dalam Taylor, 2000), yang memungkinkan individu untuk berhati-hati atau mengimbangi kejadian yang menekan sebelum seluruh implikasinya terasa.  

Kemampuan itu untuk menanggulangi secara aktif dan proaktif dengan menghargai kesehatan, akan meminimalkan efek psikologis yang merugikan dari stress.  Mood, depresi, sikap yang sehat, dan hal lain yang secara potensial mendukung faktor psikososial, menjelaskan hubungan antara proses kognitif, pencarian makna, dan perkembangan penyakit.  Banyak fakta yang menyebutkan bahwa kemampuan untuk mancari makna dalam kejadian yang menekan atau traumatis, termasuk sakit yang berat, biasanya memperlihatkan adaptasi psikologis (Mendola, Tennen, Affleck, McCann, dan Fitzgerald, 1990; Schwartzberg, 1993; Thompson, 1991, dalam Taylor, 2000).

Banyak fakta mengindikasikan bahwa akhir positif dari kejadian yang menekan ialah pencarian makna hidup, membuatkan cara pemecahan problem yang lebih baik, meningkatkan sumber daya sosial individu, menciptakan prioritas penting, dan menghargai nilai dari hubungan sosial (Leedham dkk, 1995; Petrie dkk, Rose dkk, 1995; Shifren, 1996, dalam Taylor, 2000).  Hal yang memilih individu bisa merespon kejadian yang traumatis atau menekan, tanpa keputusasaan, depresi, dan kehilangan tujuan atau makna, ialah dengan resiliensi dan memperbaharui pemahaman akan makna.

Persepsi insan normal, dengan ciri-ciri pemahaman positif perihal diri, pemahaman akan kontrol diri, dan optimis, memandang masa depan, memperlihatkan sumber daya yang bukan saja membantu individu mengelola pasang surut kehidupan sehari-hari, tetapi juga mengasumsikan arti khusus yang membantu individu mengatasi dengan sangat, kejadian yang menekan dan mengancam jiwa (Taylor, 1983; Taylor dan Brown, 1988, dalam Taylor, 2000).  Pada perkara penyakit yang mengancam jiwa, sumber daya tersebut ialah sebagai penyangga melawan kenyataan keparahan penyakit dan maut pada akhirnya, dimana individu menghadapi aneka macam pengalaman tidak hanya dengan sumber psikologis yang berguna, tetapi juga dengan sumber resiliensi.
   
Berdasarkan uraian di atas sanggup ditarik kesimpulan bahwa penderita kanker mempunyai resiliensi yang baik, kalau mempunyai kontrol diri yang baik, optimis, mempunyai cara pemecahan problem yang baik, menghargai nilai dari hubungan sosial, dan mempunyai pemahaman akan makna hidup.

Sarafino (1997), mendefiniskan dukungan sosial sebagai perasaan nyaman, penghargaan, perhatian atau sumbangan yang diperoleh seseorang dari orang lain atau kelompoknya. Cohen dan Syrne (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu keadaan yang bermanfaat atau menguntungkan yang diperoleh individu dari orang lain baik berasal dari hubungan sosial struktural yang meliputi keluarga/teman dan forum pendidikan maupun berasal dari hubungan sosial yang fungsional yang meliputi dukungan emosi, informasi, evaluasi dan instrumental. 

Gottlieb (Smet, 1994) menjelaskan bahwa dukungan sosial ialah sumbangan konkret atau tindakan yang diberikan oleh orang terdekat yang sanggup menyebabkan reaksi emosional dan perubahan sikap pada orang yang mendapatkan sumbangan tersebut. Cohen & Syrne (1985) beropini bahwa dukungan sosial bersumber dari : daerah kerja, keluarga, pasangan suami istri, sahabat di lingkungan sekitar. Dukungan sosial secara efektif sanggup mengurangi penyebab timbulnya stres psikologis dikala menghadapi masa-masa yang sulit (Cohen & Wills, Kessler & Mc Leod, dan Littlefiled, dkk).

Bentuk-bentuk dukungan sosial (Sarafino, 1997) :
  • Dukungan Emosional (Emotional Support) : menyangkut ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orag-orang yang bersangkutan. Dukungan menghadirkan perasaan nyaman, tentram, rasa memiliki, dan merasa dicintai dikala mengalami stres
  • Dukungan penghargaan (Esteem support) : dukungan dalam bentuk penghargaan terjadi lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) penerimaan yang positif untuk orang yang bersangkutan.
  • Dukungan berupa pemberian alat (Tangible or Instrumental Support) : meliputi sumbangan pribadi menyerupai memperlihatkan pinjaman uang atau benda
  • Dukungan Informasi (Informational Support) : dukungan dalam bentuk isu sanggup berupa pemberian nasihat, petunjuk-petunjuk, cara-cara ataupun umpan balik

Referensi Resiliensi Pada Penderita Kanker 

Sarafino, E.P. 1997. Health Psychology. Third Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Sinar Harapan. 2003. Solusi Bagi Pasien Kanker Penderita Depresi. http: //www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/0613/kes3.html.

https://harapansarjana.blogspot.com//search?q=pengertian-resiliensi-definisi-konsep

Taylor, S.E. dkk. 2000. Psychological Resources, Positive Illusion, And Health.  American Psychologist. Vol 55. No. 1, 99-109.

Cohen, S., Syrne, S.L., 1985. Social Support and Health. London : Academic Pres Inc

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo.

0 Response to "Resiliensi Pada Penderita Kanker Ditinjau Dari Pemberian Sosial"

Post a Comment