Pengertian Metafisika - Sebagai sebuah disiplin filsafat, metafisika telah dimulai semenjak zaman yunani kuno, mulai dari filosof-filosof alam hingga Aristoteles (284-322 SM). Aristoteles sendiri tidak pernah menggunakan istilah ”metafisika” Aristoteles menyebut disiplin yang mengkaji hal-hal yang sifatnya di luar fisika sebagai filsafat pertama (proto philosophia)untuk membedakannya dengan filsafat kedua ialah disiplin yang mengkaji hal-hal yang bersifat fisika. Istilah metafisika yang kita kenal sekarang, berasal dari bahasa Yunani ta meta ta physika yang artinya “yang tiba setelah fisik”. Istilah tersebut diberikan oleh Andronikos dari Rhodos (70 SM) terhadap karya-karya Aristoteles yang disusun setelah (meta) buku fisika. (Loren Bagus, Matafisika, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm 18) Pengertian Metafisika Dalam Filsafat Menurut Para Ahli
Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Metaphysica mengemukakan beberapa gagasannya wacana metafisika antara lain:- Metafisika sebagai budi (sophia), ilmu pengetahuan yang mencari pronsip-prinsip fundamental dan penyebab-penyebab pertama.
- Metafisika sebagai ilmu yang bertugas mempelajari yang ada sebagai yang ada (being qua being) ialah keseluruhan kenyataan.
- Metafisika sebagai ilmu tertinggi yang memiliki obyek paling luhur dan tepat dan menjadi landasan bagi seluruh adaan, yang mana ilmu ini sering disebut dengan theologia. (Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm.154)
Dari ketiga keterangan Aristoteles wacana metafisika tersebut, sebetulnya terdapat dua obyek yang menjadi metafisis Aristoteles yaitu, (a) yang ada sebagai yang ada being qua being dan (b) yang Ilahi. Namun demikian Aristoteles sendiri tidak mengakibatkan dua obyek kajian sebagai obyek bagi dua disiplin ilmu yang berbeda. Seorang filosof Jerman berjulukan Christian Wolff cenderung meyakini bahwa pembicaraan wacana yang ada sebagai yang ada dan yang Ilahi harus dipisahkan dan tidak sanggup dibicarakan bersama-sama. Oleh karenanya, Wolff memilah filsafat pertama Aristoteles menjadi metaphysica generalis (metafisika umum) atau juga sering disebut ontologi dan methapysica specialis (metafisika khusus).
Metafisika umum membahas mengenai yang ada sebagai yang ada, artinya prinsip-prinsip umum yang menata realitas, sedang metafisika khusus membahas penerapan prinsip-prinsip umum ke dalam bidang-bidang khusus: teologi, kosmologi dan psikologi. Pemilahan Wollf tersebut didasarkan pada sanggup tidaknya dicerap melalui perangkat inderawi suatu obyek filsafat pertama. Metafisika umum (untuk seterusnya dipakai istilah ontologi) mengkaji realitas sejauh sanggup diserap melalui indera sedang metafisika khusus (metafisika) mengkaji realitas yang tidak sanggup diserap indera, apakah itu realitas ketuhanan (teologi), semesta sebagai keseluruhan (kosmologi) maupun kejiwaan (psikologi). Kedua disiplin filsafat intinya tidak sepenuhnya terpisah satu sama lain alasannya berdasarkan Wollf sendiri pembahasan metafisika wacana realitas supra inderawi, terkait dengan pembahasan ontologi wacana prinsip-prinsip umum yang menata realitas inderawi. (Donny Gahral Adian, Matinya Metafisika Barat, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2001), hlm. 6)
Terlepas dari perbedaan mengenai istilah metafisika dan keengganan orang akan metafisika, kedudukan metafisika dalam dunia filsafat sangat kuat. Pertama, metafisika sudah merupakan sebuah cabang ilmu tersendiri dalam pergulatan filosofis. Kedua, ibarat yang dikatakan Heideggaer, setiap telaah filosofis terdapat unsur metafisik. (Anton Bakker, Ontologi Metafisika Umum: filsafat Pengada dan Dasar-Dasar Kenyataan ( Yogyakarta: kanisius, 1992), hlm.15)
Metafisika, berbeda dengan kajian-kajian wacana wujud partikular yang ada pada alam semesta. biologi mempelajari wujud dari organisme bernyawa, geologi mempelajari wujud bumi, astronomi mempelajari wujud bintang-bintang, fisika mempelajari wujud perubahan pergerakan dan perkembangan alam. Tetapi metafisika mempelajari sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh semua wujud ini. (Rhomo Philipus Tule (ed.), kamus filsafat (Bandung: Rosda, 1995 ), hlm.202-203)
Metafisika, berbeda dengan kajian-kajian wacana wujud partikular yang ada pada alam semesta. biologi mempelajari wujud dari organisme bernyawa, geologi mempelajari wujud bumi, astronomi mempelajari wujud bintang-bintang, fisika mempelajari wujud perubahan pergerakan dan perkembangan alam. Tetapi metafisika mempelajari sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh semua wujud ini. (Rhomo Philipus Tule (ed.), kamus filsafat (Bandung: Rosda, 1995 ), hlm.202-203)
Kajian wacana metafisika sanggup dikatakan sebagai suatu perjuangan sistematis, refleksi dalam mencari hal yang berada di belakang fisik dan partikular. Itu berarti perjuangan mencari prinsip dasar yang meliputi semua hal dan bersifat universal, ibarat istilahnya C.E.M joad, dalam bukunya A Critique of logical positivism, yang dikutip oleh Harold Titus dkk. Sebagai “penyelidikan wacana Tuhan”,(Harold Titus (dkk.), Persoalan-persoalan Filsafat, terj. Rasyidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 362) sanggup juga dikatakan sebagai “penyelidikan wacana dunia ilahi yang transenden”. (C.A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan, terj. Dick Hartoko (Yogyakarta: kanisius, 1988) , hlm. 64)
Pengertian Metafisika Dalam Filsafat Menurut Para Ahli
0 Response to "Pengertian Metafisika Dalam Filsafat Berdasarkan Para Ahli"
Post a Comment