Pengertian Laporan Keuangan Perusahaan Jenis Jasa, Industri Berdasarkan Para Ahli

Pengertian Laporan Keuangan Perusahaan - Dalam Prinsip-prinsip  Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntaan Indonesia, 1974) dikatakan bahwa  laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi keuntungan serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana, sedangkan berdasarkan Zaki Baridwan (1995:4) mengemukakan bahwa laporan keuangan adalah merupakan suatu hasil simpulan dari pencatatan, yang merupakan suatu rangkaian dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya

Berdasarkan defenisi tersebut di atas maka sanggup disimpulkan bahwa laporan keungan perusahaan merupakan output dari sebuah proses sistem informasi yang berasal dari kejadian-kejadian ekonomi yang mencakup Revenue cycle, expense cycle, financial cycle yang dicatat/diinput dan diproses sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal ini dipertegas lagi oleh Scott (1986:67) melalui citra proses sistem informasi yang mencakup ; Input, Processing, dan Output/laporan. Hal ini dipertegas lagi oleh Michael A. Diamond (1993:22) sebagai berikut :
“Financial Statements are the principal product of the accounting information system, communicating to inteeerest userts information on a firm’s financial position, its liquidity and profitability, and significant changes in its resources and obligations.”

Pendapat tersebut memperlihatkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari sebuah sistem informasi akuntansi, sebagai media komunikasi bagi pemakai informasi untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan baik dari sisi likuiditas maupun profitabilitasnya, serta perubahan yang signifikan terhadap sumber daya yang dimiliki.
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibentuk dengan maksud untuk memperlihatkan citra atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak administrasi yang bersangkutan. Makara laporan keuangan yaitu bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting converntion and postulate), pendapat langsung (personal judgement).

Jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan utama dan pendukung laporan keuangan terdiri atas : 
  1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
  2. perhitungan Laba/Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, Biaya dan Laba/Rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
  3. Laporan Sumber dan Penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode
  4. Laporan Arus Kas. Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode.
  5. Laproan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi usatu barang. 
  6. Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi keuntungan ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham.
  7. Laporan Perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam Perseroan Terbatas atau Modal dalam perusahaan perseroan.


Dari beberapa janis laporan keuangan tersebut di atas, akan diuraikan sebagai berikut :
a)    Laporan Neraca (Posisi Keuangan)
Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada dikala tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saaat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada dikala itu. Isi/komponen laporan neraca terdiri atas:
1.    Harta,Aktiva (Asset)
Asset yaitu harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan contohnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak terwujud, dan lain-lain. Pengertian asset ini dikemukakan oleh banyak sekali pihak sebagai berikut :
Menurut Accounting Principal Board (APB) Statement (1970:132) dikemukakan bahwa :
“kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai prinsip akuntansi yang berlaku.”

Selanjutnya Financial Accounting Standard Board (FASB) (1985) memperlihatkan definisi sebagai berikut :
“asset yaitu kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan tiba oleh forum tertentu sebagai akhir transaksi atau insiden yang lalu.”

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka sanggup dikatakan bahwa sesuatu dianggap sebagai asset kalau di masa yang akan tiba sanggup diharapkan memperlihatkan net cash inflow yang positif kepada perusahaan.
Selanjutnya pembagian terstruktur mengenai aktiva yang dimiliki perusahaan terdiri dari banyak sekali macam. Secara umum pembagian terstruktur mengenai aktiva tetap terdiri atas : 1) aktiva tetap berwujud (Fixed Asset), dan 2) aktiva tetap tidak berwujud (Intangible Assets).  Aktiva tetap berwujud mencakup semua barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk digunakan secara aktif dalam operasi perusahaan, dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen. Aktiva tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan yang terbatas harus didepresiasi selama masa kegunaannya, dan disajikan dalam neraca sebesar nilai bukunya (harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasinya). Yang termaduk dalam golongan aktiva ini yaitu bangunan, mesin dan alat-alat pabrik, mebel dan alat-alat kantor kendaraan dan alat-alat transport, alat kerja bengkel,  aktiva sumber alam. Sedang aktiva tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan tidak terbatas, disajikan di dalam neraca sebesar harga perolehan. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud mencakup hak-hak preferensi ( istimewa ) yang dijamin oleh undang-undang, kontrak, perjanjian-perjanjian dan mempunyai masa manfaat dalam waktu relatif permanen.
Selanjutnya berdasarkan Harnanto (1991:357), bagi administrasi operating investment (assets), mencakup seluruh mesin dan alat-alat pabrik dan lain-lain equipmen serta modal kerja yang ditempatkan untuk dikelola atau dioperasikan dalam perjuangan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Berdasarkan pengertian di atas memperlihatkan bahwa pada sudut pandang operasional investasi, aktiva tetap yaitu merupakan salah satu unsur penting yang perlu menjadi fokus perhatian bagi perusahaan dalam kegiatan operasionalnya dalam kaitannya dengan menghasilkan pendapatan/laba.  Disamping itu untuk untuk tujuan pemeliharaan kondisi aktiva tetap baik berwujud maupun tidak berwujud tetap dalam kondisi produktif bagi perusahaan diharapkan adanya depresiasi dan amortisasi sebagai proses alokasi harga perolehan aktiva tetap tersebut.



2.    Kewajiban/utang (Liabilities)
Menurut definisi yang diberikan oleh APB bahwa :
“kewajiban hemat dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai seusuai prinsip akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.”

Berdasarkan definisi di atas, maka kewajiban  hemat bagi perusahaan yaitu diartikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yang akan datang. Selanjutnya FASB memperlihatkan definisi kewajiban sebagai berikut :
“….kemungkinan pengorbanan kekayaan hemat di masa yang akan tiba yang timbul akhir kewajiban perusahaan kini untuk memperlihatkan harta atau memperlihatkan jasa kepada pihak lain di masa yang akan tiba sebagai akhir suatu transaksi atau insiden yang sudah terjadi.”

Definisi tersebut di atas memperlihatkan bahwa kewajiban mempunyai 3 sifat utama yaitu ; (1) kewajiban itu benar ada, (2) kewajiban itu tidak sanggup dihindarkan, (3) kewajiban yang mewajibkan perusahaan telah terjadi.
Kewajiban kalau dikategorikan sesuai dengan jangka waktunya, maka terdapat kewajiban jangka pendek (Current liabilities) dan kewajiban jangka panjang (long-term liabilities). Menurut Harnanto (1991:59), hutang jangka panjang yaitu semua hutang yang jatuh tempo pembayarannya melampaui batas waktu satu tahun semenjak tanggal neraca atau pembayarannya tidak akan dilakukan dalam periode siklus operasi perusahaan, tetapi lebih panjang dari batas waktu tersebut. Hutang obligasi, hutang hipoteik, hutang bank (kredit investasi) merupakan contoh-contoh dari hutang jangka panjang.
Dalam kegiatan operasi perusahaan, hutang jangka panjang merupakan salah satu sumber permodalan yang mengandung resiko, lantaran mempunyai komitmen untuk melaksanakan pembayaran sesuai jumlah yang disepakati, meski perusahaan dalam keadaan rugi sekalipun, sehingga hutang sanggup saja menanggung resiko melebihi jumlah modal sendiri. Hal ini dipertegas oleh Harnanto (1991:304) bahwa semakin besar proporsi hutang di dalam struktur permodalan perusahaan, akan semakin besar pula kemungkinan terjadinya ketidak mampuan untuk membayar kembali hutang beserta bunganya pada tanggal jatuh temponya.  Pernyataan tersebut berarti bahwa bagi para kreditur bahwa kemungkinan turut sertanya dana yang mereka tanamkan di dalam perusahaan, untuk dipertaruhkan pada resiko kerugian juga semakin besar. Sedangkan bagi para pemilik khususnya pemegang saham biasa, adaaanya hutang di dalam perusahaan merupakan pula suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan rugi yang dihadapi dari dana yang mereka tanamkan.  Tetapi resiko itu juga diimbangi adanya impian untuk mendapat tingkat keuntungan yang lebih tinggi (rentabilitas) sebagai akhir penggunaan modal asing. Akan tetapi perlu diingat bahwa proporsi hutang/modal asing yang berlebihan akan berakibat pada fleksibilitas administrasi untuk beralih pada acara yang profitable akan tertutup dan menghadapi banyak hambatan/tintangan. 
3.    Modal Pemilik (Owner’s Equity)
Equity yaitu suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu forum (entity)  sehabis dikurangi kewajibannya. Kategori modal bagi setiap perusahaan sanggup berbeda yaitu pada perusahaan perseorangan nilai modal ini merupakan modal pemiliknya sendiri. Sedangkan dalam perusahaan perseroan terdiri dari modal setor dan modal dari pendapatan (retained Earnings).

b)    Laporan Laba rugi (Profit & Loss)
Committee on Terminology memperlihatkan definisi keuntungan sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Sedangkan berdasarkan APB Statement mengartikan keuntungan rugi sebagai kelebihan/defisit penghasilan di atas biaya selama suatu periode akuntansi.
Dari definisi tersebut di atas, maka keuntungan rugi merupakan selisih positif atau selisih negatif yang diperoleh dari operasi dan non-operasional perusahaan terhadap biaya dalam satu periode akuntansi yang menimbulkan perubahan dalam posisi equity (net asset) perusahaan. Hal ini dipertegas lagi oleh FASB Statement dengan mendefinisikan Accounting Income atau Laba akuntansi sebagai perubahan dalam equity (net asset) dari suatu entity selama suatu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan insiden atau insiden yang berasal dari bukan pemilik. Isi/komponen laporan keuntungan rugi terdiri atas :

1.    Pendapatan/hasil (Revenue)
Pendapatan/hasil (revenue) merupakan hasil penjualan/penyerahan jasa oleh perusahaan kepada langganan atau peserta jasa. Menurut  Harahap (2002:114) mengemukakan bahwa :
“suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk membuat dan menjual barang dan jasa itu telah selesai.”

Definisi tersebut memberi pengutamaan pengukuhan pendapatan dari sisi waktu. Ditinjau dari sisi waktu maka pengukuhan pendapatan tersebut sanggup digunakan alternatif ; (1) selama produksi, (2) pada dikala proses produksi selesai, (3) pada dikala penjualan/penyerahan jasa, (4) pada dikala penagihan Kas.

2.    Biaya (Expense)
Menurut APB mendefinisikan sebagai penurunan gross dalam asset  atau kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan mencari keuntungan yang dilakukan perusahaan. Sedangkan berdasarkan FASB mendefinisikan expense  sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau muculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
Penggolongan biaya terdiri atas ; (biaya yang dihubungkan dengan penghasilan pada periode itu, (2) biaya yang dihubungkan dengan periode tertentu yang tidak dikaitkan dengan penghasilan, (3) biaya yang akrena alasan mudah tidak sanggup dikaitkan dengan periode manapun.

3.    Laba rugi Insidentil (Insidentil Gains & Insidentil Loses)
Menurut FASB Gains yaitu naiknya nilai Equity  dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau insiden lainnya yang menghipnotis entity selam satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik. Sedangkan Loses  yaitu turunnya equity dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari seluruh transaksi insiden lainnya yang menghipnotis entity selama periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau sumbangan kepada pemilik (prive).
 laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi keuntungan serta segala keterangan Pengertian Laporan Keuangan Perusahaan Jenis Jasa, Industri berdasarkan Para Ahli

4.    Pos Luar Biasa (Extraordinary item)
Pos luar biasa merupakan insiden atau transaksi yang menghipnotis secara materiil yang tidak diperkirakan terjadi berulang kali dan tidak dianggap merupakan hal yang berulang dalam proses operasiyang biasa dari sautu perusahaan. Menurut PAI kriteria Pos luar biasa ini yaitu : (1) bersifat tidak normal (tidak biasa), artinya mempunyai tingkat ketaknormalan yang tingi dan tidak berafiliasi dengan acara perusahaan sehari-hari, (2) tidak sering terjadi, atau tidak diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang..
Pelaporan pos luar biasa ini harus dipisahkan dari hasil perjuangan sehari-hari dan ditunjukkan secara terpisah dalam perhitungan keuntungan rugi disertai pengungkapan mengenai sifat dan jumlahnya.
Selanjutnya berdasarkan Michael A. Diamond (1993:23) bahwa :
“…The four main financial statement are the balance sheet, the income stattement, the retained earnings statement, and the statement of cash flows.”

Definisi tersebut di atas memperlihatkan bahwa diantara banyak sekali laporan keuangan yang biasanya disajikan oleh perusahaan, maka ada empat diantaranya merupakan laporan keuangan utama yang lazim digunakan yaitu : laporan neraraca, laporan laba-rugi, laporan keuntungan ditahan, dan laporan arus kas. 


Daftar Pustaka - Pengertian Laporan Keuangan Perusahaan Jenis Jasa, Industri berdasarkan Para Ahli

Ikatan Akuntan Indonesia, 1999, Standar Akuntansi Keuangan, Buku 1 & 2, Jakarta, Salemba Empat.

Harnanto, 1991. Analisa Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Michael A. Diamond, 1993. Financial Accounting. South-Western Publishing Co. Cicinnati Ohio

Sofyan Syafri Harahap, 1996. Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.

0 Response to "Pengertian Laporan Keuangan Perusahaan Jenis Jasa, Industri Berdasarkan Para Ahli"

Post a Comment