Kinerja Organisasi Birokrasi Pemerintah, Makalah, Artikel, Teori, Pengertian, Konsep, Pengukuran

Kinerja Organisasi Birokrasi Pemerintah -  Makalah, Artikel, Teori, Pengertian, Konsep, Pengukuran - Kata kerja terkenal digunakan untuk menjelaskan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun organisasi sesuai dengan tugas, kewenangan yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi. Padanan istilah kinerja diidentikkan dengan istilah perfomance. Menurut The Cribner-Bantanm English Dictionary (1997) terdapat keterangan sebagai berikut. Berasal dari akar kata ”to perform” yang mempunyai beberapa padanan, berikut: (1) to door carry out; execute; (2) to diacharge or fulfill; as a vow; (3) to portray, as a character in a play; (4) to render by the voice or a musical instrument; (5) to execute or complete an undertaking; (6) to act a part in a play; (7) to perform music; (8) to do what is expectred of person or machine.

Artikel ini membahas (Kinerja Organisasi Birokrasi Pemerintah, Makalah, Artikel, Teori, Pengertian, Konsep, Pengukuran)

Arti padanan tersebut yaitu (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan; (2) memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu nazar; (3) menggambarkan suatu aksara dalam suatu permainan; (4) menggambarkan dengan bunyi atau alat musik; (5) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab; (6) melaksanakan suatu kegiatan dalam suatu permainan; (7) memainkan suatu pertunjukan musik; dan (8) melaksanakan sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang atau mesin.

Dalam korelasi dengan penelitian ini, maka padanan kata yang cocok digunakan adalah: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan; (2) memenuhi atau menjalankan nazar; (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab; (4) melaksanakan sesuatu yang dibutuhkan oleh orang atau mesin.

Arti kata performance merupakan kata benda (noun) dimana salah satu padanan katanya yaitu “thing done” (sesuatu hasil yang dikerjakan). Menurut Prawirosentono (1999) performance atau kinerja yaitu hasil kerja yang sanggup dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar aturan dan sesuai dengan moral maupun etika.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia senidri, hingga edisi kini kata kinerja belum tercantum. Istilah-istilah yang sering digunakan yang berkaitan dengan kinerja yaitu efisien, efektivitas dan bahkan Frederickson (1984) menambahkan keadilan sosial untuk menilai apakah manajemen negara telah berhasil mengemban misinya sebagai isntrumen publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Gaspersz (1997) menyampaikan bahwa kinerja dibangun dari kualitas, dan kualitas yaitu terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan yang dihasilkan oleh organisasi untuk memuaskan semua unsur yang berkaitan dengan organisasi baik internal maupun eksternal.
Mengacu pada pengertian diatas, bahwa unsur pembentuk kinerja organisasi yaitu terdiri atas: efisiensi, efektivitas, kualitas dan keadilan, maka sanggup didefinisikan bahwa kinerja organisasi adalah:
”hasil kerja yang secara akumulatif dicapai oleh organisasi berdasarkan sasaran yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya”.

Sasaran organisasi, berdasarkan Martani, terdiri dari: (a) sasaran lingkungan, yaitu kondisi dimana organisasi telah mendapat ratifikasi dari lingkungannya, termasuk bagaimana sikap, perasaan dan persepsi dari banyak sekali pihak yang mempunyai kepentingan dengan organisasi tersebut; (b) sasaran output, yaitu bentuk dan banyaknya output yang dihasilkan organisasi; (c) sasaran sistem yaitu kesehatan dan perawatan organisasi itu sendiri yang menggambarkan ukuran, iklim organisasi, bentuk organisasi, tingkat kepuasan pegawai; (d) sasaran produk yaitu karakteristik produk atau jasa yang akan diberikan kepada konsumen. Sasaran ini memutuskan jumlah, mutu jenis, corak dan karakteristik lainnya yang menggambarkan karakteristik produk ataupun jasa yang ditawarkan; dan (e) sasaran bagian, yaitu menggambarkan sasaran dari suatu bagian, ataupun suatu satuan kerja yang merupakan bab dari suatu organisasi. Sasaran bab ini merupakan alat untuk mencapai sasaran output ataupun sasaran sistem dari suatu organisasi.
Jenis Sasaran dan Kinerja Organisasi Yang Ingin Dicapai
Kinerja Organisasi Birokrasi Pemerintah  Kinerja Organisasi Birokrasi Pemerintah, Makalah, Artikel, Teori, Pengertian, Konsep, Pengukuran
Sumber : Peter (1997: 112)

Untuk mengukur tingkat keberhasilan mencapai sasaran tersebut, maka insikator yang biasa digunakan yaitu efisiensi, efektivitas dan kualitas. Makara dengan demikian, kinerja organisasi sanggup diukur berdasarkan tingkat pencapaian hasil kerja berdasarkan sasaran yang ditetapkan sebelumnya. Demikian pula mengukur wacana hasil kerja organisasi bukan hanya hasil kerja yang secara output diberikan kepada lingkungan eksternalnya yaitu masyarakat atau pelanggannya, tetapi hasil kerja sanggup pula diberikan kepada pelanggan internalnya, yaitu pegawai yang berfungsi mengelola organisasi guna mencapai tujuannya. Dengan demikian konsep wacana kinerja organisasi sangat luas ruang lingkupnya; bukan hanya kinerja yang dihasilkan untuk lingkungannya eksternalnya, tetapi kinerja sanggup pula diperuntukkan bagi sasaran internal organisasi. Oleh alasannya yaitu itu pendekatan untuk mengukur kinerja suatu organisasi sangat tergantung susut pandang yang digunakan; sanggup berupa kinerja pada sisi Input kinerja pada sisi proses atau kinerja pada sisi output. Masing-masing pendekatan ini mempunyai indikator yang berbeda. Pada penelitian ini pengukuran kinerja organisasi memakai pendekatan proses (internal proces approach), yaitu kinerja organisasi birokrasi diukur dari efisiensi organisasi dan kesehatan organisasi; kesehatan organisasi diukur dari tingkat kepuasan pegawai yang diberikan oleh organisasi, yaitu dengan memakai mengukur kinerja pencapaian sasaran sistem organisasi tersebut.


Birokrasi dalam literatur ilmu manajemen dipergunakan dalam beberapa pengertian yang berbeda dan bahkan bertentangan. Matrin Albrow mengemukakan tujuh konsep moder wacana birokrasi yaitu: 
  • (1) birokrasi sebagai organisasi rasional; 
  • (2) birokrasi sebagai inefisiensi organisasi; 
  • (3) birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat; 
  • (4) birokrasi sebagai manajemen negara (publik); 
  • (5) birokrasi sebagai admnistrasi yang dijalankan oleh pejabat; 
  • (6) birokrasi sebagai sebuah organisasi; dan 
  • (7) birokrasi sebagai masyarakat modern.
Dalam penelitian ini birokrasi digunakan dalam pengertian yang terbatas yaitu sebagai organisasi pemerintahan atau manajemen negara (publik) yang berfungsi menyelenggarakan fungsi pemerintahan dan fungsi pembangunan.

Seperti yang diakui oleh Abdullah (1984) pembahasan birokrasi dalam kalangan ilmu sosial sering menimbulkan banyak sekali perbedaan pendapat alasannya yaitu banyak sekali pengertian yang berbeda dengan sudut pandang yang berbeda pula. Sorotan tajam penggunaan istilah birokrasi pada pengertian yang kurang baik, yaitu birokrasi sebagai inefisiensi organisasi (administrative inefficiency). Biasanya pengertian yang kurang baik ini mencerminkan cara kerja aparatur pelayanan pemerintah yang mempunyai kinerja rendah.

Rumusan birokrasi berdasarkan hasil seminar Persadi (1984) yaitu birokrasi atau disebut pula sebagai organisasi dari aparatur negara yaitu susunan yang terorganisir secara hirarkis dengan struktur korelasi kewenangan yang terperinci untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara mengkoordinasi secara sistematis pekerjaan dari banyak orang.

Pengertian ini menandaskan bahwa birokrasi itu terdapat pada semua organisasi kerjasama manusia, termasuk organisasi birokrasi pemerintah yang berfungsi sebagai instrumen pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan; peningkatan kesejahteraan masyarakat, kualitas pendidikan, membuat ketertiban keamanan dan pelayanan serta pengayoman masyarakat atau dengan kata lain meliputi seluruh kiprah dan fungsi pemerintah umum.

Sementara itu, Max Weber (Martani) sendiri tidak menunjukkan defenisi yang terperinci wacana birokrasi. Weber hanya mengajukan ciri-ciri ideal birokrasi, yaitu (1) adanya pengaturan ataupun pengorganisasian fungsi-fungsi resmi untuk suatu kesatuan yang utuh; (2) adanya pembagian kerja yang terperinci di dalam organisasi; (3) adanya pengorganisasian yang mengikuti prinsip-prinsip hirarki, yaitu tingkatan yang lebih rendah diawasi dan diatur oleh tingkatan yang lebih tinggi; (4) adanya sistem penerimaan dan penempatan karyawan yang didasarkan atas kemampuan teknis, tanpa memperhatikan koneksi, korelasi keluarga maupun favoritisme; (5) adanya pemisahan antara pemilikan alat produksi maupun manajemen dari kepemimpinan organisasi; (6) adanya obyektivitas dalam melaksanakan kiprah yang berkaitan dengan suatu jabatan dalam organisasi; dan (7) kegiatan administratif, keputusan-keputusan dan peraturan-peraturan dalam organisasi selalu dituangkan dalam bentuk tertulis.

Berdasarkan pengertian di atas, maka sanggup ditegaskan bahwa yang dimaksud birokrasi disini yaitu keseluruhan organisasi pemerintah yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dalam banyak sekali unit organisasi pemerintah untuk membuat kesejahteraan masyarakat.
Ruang lingkup birokrasi sanggup diketahui berdasarkan perbedaan kiprah pokok dan misi yang mendasari organisasi birokrasi yaitu :
  1. Birokrasi pemerintahan umum, yaitu rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum dari tingkat pusat hingga tempat (Propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan).
  2. Birokrasi fungsional, yaitu organisasi pemerintahan yang menjalankan salah satu bidang atau sektor yang khusus guna mencapai tujuan umum pemerintahann
  3. Birokrasi pelayanan (Service-Bureaucracy), yaitu unit organisasi yang pada hakekatnya melaksanakan pelayanan eksklusif dengan masyarakat. Termasuk dalam konsep ini apa yang disebut oleh Michael Lipsky sebagai ”Street-level Bureaucracy”, yaitu mereka yang menjalankan kiprah dan berafiliasi eksklusif dengan warga masyarakat.

Perkembangan pengukuran kinerja organisasi sangat berafiliasi erat dengan pendekatan dalam mempelajari organisasi. Pendekatan klasik contohnya memandang kinerja organisasi sama dengan efisiensi organisasi. Menurut teori ini kinerja organisasi. Jadi, kinerja organisasi sama dengan efisiensi.
Demikian pula pendekatan neo-klasik kinerja organisasi diukur dari terciptanya suasana yang serasi antara pegawai sebagai anggota organisasi. Menurut teori ini suatu organisasi dikatakan mempunyai kinerja tinggi apabila anggotanya merasa puas terhadap apa yang diberikan oleh organisasi. Pandangan ini merupakan kelanjutan dari pandangan penganut paham korelasi antar manusia, yang menempatkan kepuasaan anggota sebagai inti problem organisasi dan manajemen. Sementara pendekatan modern sebagai suatu pendekatan sistem memandang bahwa kinerja organisasi tidak saja ukur dari variabel input, variabel proses dan variabel output, tetapi juga ketiga variabel tersebut padu dalam interaksi dengan variabel lingkungan yang menghipnotis organisasi.

Menurut Indrawijaya (1986), teori yang komprehensif mengukur kinerja organisasi berdasarkan banyak macam ukuran. Pandangan ini beropini bahwa susunan organisasi memang merupakan suatu hal yang penting. Tetapi dalam kebebasan bertindak sangat penting untuk memungkinkan adanya kebebasan bertindak para anggota organisasi secara keseluruhan sanggup lebih menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan. Makara ukuran kinerja organisasi selain berafiliasi dengan aspek internal organisasi juga berafiliasi dengan aspek eksternal organisasi, yaitu berkaitan dengan kemampuan menyesuaikan diri dan fleksibelitas terhadap dampak lingkungan luar.

Emitasi Etzioni (dalam Indrawijaya: 1986) megemukakan pengukuran kinerja organisasi menggunakan System  Model, meliputi empat kriteria yaitu adaptasi, integrasi, motivasi dan produksi. Kriteria pembiasaan dipersoalkan yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Indikator ini antara lain yaitu tolok ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja, ruang lingkup kegiatan organisasi. Hal terakhir mempertanyakan seberapa jauh kemanfaatan organisasi tersebut bagi lingkungan. Kriteria integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan banyak sekali macam organisasi lain. Kriteria motivasi anggota diukur keterikatan dan korelasi antara pelaku organisasi dengan organisasinya dan kelengakapan sarana bagi pelaksanaan kiprah pokok dan fungsi organisasi. Sementara kriteria produksi, yaitu perjuangan untuk pengukuran efektivitas organisasi dihubungkan dengan jumlah dan mutu keluaran organisasi serta intensitas kegiatan suatu organisasi.

Menurut Ducan (1981) kinerja organisasi sanggup diukur dengan indikator: (1) efisiensi, yaitu jumlah dan mutu dari hasil organisasi dibanding dengan masukan sumber; (2) keseimbangan antara subsistem sosial dan antar personil; (3) antisipasi dan persiapan untuk menghadapi perubahan.

Kajian yang dilakukan oleh Osborne dan Patrick (1998) yang menyampaikan bahwa kinerja organisasi publik sanggup dilihat dari aspek tujuan (purpose), insentif, akuntabilitas, kekuasaan (power), budaya (culture) organisasi. Aspek tujuan berkaitan dengan rendahnya pemahaman birokrat terhadap visi dan misi organisasi sehingga antara perilaku, orientasi kerja tidak sejalan dengan visi dan misi organisasi. Sedangkan aspek yang berkaitan dengan insentif yaitu kurangnya perhatian khusus terhadap birokrat yang mempunyai prestasi yang baik sehingga berdampak rendahnya kemampuan birokrat dalam mengemban tugasnya. Sedangkan aspek akuntabilitas yaitu kemampuan organisasi itu mempertanggung jawabkan atas semua kewenangan, sumber daya organisasi, kebijakan yang dihasilkan atas evaluasi yang obyektif dari orang/badan dan masyarakat yang memberi tugas.
Martani Husein, memakai tiga pendekatan untuk mengukur tingkat pengukuran efektivitas organisasi yaitu; (1) pendekatan sasaran (goal approach ), (2) pendekatan sumber (system resource approach), (3) pendekatan proses (internal process approach).

Efektivitas berdasarkan Martini (tanpa tahun: 55) yaitu merupakan citra tingkat keberhasilan dalam mencapai sasarannya. Dengan demikian, efektivitas disini sama dengan hasil kerja yang dicapai oleh organisasi guna mencapai sasaran atau tujuannya. Hal ini berarti afaktivitas mengandung makna kinerja yang dicapai oleh organisasi guna mencapai tujuannya.

Pendekatan sasaran dan dalam pengukurannya dimulai dengan mengindentifikasi sasaran mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Ukuran keberhasilan organisasi sanggup dilihat dari fakktor efisiensi, produktivitas, tingkat keuangan, pertumbuhan organisasi, kepemimpinan organisasi pada lingkungannya, dan stabilitas organisasi. Sedangkan pendekatan sumber yaitu mengukur tingkat keberhasilan organisasi mendapat banyak sekali sumber yang dibutuhkan terutama untuk memelihara sistem organisasi. Ukuran pada pendekatan ini meliputi; kemampuan organisasi untuk memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh banyak sekali jenis sumber yang bersifat langka dan nilainya tinggi, kemampuan para pengambil keputusan dalam organisasi untuk menginterpretasikan sifat-sifat lingkungan secara cepat, kemampuan organisasi untuk menghasilkan output tertentu dengan memakai sumber-sumber yang berhasil diperoleh, kemampuan organisasi dalam memelihara kegiatan opersionalnya sehari-hari, dan kemampuan organisasi untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

Pendekatan Proses menganggap efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi (kesehatan) dari organisasi internal. Indikator untuk mengukur pendekatan ini diantaranya, adalah; efisiensi, perhatian atasan terhadap karyawan, semangat, kerjasama dan loyalitas kelompok kerja, saling percaya dan komunikasi antara karyawan dengan pimpinan, desentralisasi dalam pengambilan keputusan, adanya komunikasi vertikal dan horisontal yang lancar dalam organisasi, adanya perjuangan dari setiap individu maupun keseluruhan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, adanya sistem imbalan yang merangsang pimpinan untuk mengusahakan terciptanya kelompok-kelompok kerja yang efektif dalam organisasi dan bagian-bagian bekerjasama secara baik, dan konflik yang terjadi selalu diselesaikan dengan mengacu pada kepentingan bersama.

Sementara Gibson (1996), memakai pendekatan untuk mengukur kinerja organisasi melalui pendekatan dimensi periode waktu, yaitu tahap jangka pendek, tahap jangka menengah, dan tahap jangka panjang. Keseluruhan proses tahap tersebut yaitu suatu sistem yang tak berpisah, bahkan periode waktu jangka pendek merupakan prasyarat untuk sanggup memasuki periode waktu jangka menengah, demikian selanjutnya periode waktu jangka menengah merupakan prasyarat untuk memasuki tahap jangka panjang. Pada akibatnya organisasi yang tidak mempunyai kinerja anggun pada periode waktu jangka pendek tak sanggup survive untuk masa depan. Indikator untuk mengukur periode jangka pendek yaitu produksi, mutu, efisiensi, fleksibelitas dan kepuasan masyarakat yang dilayani. Sedangkan Indikator untuk mengukur periode jangka menengah yaitu persaingan, yaitu menggambarkan posisi organisasi dalam lingkungan termasuk nilai bargaining position, dan pengembangan, yaitu kemampuan organisasi menginventarisasi sumber daya untuk memenuhi seruan lingkungan. Indikator periode jangka panjang yaitu kelangsungan hidup organisasi, yaitu kemampuan organisasi untuk tetap bertahan dan hidup seiring dengan perubahan lingkungan yang berubah.

Analisis kinerja organisasi tak sanggup dilepaskan dari kinerja individu. Terhadap korelasi yang sangat besar lengan berkuasa antara kinerja individu dengan kinerja organisasi. Organisasi yang mempunyai kinerja individunya tinggi akan memberi konstribusi besar terhadap kinerja organisasi. Studi ini lakukan oleh Thoha (1991) yang menyampaikan bahwa kinerja individu sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik individu menyerupai kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengalaman, dan pengharapan. Sedangkan karakteristik organisasi birokrasi yaitu hirarki, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem reward dan sistem kontrol. Interaksi antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi akan melahirkan sikap organisasi sekaligus kinerja organisasi.  



Daftar Pustaka - Kinerja Organisasi Birokrasi Pemerintah, Makalah, Artikel, Teori, Pengertian, konsep

Prawirosentono, Suyadi, Kebijaksanaan Kinerja Karyawan (Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjalang Perdagangan Bebas Dunia), BPFE, Yogyakarta, 1999.

Frederickson, H., George, Administrasi Negara Baru, LP3ES, Jakarta, 1984.

Gaspersz, Vincent, Manajemen Kualitas (Penerapan Konsep-konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.

Abdullah, Syukur, M., Aspek Kepemimpinan Dalam Birokrasi (Pengembangan Kemampuan Administrasi Dalam Menunjang Pembangunan Nasional, Persadi, Ujung Pandang, 1984.

Persadi, Pembangunan Administrasi di Indonesia, Jakarta, 1985.

Gibson, dkk., Organisasi: Perilaku, Struktu dan Proses,Binarupa Aksara, Jilid I & II, Jakarta, 1996.

Thoha, Miftah, Perspektif Perilaku Birokrasi (Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara), jilid II, Rajawali Press, Jakarta, 1987.

Kinerja Organisasi Birokrasi Pemerintah, Makalah, Artikel, Teori, Pengertian, Konsep, Pengukuran

0 Response to "Kinerja Organisasi Birokrasi Pemerintah, Makalah, Artikel, Teori, Pengertian, Konsep, Pengukuran"

Post a Comment