Pengertian Prestasi Belajar Definisi Menurut Para Ahli - Prestasi belajar yakni serangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan dan diantara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh alasannya yakni itu, sebelum mengulas lebih dalam perihal prestasi belajar, terlebih dahulu kita telusuri kata tersebut satu persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi berguru itu. Menurut Djamarah prestasi yakni hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. (Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994. Hlm)
Prestasi itu mustahil diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melaksanakan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan usaha yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh usaha dan aneka macam rintangan dan kendala yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu sanggup tercapai.
Para mahir memperlihatkan interpretasi yang berbeda perihal prestasi belajar, sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum mereka setuju bahwa prestasi berguru yakni “hasil” dari suatu kegiatan Wjs. Poerwadarminta beropini bahwa prestasi yakni hasil yang telah dicapai (dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya), sedangkan berdasarkan Mas’ud Hasan Abdul Qohar beropini bahwa prestasi yakni apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan, sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi yakni penilaian pendidikan perihal perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Dari beberapa definisi diatas, sanggup diambil kesimpulan bahwa prestasi yakni hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.( Ibid. Hlm 19-21)
Sementara berguru yakni proses perubahan tingkah laris pada diri seseorang berkat pengalaman dan pelatihan, dimana penyaluran dan training itu terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun limgkungan social. (Hamalik. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi Bandung : Sinar Baru.1991.hlm 16) Menurut Sardiman A.M berguru sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik menuju ke perkembangan langsung insan seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. (Sardiman. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.1994 hlm 22-23)
Menurut Gagne berguru yakni seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan perihal informasi menjadi kapabilitas baru. (Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. 1999 Hlm 10) Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil dari berguru itu sanggup berupa kapabilitas baru. Artinya, setelah seseorang berguru maka ia akan mempunyai keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai sebagai akhir dari proses berguru tersebut. Timbulmya kapabilitas tersebut yakni stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar.
Menurut Hilgard dan Bower berguru berafiliasi dengan tingkah laris seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi tertentu, dimana perubahan tingkah laris itu tidak sanggup dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.
Gagne, dalam buku The Conditions of Learning menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu setelah ia mengalami situasi tadi.”
Menurut Morgan berguru yakni setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laris yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Witherington juga mengemukakan berguru yakni suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu referensi gres dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
Dari definisi diatas, sanggup dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian perihal belajar, yaitu bahwa:
Hakekat berguru yakni suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses berguru sanggup ditunjukkan dengan aneka macam bentuk menyerupai berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, dan aspek-aspek lain yang ada pada individu tersebut.
Setelah menelusuri definisi dari prestasi dan belajar, maka sanggup diambil kesimpulan bahwa prestasi pada dasarnya yakni hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan berguru yakni suatu proses yang menimbulkan adanya perubahan dalan diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi berguru yakni hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang menimbulkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari acara dalam belajar. (Ngalim, Purwanto. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. 1988 Hlm 85-87)
--------------
Pengertian Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan kiprah atau kegiatan tertentu (Tu’u 2004:75). Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi berguru merupakan penguasaan terhadap mata pelajaran yang ditentukan lewat nilai atau angka yang diberikan guru. Berdasarkan hal ini, prestasi berguru sanggup dirumuskan :
Jadi prestasi berguru berfokus pada nilai atau angka yang dicapai dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut dinilai dari segi kognitif lantaran guru sering memakainya untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai pencapaian hasil berguru siswa.
Menurut Sudjana (1990:23), menyampaikan “diantara ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, maka rana kognitif sering dinilai para guru di sekolah”
Faktor-faktor yang menghambat prestasi berguru s iswa
Menurut Kartono Kartini dalam Tulus Tu’u (2004:83), faktor-faktor yang menghambat prestasi berguru siswa antara lain :
a. Penghambat dari dalam
Penghambat dari dalam meliputi :
1. Faktor kesehatan
Siswa yang kesehatannya sering terganggu mengakibatkan anak tertinggal pelajarannya. Karena itu, orang bau tanah harus memperhatikan kesehatan anak-anaknya dengan masakan yang bergizi.
2. Faktor kecerdasan
Siswa dengan kecerdasan yang kurang mengakibatkan siswa tersebut lambat dan akan tertinggal dari teman-temannya. Hasil yang dicapai tidak optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat lambatnya kemajuan berguru siswa.
3. Faktor perhatian
Perhatian disini terdiri dari perhatian di sekolah dan di rumah. Perhatian berguru di rumah sering terganggu dengan program televisi, kondisi keluarga dan rumah sedangkan perhatian berguru disekolah sering terganggu dengan suasana pembelajaran,serta kurangnya konsentrasi. Perhatian yang kurang memadai akan berdampak kurang baik terhadap hasil belajar.
4. Faktor minat
Minat merupakan kecenderunagn yang tinggi terhadap sesuatu. Apabila pembelajaran yang dikembangkan guru tidak menimbulkan minat, akan menciptakan siswa tidak sungguh-sungguh dalam berguru sehingga hasil berguru yang dicapai tidak optimal.
5. Faktor bakat
Bakat yakni potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa semenjak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti tidak sesuai dengan talenta yang dimiliki, prestasi berguru yang dicapai tidak optimal.
b. Penghambat dari luar
Penghambat dari luar meliputi :
1. Faktor keluarga
Faktor-faktor tersebut berupa faktor orang bau tanah contohnya cara orang bau tanah mendididk yang kurang baik, teladan yang kurang, faktor suasana rumah yang ramai an sering cekcok; faktor ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran, contohnya metode yang kurang variatif dan membosankan siswa; faktor korelasi antara guru dan siswa yang kurang dekat, faktor siswa, faktor guru yang kurang pengguasaan terhadap materi, faktor sarana di sekolah menyerupai buku-buku yang kurang, lingkungan yang ramai. Semua itu mengganggu siswa mencapai prestasi yang baik.
3. Faktor disiplin sekolah
Disiplin sekolah yang tidak ditegakkan dengan baik akan kuat negatif terhadap proses berguru anak. Misalnya siswa yang terlambat dibiarkan saja tanpa adanya hukuman.
4. Faktor masyarakat
Faktor media massa menyerupai program televisi yang mengganggu waktu belajar, faktor sobat bergaul yang kurang baik, merupakan faktor yang paling banyak memepengaruhi prestasi dan sikap siswa.
5. Faktor lingkungan tetangga
Misalnya tetangga yang pengangguran, pencuri, penjudi, peminum merupakan lingkungan yang sanggup bergaul terhadap hasil berguru siswa.
6. Faktor acara organisasi
Jika siswa mempunyai banyak acara organisasi selain menunjang hasil belajar, sanggup juga menganggu hasil berguru jikalau tidak sanggup menggatur waktu dengan baik.
Daftar Pustaka
Tu’u,Tulus.2004.Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta:Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.
Tulisan yang diatas diupdate 11 April 2013
Pengertian Prestasi belajar yakni sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan berguru mempunyai arti yang berbeda. Oleh lantaran itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam perihal pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan berguru berdasarkan para ahli.
Prestasi itu mustahil diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melaksanakan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan usaha yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh usaha dan aneka macam rintangan dan kendala yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu sanggup tercapai.
Para mahir memperlihatkan interpretasi yang berbeda perihal prestasi belajar, sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum mereka setuju bahwa prestasi berguru yakni “hasil” dari suatu kegiatan Wjs. Poerwadarminta beropini bahwa prestasi yakni hasil yang telah dicapai (dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya), sedangkan berdasarkan Mas’ud Hasan Abdul Qohar beropini bahwa prestasi yakni apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan, sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi yakni penilaian pendidikan perihal perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Dari beberapa definisi diatas, sanggup diambil kesimpulan bahwa prestasi yakni hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.( Ibid. Hlm 19-21)
Sementara berguru yakni proses perubahan tingkah laris pada diri seseorang berkat pengalaman dan pelatihan, dimana penyaluran dan training itu terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun limgkungan social. (Hamalik. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi Bandung : Sinar Baru.1991.hlm 16) Menurut Sardiman A.M berguru sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik menuju ke perkembangan langsung insan seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. (Sardiman. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.1994 hlm 22-23)
Menurut Gagne berguru yakni seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan perihal informasi menjadi kapabilitas baru. (Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. 1999 Hlm 10) Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil dari berguru itu sanggup berupa kapabilitas baru. Artinya, setelah seseorang berguru maka ia akan mempunyai keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai sebagai akhir dari proses berguru tersebut. Timbulmya kapabilitas tersebut yakni stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar.
Menurut Hilgard dan Bower berguru berafiliasi dengan tingkah laris seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi tertentu, dimana perubahan tingkah laris itu tidak sanggup dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.
Gagne, dalam buku The Conditions of Learning menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu setelah ia mengalami situasi tadi.”
Menurut Morgan berguru yakni setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laris yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Witherington juga mengemukakan berguru yakni suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu referensi gres dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
Dari definisi diatas, sanggup dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian perihal belajar, yaitu bahwa:
- Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu sanggup mengarah pada perubahan tingkah laris yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laris yang lebih buruk.
- Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalaui latihan atau pengalaman dan perubahan itu relatif menetap.
- Tingkah laris yang mengalami perubahan lantaran berguru menyangkut aneka macam aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Hakekat berguru yakni suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses berguru sanggup ditunjukkan dengan aneka macam bentuk menyerupai berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, dan aspek-aspek lain yang ada pada individu tersebut.
Setelah menelusuri definisi dari prestasi dan belajar, maka sanggup diambil kesimpulan bahwa prestasi pada dasarnya yakni hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan berguru yakni suatu proses yang menimbulkan adanya perubahan dalan diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi berguru yakni hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang menimbulkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari acara dalam belajar. (Ngalim, Purwanto. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. 1988 Hlm 85-87)
--------------
Pengertian Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan kiprah atau kegiatan tertentu (Tu’u 2004:75). Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi berguru merupakan penguasaan terhadap mata pelajaran yang ditentukan lewat nilai atau angka yang diberikan guru. Berdasarkan hal ini, prestasi berguru sanggup dirumuskan :
- Prestasi berguru yakni hasil berguru yang dicapai ketika mengikuti, mengerjakan kiprah dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
- Prestasi berguru tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya lantaran bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
- Prestasi berguru dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru.
Jadi prestasi berguru berfokus pada nilai atau angka yang dicapai dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut dinilai dari segi kognitif lantaran guru sering memakainya untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai pencapaian hasil berguru siswa.
Menurut Sudjana (1990:23), menyampaikan “diantara ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, maka rana kognitif sering dinilai para guru di sekolah”
Faktor-faktor yang menghambat prestasi berguru s iswa
Menurut Kartono Kartini dalam Tulus Tu’u (2004:83), faktor-faktor yang menghambat prestasi berguru siswa antara lain :
a. Penghambat dari dalam
Penghambat dari dalam meliputi :
1. Faktor kesehatan
Siswa yang kesehatannya sering terganggu mengakibatkan anak tertinggal pelajarannya. Karena itu, orang bau tanah harus memperhatikan kesehatan anak-anaknya dengan masakan yang bergizi.
2. Faktor kecerdasan
Siswa dengan kecerdasan yang kurang mengakibatkan siswa tersebut lambat dan akan tertinggal dari teman-temannya. Hasil yang dicapai tidak optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat lambatnya kemajuan berguru siswa.
3. Faktor perhatian
Perhatian disini terdiri dari perhatian di sekolah dan di rumah. Perhatian berguru di rumah sering terganggu dengan program televisi, kondisi keluarga dan rumah sedangkan perhatian berguru disekolah sering terganggu dengan suasana pembelajaran,serta kurangnya konsentrasi. Perhatian yang kurang memadai akan berdampak kurang baik terhadap hasil belajar.
4. Faktor minat
Minat merupakan kecenderunagn yang tinggi terhadap sesuatu. Apabila pembelajaran yang dikembangkan guru tidak menimbulkan minat, akan menciptakan siswa tidak sungguh-sungguh dalam berguru sehingga hasil berguru yang dicapai tidak optimal.
5. Faktor bakat
Bakat yakni potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa semenjak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti tidak sesuai dengan talenta yang dimiliki, prestasi berguru yang dicapai tidak optimal.
b. Penghambat dari luar
Penghambat dari luar meliputi :
1. Faktor keluarga
Faktor-faktor tersebut berupa faktor orang bau tanah contohnya cara orang bau tanah mendididk yang kurang baik, teladan yang kurang, faktor suasana rumah yang ramai an sering cekcok; faktor ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran, contohnya metode yang kurang variatif dan membosankan siswa; faktor korelasi antara guru dan siswa yang kurang dekat, faktor siswa, faktor guru yang kurang pengguasaan terhadap materi, faktor sarana di sekolah menyerupai buku-buku yang kurang, lingkungan yang ramai. Semua itu mengganggu siswa mencapai prestasi yang baik.
3. Faktor disiplin sekolah
Disiplin sekolah yang tidak ditegakkan dengan baik akan kuat negatif terhadap proses berguru anak. Misalnya siswa yang terlambat dibiarkan saja tanpa adanya hukuman.
4. Faktor masyarakat
Faktor media massa menyerupai program televisi yang mengganggu waktu belajar, faktor sobat bergaul yang kurang baik, merupakan faktor yang paling banyak memepengaruhi prestasi dan sikap siswa.
5. Faktor lingkungan tetangga
Misalnya tetangga yang pengangguran, pencuri, penjudi, peminum merupakan lingkungan yang sanggup bergaul terhadap hasil berguru siswa.
6. Faktor acara organisasi
Jika siswa mempunyai banyak acara organisasi selain menunjang hasil belajar, sanggup juga menganggu hasil berguru jikalau tidak sanggup menggatur waktu dengan baik.
Daftar Pustaka
Tu’u,Tulus.2004.Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta:Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.
Tulisan yang diatas diupdate 11 April 2013
Pengertian Prestasi belajar yakni sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan berguru mempunyai arti yang berbeda. Oleh lantaran itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam perihal pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan berguru berdasarkan para ahli.
Prestasi yakni hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan berdasarkan Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi yakni apa yang telah sanggup diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, terperinci terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun pada dasarnya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, sanggup dipahami bahwa prestasi yakni hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar yakni suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laris yang gres secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, sanggup diambil suatu pemahaman perihal hakekat dari acara berguru yakni suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan berdasarkan Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar yakni hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi berguru merupakan hasil yang menimbulkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari acara dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka sanggup dipahami bahwa prestasi belajar yakni hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses berguru mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas berdasarkan Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini sanggup dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.
1. Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat kuat terhadap proses berguru siswa, jikalau kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, gampang pusing, ngantuk, jikalau keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
2. Cacat tubuh
Cacat tubuh yakni sesuatu yang mengakibatkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55).
b. Faktor psikologis
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang gres dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang aneh secara efektif, mengetahui kekerabatan dan mempelajarinya dengan cepat.
2. Perhatian
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian yakni keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek.
Untuk menjamin berguru yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Jika materi pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa berguru dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.
Untuk menjamin berguru yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Jika materi pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa berguru dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.
3. Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa talenta yakni the capacity to learn. Dengan kata lain, talenta yakni kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terlaksana pencapaian kecakapan yang aktual setelah berguru atau terlatih. Kemudian berdasarkan Muhibbin (2003 : 136) bahwa talenta yakni kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 : 214) bahwa minat yakni menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap acara berguru siswa, siswa yang gemar membaca akan sanggup memperoleh aneka macam pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi berguru siswa yang seoptimal mungkin lantaran siswa yang mempunyai minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh lantaran ada daya tarik baginya.
5. Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam memilih tujuan itu sanggup disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat yakni motivasi itu sendiri sebagai daya penggagas atau pendorongnya.
6. Kematangan
6. Kematangan
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan yakni sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan yakni suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu tiba atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jikalau anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses berguru mengajar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan yakni suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu tiba atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jikalau anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses berguru mengajar.
7. Kesiapan
Kesiapan berdasarkan James Drever menyerupai yang dikutip oleh Slameto (2003 : 59) yakni preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memperlihatkan respon atau reaksi.
Jadi, dari pendapat di atas sanggup diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses berguru mengajar, sangat mempengaruhi prestasi berguru siswa, dengan demikian prestasi berguru siswa sanggup berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam mendapatkan suatu mata pelajaran dengan baik.
c. Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang sanggup mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain sanggup dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut:
“Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi lantaran ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada serpihan tertentu. Sedangkan kelelahan rohani sanggup terus menerus lantaran memikirkan dilema yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu lantaran terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian”.
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani sanggup mempengaruhi prestasi belajar dan biar siswa berguru dengan baik haruslah menghindari jangan hingga terjadi kelelahan dalam belajarnya menyerupai lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani menyerupai memikirkan dilema yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu lantaran terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi berguru siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis.
2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)
Faktor ekstern yang kuat terhadap prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60).
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan sanggup mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang bau tanah mendidik, kekerabatan antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
1. Cara orang bau tanah mendidik
Cara orang bau tanah mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi berguru anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga yakni forum pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat memilih mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.
Dari pendapat di atas sanggup dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan kuat terhadap belajarnya.
2. Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam keluarga yakni kekerabatan orang bau tanah dan anaknya. Selain itu juga kekerabatan anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi berguru anak. Wujud dari kekerabatan yakni apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap hirau tak acuh, dan sebagainya.
3. Keadaan keluarga
Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak lantaran dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang sanggup menimbulkan perbedaan individu menyerupai kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, korelasi antara orang tua, sikap keluarga terhadap dilema sosial dan realitas kehidupan.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa mempengaruhi prestasi berguru anak sehingga faktor inilah yang memperlihatkan pengalaman kepada anak untuk sanggup menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses berguru yang dicapai oleh anak itu sanggup dipengaruhi oleh orang bau tanah yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.
4. Pengertian orang tua
Menurut Slameto (2003 : 64) bahwa anak berguru perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang berguru jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang bau tanah wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.
5. Keadaan ekonomi keluarga
Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan berguru anak. Anak yang sedang berguru selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, contohnya makanan, pakaian, sumbangan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan kemudahan berguru menyerupai ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
6. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam berguru (Roestiyah, 1989: 156). Oleh lantaran itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, biar mendorong tercapainya hasil berguru yang optimal.
7. Suasana rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi atau insiden yang sering terjadi di dalam keluarga di mana belum dewasa berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memperlihatkan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.
Suasana ini sanggup terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang mengakibatkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang hasilnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah sanggup berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu :
1. Guru dan cara mengajar
Menurut Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada belum dewasa didiknya turut memilih hasil berguru yang akan dicapai oleh siswa. Sedangkan berdasarkan Nana Sudjana dalam Djamarah (2006 : 39) mengajar pada hakikatnya yakni suatu proses , yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga sanggup menumbuhkan dan mendorong anak didik melaksanakan proses belajar.
Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam kiprahnya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memperlihatkan motivasi, biar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses berguru mengajar dan diubahsuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses berguru mengajar
Model atau metode pembelajaran sangat penting dan kuat sekali terhadap prestasi berguru siswa, terutama pada pelajaran matematika. Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang dipakai oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang diubahsuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika harus bisa menilih dan memilih metode pembelajaran yang tepat untuk dipakai dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, contohnya : model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, realistik matematika problem solving dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, model yang diterapkan yakni model kooperatif tipe STAD, dimana model atau metode ini kuat terhadap proses berguru siswa dan sanggup meningkatkan prestasi berguru siswa
3. Alat-alat pelajaran
Untuk sanggup hasil yang tepat dalam belajar, alat-alat berguru yakni suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi berguru siswa, contohnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya.
Menurut Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup mempunyai alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk berguru ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat berguru anak.
Menurut Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup mempunyai alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk berguru ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat berguru anak.
4. Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan materi pelajaran biar siswa menerima, menguasai dan menyebarkan materi pelajaran itu. Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa kurikulum yang tidak baik akan kuat tidak baik terhadap proses berguru maupun prestasi berguru siswa.
5. Waktu sekolah
Waktu sekolah yakni waktu terjadinya proses berguru mengajar di sekolah, waktu sekolah sanggup pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi berguru siswa (Slameto, 2003 : 68).
6. Interaksi guru dan murid
Menurut Roestiyah (1989 : 151) bahwa guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, mengakibatkan proses berguru mengajar itu kurang lancar. Oleh lantaran itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.
7. Disiplin sekolah
7. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam berguru (Slameto, 2003 : 67). Kedisiplinan sekolah ini contohnya meliputi kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan manajemen dan keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
8. Media pendidikan
Kenyataan ketika ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belaajr anak dalam jumlah yang besar pula (Roestiyah, 1989 : 152). Media pendidikan ini contohnya menyerupai buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang sanggup mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik.
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi berguru siswa antara lain sobat bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya.
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003 : 70) menyampaikan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat sanggup menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jikalau siswa ambil serpihan dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak contohnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jikalau tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003 : 70) menyampaikan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat sanggup menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jikalau siswa ambil serpihan dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak contohnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jikalau tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2. Teman Bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik menyebarkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan hingga mendapatkan sobat bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik gampang kuat terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.
Menurut Slameto (2003 : 73) biar siswa sanggup belajar, sobat bergaul yang baik akan kuat baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, sobat bergaul yang buruk perangainya niscaya mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan biar siswa mempunyai sobat bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang bau tanah dan pendidik harus bijaksana.
3. Cara Hidup Lingkungan
Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar dampak terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini contohnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan kuat rajin juga tanpa disuruh.
Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar dampak terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini contohnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan kuat rajin juga tanpa disuruh.
Faktor eksternal ini sanggup menimbulkan dampak positif antara lain dilihat dari
1. Ekonomi keluarga berdasarkan Slameto (1993 : 63), bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan berguru anak. Anak yang sedang berguru selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, contohnya makanan, pakaian, sumbangan kesehatan dan lain-lain. Juga membutuhkan kemudahan berguru menyerupai ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya sanggup terpenuhi jikalau keluarga mempunyai cukup uang.
2. Guru dan cara mengajar
Guru dan cara mengajar merupakan faktor yang penting bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu memberikan pengatahuan itu kepada belum dewasa didiknya. Ini sangat kuat terhadap prestasi berguru siswa lantaran guru yang berpengetahuan tinggi dan cara mengajar yang manis akan memperlancar proses berguru mengajar sehingga siswa dengan gampang mendapatkan pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya.
3. Interaksi guru dan murid
Interaksi guru dan murid sanggup mempengaruhi juga dengan prestasi belajar, lantaran interaksi yang lancar akan menciptakan siswa itu tidak merasa segan berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar mengajar.
4. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegaiatan siswa dalam masyarakat sanggup menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya contohnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, dan lain-lain.
5. Teman bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk menyebarkan sosialisainya lantaran siswa sanggup belajar dengan baik apabila sobat bergaulnya baik tetapi perlu dijaga jangan hingga mendapatkan sobat bergaul yang buruk perangainya.
6. Cara hidup lingkungan
Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak (Roestiyah 1989 : 155). Hal ini contohnya anak yang tinggal di lingkungan orang-orang yang rajin belajar otomatis anak tersebut akan kuat rajin belajar tanpa disuruh.
Faktor eksternal yang sanggup menimbulkan dampak negatif bagi prestasi anak adalah:
a. Cara mendidik
Orang bau tanah yang memanjakan anaknya, maka setelah anaknya sekolah akan menjadi anak yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan atau kesulitan. Juga orang bau tanah yang mendidik anaknya secara keras maka anak tersebut manjadi penakut dan tidak percaya diri.
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intern mengakibatkan proses balajar mengajar menjadi kurang lancar juga anak merasa jauh dari guru maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajarnya. Guru yang mengajar bukan pada keahliannya, serta sekolah yang mempunyai kemudahan dan sarana yang kurang memadai maka bisa mengakibatkan prestasi belajarnya rendah.
Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
0 Response to "Pengertian Prestasi Mencar Ilmu Definisi Berdasarkan Para Ahli"
Post a Comment