Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi Artikel Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi - Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga sanggup dipakai pada proses metabolisme badan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).

Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari kesejukan jasmani (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994; Len Kravitz, 1997).

Blain beropini daya tahan kardiorespiasi yang tinggi memperlihatkan kemampuan untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang usang ( Pradono, 1999).

Daya tahan kardiorespirasi disebut juga aerobic capacity. Dalam laboratorium pengukuran yang paling objektif dilakukan dengan menghitung ambilan maksimal O2 (VO2max) (Effendi, 1983).


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi
Daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin, acara fisik, komposisi lemak badan dan kebiasaan merokok.

1.    Genetik
Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik yang ada dalam badan seseorang semenjak lahir. Penelitian dari Kanada telah meneliti perbedaan kebugaran aerobik diantara saudara kandung (dizygotic) dan kembar identik (monozygotic), dan mendapati bahwa perbedaannya lebih besar pada saudara kandung dari pada kembar identik.

Baru-baru ini, Manila dan Bouchard (1991) telah memperkirakan bahwa herediter bertanggung jawab atas 25 –40% dari perbedaan nilai VO2max dan Sundet, Magnus Tambs (1994) beropini bahwa lebih dari setengah perbedaan kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype, dan faktor lingkungan (nutrisi) sebagai penyebab lainnya. Ini mendukung pendapat bahwa cara untuk menjadi atlet berdaya tahan tinggi yakni dengan menentukan orang bau tanah dengan teliti.

Kita mewarisi banyak faktor yang menawarkan konstribusi pada kebugaran aerobik, termasuk kapasitas maksimal sistem respiratory dan kardiovaskuler, jantung yang lebih besar, sel darah merah dan hemoglobin yang lebih banyak (Sharley, 2003).

Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya bekerjasama dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang mempunyai lebih banyak lebih sempurna untuk melaksanakan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak mempunyai serat otot rangka putih, lebih bisa melaksanakan kegiatan yang bersifat anaerobic.

Demikian pula imbas keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk badan lingkaran dan pendek) cenderung mempunyai jaringan lemak yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk badan kurus dan tinggi) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).

2.    Umur
Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesejukan jsmani. Daya tahan kardiovaskuler memperlihatkan suatu tendensi meningkat pada masa belum dewasa hingga sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 hingga 30 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya tahun tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade (Brian.Jsharkey, 2003).

Peningkatan kekuatan otot laki-laki dan perempuan sama hingga usia 12 tahun, selanjutnya sesudah usia pubertas laki-laki lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 hingga 25 tahun.

Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi badan pada umumnya terjadi lantaran proses menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot lantaran berkurangnya acara dan timbulnya obes pada usia bau tanah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).


3.    Jenis Kelamin
Kesegaran jasmani antara laki-laki dan perempuan berbeda lantaran adanya perbedaan ukuran badan yang terjadi sesudah masa pubertas.
Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun sesudah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata perempuan muda mempunyai kebugaran aerobik antara           15-25% lebih kecil dari laki-laki muda dan ini tergantung pada tingkat acara mereka. Tapi pada atlet remaja putri yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2max.

Wanita mempunyai jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak dibanding laki-laki 15% dari komposisi tubuhnya (Ardle, 1981).

Menurut Larry Gshaver (1981), satu gram hemoglobin sanggup bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada laki-laki dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16gr hemoglobin pada setiap 100ml darah dan pada perempuan rata-rata 14gr pada setiap 100ml darah. Keadaan ini mengakibatkan perempuan mempunyai kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria. Selain itu ukuran jantung pada perempuan rata-rata lebih kecil dibanding pria(Hairy,1989).

Pengambilan oksigen pada perempuan 2,2L lebih kecil daripada laki-laki 3,2L. Kapasitas  vital paru perempuan juga lebih kecil dibanding pria.


4.    Kegiatan Fisik 
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesejukan jasmani. Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi sanggup mengurangi lemak badan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).

Menurut Bucher (1983) ada sejumlah laba penting bagi organ badan vital tanggapan dari latihan yang teratur.
  • Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung.
    Bukti yang ada memperlihatkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat lantaran dipakai dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada jantung sebagai tanggapan dari acara jasmani, terjadi pembesaran jantung.
  • Pengaruh latihan terhadap isi sedenyut
    Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh badan dari pada orang yang tidak terlatih.

    Atlet terlatih sanggup memompakan sebanyak 22liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2liter darah saja.
  • Pengaruh latihan terhadap denyut jantung
    Hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat jika dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung insan berdenyut 6 hingga 8 kali lebih sedikit jika seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 hingga 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih
  • Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri
    Banyak eksperimen memperlihatkan bahawa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih.
  • Pengaruh latihan terhadap pernafasan
    • Dada bertambah luas. Hal ini terjadi semasa pertumbuhan, tetapi tidak pada masa dewasa.
    • Jumlah pernafasan permenit berkurang. Orang terlatih bernafas 6 hingga 8 kali permenit, sedangkan pada orang yang tidak terlatih sebanyak 18 hingga 20 kali permenit.
    • Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak terlatihdiafragma bergerak sedikit sekali.
    • Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada iktikad bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru, mengakibatkan jumlah darah yang bekerjasama dengan udara lebih besar yang menimbulkan ekonomi dalam pernafasan.
  • Pengaruh latihan terhadap sistem otot.
    Beberapa laba dari tanggapan latihan terhadap otot-otot diantaranya yakni :
    • Sarkoma dari serabut otot menjadi lebih tebal dan kuat.
    • Ukuran otot bertambah.
    • Kekuatan otot meningkat.
    • Daya tahan otot meningkat.
    • Terjadi penambahan jumlah kapiler.
Hal ini ini mengakibatkan peredaran darah ke otot lebih baik ( Abdullah, 1994).
 paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja d Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi Artikel dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


5.    Kebiasan Merokok
Sudah usang diketahui imbas buruk rokok terhadap paru-paru, antara lain yakni penyakit paru obstruktif menahun yang dikenal dengan COPD (Djamil, 1986).

Pada asap tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO). Afinitas CO pada hemoglobin 200-300 kali lebih berpengaruh dari pada oksigen, ini berarti CO tersebut lebih cepat mengikat hemoglobin dari pada oksigen. Hemoglobin dalam badan berfungsi sebagai alat pengangkutan oksigen untuk diedarkan ke jaringan badan yang memerlukannya. Bila seseorang merokok 10-20 batang sehari di dalam hemoglobin mengandung 4,9% CO maka kadar oksigen yang diedarkan ke jaringan akan menurun sekitar 5% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).

Selain itu dalam rokok mengandung NO dan NO2, merupakan substansia yang sanggup memicu terbentuknya radikal bebas yang berlebihan yang mengakibatkan terbentuknya lipid peroksida yang lebih lanjut merusak dinding sel. Beberapa sel badan telah terbukti mengalami proses degeneratif antara lain membran sel endotel, pembuluh darah, epitel paru, lensa mata dan neuron (Yunwanti, 2002).  

Daftar Pustaka - Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi Artikel dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta, hlm2-51

Len Kravitz, 1997. Panduan Lengkap dan Bugar Total.Jakarta : Raja Grafindo Persada, him 5-9

Julianty Pradono, 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesegaran Jasmani Warga Kebon Manggis Jakarta Timur Umur 20-39 Tahun, 1998, Buletin Penelitian Kesehatan Vol 27, hlm 293-295

Hasyim Efendi, 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Tes Kerja (Exercise Test) untuk Diagnostik. Bandung : Penerbit Alumni, hlm59-121

Brian Sharkey, 2003. Kebugaran dan Kesehatan.Ed1, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm 75-93

Junusul Hairy, 1989. Fisiologi Olahraga Jilid I. Jakarta, hlm 50-213

William Ardle, 1981. Exercise Physiology Energy, Nutrition, and Human Performance. Philadelpia, pp 369-389

Arma Abdullah, 1994. Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta, hlm 53-64

Yunwati Yuyun, 2002. Pengaruh Paparan Asap Rokok Kretek Dismutase Hepar Tikus Mistar, Jurnal Kedokteran Yarsi Vol12, hlm85-92

Djamil Rusdan, 1989. Kebiasaan Merokok, Kapasitas Vitas dan Kapasitas Pernafasan maximal, Majalah Kedokteran Universitas Andalas, hlm 14-15

0 Response to "Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi Artikel Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi"

Post a Comment