Pengertian Administrasi Berbasis Sekolah Makalah Definisi (Mbs) Karakteristik, Dan Prinsip Tujuan, Implementasi

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Makalah, Definisi (MBS) Karakteristik, dan Prinsip Tujuan, Implementasi - Istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan terjemahan dari School Based Management “istilah ini pertamak kali muncul di Amerika Serikat (Mulyasa, 2002 : 24) ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan suatu taktik untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui pengalihan otoritas pengembalian keputusan dari pemerintah pusat ke pemerintah tempat dan ke masing-masing sekolah, sehingga kepala sekolah, guru, orang renta penerima didik, dan masyarakat setempat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap proses pendidikan, dan juga mempunyai tanggung jawab untuk mengambil keputusan yang menyangkut pembiayaan personal, dan kurikulum sekolah.

Definisi Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan para andal - Secara leksikal Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu Manajemen, Berbasis, dan Sekolah. Manajemen yaitu proses penggunaan sumber daya, secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis mempunyai kata dasar basis yang artinya asas atau dasar. Sekolah yaitu lembaga berguru dan mengajar serta tempa mengatakan dan mendapatkan ilmu pengetahuan atau pelajaran secara formal. Berdasarkan makna leksikal tersebut, maka MBS sanggup diartikan sebagai penggunaan sumber daya  yang berdasarkan atau berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran (Nurkolis, 2003 : 1).

Sedangkan Raynold mendefinisikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan tiga komponen utama :  Pertama, delegasi otoritas decision making (pemgambilan keputusan) ke pihak sekolah menyangkut acara pendidikan termasuk kepegawaian, anggaran dan program. Kedua, penerapan model decision-maker bersama pada sekolah oleh tim manajemen termasuk kepala sekolah, guru, orangtua siswa, dan masyarakat. Ketiga, ekspektasi dimana MBS akan mendorong leadership sekolah untuk berupaya dalam perbaikan sekolah (Raynolds, 2004 : 3).

Menurut Sukiono dalam majalah fasilitator (2003 : 35) intinya Manajemen Berbasi Sekolah (MBS) merupakan manajemen yang transparan, mempunyai akuntabilitas terhadap masyarakat, dan melibatkan stakholder dalam pengambilan keputusan.

Senada dengan itu Depdikbud ibarat di kutip Mulyasa (2002 : 12) mengemukan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para penerima didik.

Sedangkan secara operasional Manajemen Berbasi Sekolah (MBS) sanggup didefinisikan sebagai pelaksana fungsi-fungsi Manajemen semua komponen pendidikan di sekolah (Hari Sudradjad, 2005 : 42).


Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah sanggup mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses berguru mengajar, pengelolahan sumber daya insan dan pengolahan sumber daya yang lain dan pengelolahan manajemen (Mulyasa, 2002 : 29).

Lebih lanjut Mulyasa mengutip pendapat BPPN dan Bank Dunia (1999), mengutipdari Fokus On School : The Future Organisation of Education Service for Student, Department Of Educations Australia (1990), ibarat dikutip oleh Mulyasa (2002 : 39-30 mengemukakan karakterisitik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam bentuk skema sebagai berikut :

Tabel 1 : Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Organisasi
Sekolah
Proses berguru mengajar
Sumber daya manusia
Sumber daya dan adminstrasi
Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan transpransional dalam mencapai tujuan sekolah
Meningkatkan kwalitas berguru siswa
Memberdayakan staf dan menempatkan personal yang sanggup melayani keperluaan siswa
Mengidentifikasi sumber daya yang diharapkan dan mengalokasikan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan
Menyusun planning sekolah dan merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri
Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat sekolah
Memiliki staf yang mempunyai wawasan manajemen berbasis sekolah
Mengelolah dana sekolah

Mengelola kegiatan operasional sekolah
Menyelenggarakan pengajaran yang efektif
Menyediakan kegiatan untuk menyebarkan profesi pada semua staf
Menyediakan pinjaman adminstratif

Menjamin adanya komunikasi yang efektif  antara sekolah dan masyarakat terkait (School community)
Menyediakan acara pengembangan yang diharapkan siswa
Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
Mengelolah dan memelihara gedung dan sarana   lainnya

Menjamin akan terpeliharannya sekolah yang bertanggung jawab (akuntability) kepada masyarakat dan pemerintah
Perogram pengembangan yang diharapkan siswa
Kesejahteraan staf dan siswa
Memelihara gedung dan sarana lainnya

  Sumber :  Mulyasa : 2002 : 39


Sementara berdasarkan Baily (1991) ibarat dikutip Sudarwan Danim (2006 : 29) terdapat sembilan karakteristik yang dimiliki oleh Manajemen Berbasi Sekolah (MBS) yaitu :

1.    Adanya keragaman dalam referensi penggajian guru
Istilah populernya yaitu pendekatan prestasi dalam hal penggajian atau pemberian kesejahteraan lainnya.

2.    Otonomi Manajemen Sekolah
Sekolah menjadi sentral utama manajemen pada tingkat strategis dan operasional dalam kerangka penyelenggaraan acara pendidikan dan pembelajaran. Sementara, kebijakan internal lain menjadi penyertaannya.

3.    Pemberdayaan Guru secara Optimal
Dikarenakan sekolah harus berkompetisi membangun mutu dan membentuk gambaran di masyarakat, guru-guru harus diberdayakan dan memberdayakan diri secara optimal bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang bermakna.

4.    Pengelolaan Sekolah secara Partisipatif
Kepala sekolah harus bisa bekerja dengan dan melalui seluruh komunitas sekolah agar  masing-masing sanggup menjalankan kiprah pokok dan fungsi secara baik terjadi transparansi pengelolaan sekola.

5.    Sistem yang Didesentralisasikan
Di bidang penganggaran misalnya, pelaksanaan MBS mendoro sekolah-sekolah siap berkompetensi untuk mendapatkan dana dari masyarakat atau dari pemerintah secara kompetitif (block grant) dan mengelolah dana itu dengan baik.

6.    Sekolah dengan pilihan atau Otonomi Sekolah dalam Menentukan Aneka Pilihan
Program akademik dan nonakademik sanggup dikreasi oleh sekolah sesuai dengan kapasitasnya dan sesuai ula dengan kebutuhan masyarakatlokal, nasional, atau global.

7.    Hubungan Kemitraan (Partenership) antara Dunia Bisnisdan Dunia Pendidikan
Hubungan kemitraan itu sanggup dilakukan scara pribadi atau melalui Komite Sekolah. Hubungan kemitraan ini bukan hanya untuk keperluan pendanaan, melainkan juga untuk kegiatan praktek kerja dan acara pembinaan dan pengembangan lainnya

8.    Akses terbuka bagi sekolah untuk tumbuh relatif berdikari
Perluasan kewenangan yang diberikan kepada sekolah memberi ruang gerak baginya untuk menciptakan keputusan inovatif dan mengkreasi acara demi peningkatan mutu sekolah.

9.    Pemasaran sekolah serta Kompetitif
Tugas pokok dan fungsi sekolah yaitu memperlihatkan produk unggulan atau jasa. Untuk membangun gambaran mutu dan keunggulan lembaga.


Sedangkan Nurkolis (2003 : 56) beropini bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) mempunyai 8 (delapan) karakteristik yaitu :
  1. Misi Sekolah yaitu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang multipel dan kompleks, budaya oranisasi yang berpengaruh harus dikembangkan oleh warga sekolah demi kepentingan bersama.
  2. hakikat acara sekolah yakni sekolah menjalankan aktivitas-aktivitas pendidikan berdasarkan karakteristik, kebutuhan dan situasi sekolah untuk meningkatkan mutu
  3. Stragegi-strategi manajemen yaitu perubahan dari arah Manajemen Kontrol Eksternal (MKE) ke arah (MBS) dan sanggup direfleksikan dengan aspek-aspek taktik manajemen yaitu : konsep atauasumsi ihwal hakekat manusia, konsep organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen.
  4. Penggunaan sumber daya yaitu sekolah mempunyai otonomi yang lebih besar dalam mengadakan dan memakai sumber daya secara efektif. 
  5. Perbedaan-perbedaan kiprah yaitu kiprah warga sekolah secara pribadi ditentukan oleh kebijakan manajemen pemerintah, misi sekolah, hakikat acara sekolah, strategi-strategi pengelolaan internal sekokah, dan gaya penggunaan sumber daya.
  6. Hubungan antar insan yaitu manajemen berbasis sekolah menekankan kekerabatan antar insan yang cenderung terbuka, bekerja sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan.
  7. Kualitas eksekutif yaitu partisipasi dan perkembangan dipandang penting dalam menghadapi kiprah pendidikan yang kompleks dalam mencapai efektifitas pendidikan. Maka persyaratan eksekutif yang berkualitas sangat penting. 
  8. Indikator-indikator efektivitas yakni dalam MBS efektivitas sekolah dinilai berdasarkan indikator. Multi tingkat dan multisegi. Penilai ihwal efektivitas sekolah harus mencukupi proses pembelajaran dan mnetode untuk membantu kemajuan sekolah. 


Lebih lanjut berdasarkan Nurkolis, berdasarkan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) karakteristik MBS meliputi karakteristik outpt yang diharapkan, proses dan input (Nurkolis, 2003 : 64).


Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Sukadi dalam majalah Fasilitator (III, 2003 : 22) mengemukakan sepuluh prinsip Manajemen Berbasis Sekolah yaitu : pertama : keterbukaan yakni manajemen dilakukan secara terbuka (transparan), kedua : Kebersamaan yakni manajemen dilaksanakan secara gotong royong oleh pihak sekoloah dan masyarakat, ketiga : berkelanjutan, yakni manajemen dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian kepala sekolah. Keempat : menyeluruh berarti manajemen dilakukan secara menyeluruh menyangkut seluruh komponen yang menjunjung dan menghipnotis pencapaian tujuan, kelima, pertanggung jawaban, berarti sanggup dipertanggung jawabkan ke orang tua/wali siswa, masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan, keenam : Demokratis, yakni berarti keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah antar komponen sekolah dengan masyarakat, ketujuh : Kemandirian, yang berarti sekolah mempunyai prakarsa atau inisiatif, dan penemuan dalam rangka mencapai tujuan, kedelapan : berorientasi pada mutu, artinya upaya-upaya yang dilakukan sekolah selalu berdasarkan pada peningkatan mutu pendidikan, kesembilan : Pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) berarti manajemen sekolah tersebut untuk mencapai standar pelayanan sekolah (SPM) secara total, sedikit demi sedikit dan berkelanjutan, kesepuluh : pendidikan untk semua, artinya semua anak mempunyai hak memperoleh layanan pendidikan yang sama.


Sedangkan berdasarkan Nurkolis teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan atas empat prinsip yaitu : prinsip ekufinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya insan (Nurkolis : 2003 : 52).

Prinsip ekuifinalitas (principle of equifinality) yaitu prinsip yang didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda untuk mencapai tujuan. MBS menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah berdasarkan kondisi mereka masing-masing.

Prinsip desentralisasi (prinsiple of decentralization). Desentralisasi   yaitu tanda-tanda yang penting dalam reformasi manaemen sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas. Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah da acara pengajaran tak sanggup dielakkan dari kesulitan dan permasalahan. Pendidikan yaitu perkara yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya (Nurkolis, 2003 : 59).

Prinsip pengelolaan berdikari (principle of self managing system). MBS tidak mengingkari bahwa perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan suatu kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat banyak sekali cara yang berbeda-beda untuk mencapainya. MBS menyadari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi sistem pengelolaan secara berdikari di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah mempunyai otonomi tertentu untuk menyebarkan tujuan pengajaran, taktik manajemen, distribusi sumber daya insan dan sukmber daya lainnya dan mencapai tujuan sesuai dengan kondisi mereka masing-masing.

Prinsip inisiatif insan (principle of human initiative) sejalan dengan perkembangan pergeakan kekerabatan antar insan dan pergerakan ilmu sikap pada manajemen modern, orang mulai menaruh perhatian serius pada efek penting faktor insan pada efektivitas organisasi. Prinsip ini mengakui bahwa insan bukanlah sumber daya yang statis melainkan dinamis. Oleh karena  itu, perlu digali, dan dikembangkan. Perspektif sumber aya insan menekankan bahwa orang yaitu sumber daya berharga dalam organisasi, sehingga poin utama manajemen yaitu mengembnagkan sumber daya insan di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan prespektif ini maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah biar dapat  bekerja dengan aik dan menyebarkan potensinya (Nurkolis : 2003 : 55).


Implementasi MBS (Menejemen Berbasis Sekolah)

Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya insan yang professional untuk mengoprasikan sekolah, dan yang cukup biar sekolah bisa menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses berguru mengajar, serta pinjaman orang renta siswa atau masyarakat yang tinggi (Mulyasa, 2002:58).

Lebih lanjut Mulyasa (2002 : 59) mengemukakan, biar impelementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) sanggup diterapkan secara menyeluruh di Indonesia pada umumnya dan di kabupaten/propinsi pada khususnya terkait kondisi sekolah pada ketika krisis kini ini sangat bervariasi di lihat dari segi kualitas, lokasi sekolah dan partisipasi masyarakat (orang tua). Dan kondisi inilah sepertinya yang akan menjadi permasalahan yang rumit dan harus di prioritaskan penyelesaiannya pasca krisis. Oleh alasannya yaitu itu, biar manejemen berbasis sekolah (MBS) sanggup di implementasikan secara optimal, baik krisis maupun pada pasca krisis dimasa mendatang, perlu adanya taktik dalam penerapannya.


1.    Pengelompokan Sekolah
Dalam rangka implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan menejemen dengan mempertimbangkan kondisi, lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini ditemukan tiga kategori sekolah, yaitu :  baik, sedang dan kurang yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang dan ketinggalan. Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan menejemen sekolah untuk mengimplementasikan menejemen berbasis sekolah (MBS) berbeda satu kelompok sekolah dengan kelompok lainnya.

Kelompok-kelompok sekolah tersebut sanggup digambarkan ibarat tabel berikut:

Tabel 2. Kelompok Sekolah Dalam MBS




Kemampuan sekolah
Kepala sekolah dan guru
Partisipasi masyarakat
Pendapatan tempat dan orang tua
Anggaran sekolah
1.  Sekolah dengan kemampuan manajemen tinggi
Kepala sekolah dan guru kompetensi tinggi (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat tinggi (termasuk pinjaman dana)
Pendapatan tempat dan orang renta tinggi
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah besar
2.  Sekolah dengan kemampuan manajemen sedang
Kepala sekolah dan guru kompetensi sedang (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat sedang (termasuk pinjaman dana)
Pendapatan tempat dan orang renta sedang
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah sedang
3.      Sekolah dengan kemampuan manajemen rendah
Kepala sekolah dan guru kompetensi rendah (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat rendah (termasuk pinjaman dana)
Pendapatan tempat dan orang renta rendah
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah kesil atau tidak ada

 Sumber : Mulyasa : 2002 : 59

2.     Pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS)
Sebagai suatu paradigma gres dalam dunia pendidikan, selain perlu memperhatikan kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan pentahapan yang sempurna atau harus dilakukan secara bertahap. Penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) secara menyeluruh sebagai realisasi desentralisasi pendidikan memerlukan perubahan-perubahan fundamental terhadap aspek-aspek yang menyangkut keuangan, ketenagaan, kurikulu sarana dan prasarana serta partisipasi masyarakat. 

Dalam kaitannya dengan pertahapan impelementasi menejemen berbasis sekolah (MBS) ini, secara garis besar, fattah (2000) sepeti dikutip mulyasa (2002.62). membaginya menjadi tiga tahap yaitu: sosialisasi, piloting, dan desiminasi.

Tahap sosialisasi merupakan tapahan penting mengingat masyarakat Indonesia pada umumnya tidak gampang mendapatkan perubahan, tahap piloting merupakan tahap uji coba biar penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) tidak mengandung resiko, efektivitas model uji coba memerlukan persyaratan dasar, yiatu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas dan sustainabilitas.

Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model menejemen berbasis sekolah (MBS) yang telah di uji cobakan ke banyak sekali sekolah biar sanggup mengimplementasikannya secara efektifitas dan efisien.

3.    Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines) umum yang sanggup digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan penilaian serta laporan pelaksanaan. Prangkat implementasi ini diperkenalkan semenjak awal, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan semenjak pelaksanaan jangka pendek (Mulyasa, 2002 : 62)
Sedangkan berdasarkan Nurkolis, intinya tidak ada satu taktik khusus yang jitu dan bisa menjamin keberhasilan Implementasi MBS di semua tempat dan kondisi. Namun secara umum sanggup disimpulkan bahwa implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-strategi berikut ini :
  • Sekolah harus mempunyai otonomi terhadap empat hal, yaitu : otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkeseimbangan, kanal informasi ke segala bagian, dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berprestasi atau berhasil.
  • Adanya kiprah serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan interuksional serta non-instruksional
  • Adanya kepemimpinan sekolah yang berpengaruh sehingga bisa menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif terutama kepala sekolah harus menjadi sumber ide atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum.
  • Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif.
  • Semua pihak harus menyadari kiprah serta tanggung jawabnya secara sunggu-sungguh.
  • Adanya quidelines dari Departemen pendidikan terkait sehingga bisa mendorong proses pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
  • Sekolah harus mempunyai transparansi dalam laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya.
  • Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi yaitu meningkatkan pencapaian berguru siswa.
  • Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi kiprah masing-masing, pembangunan kelembagaan, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap kiprah barunya, implementasi pada proses pembelajaran penilaian atas pelaksanaan di lapangan, dan dilakukabn perbaikan-perbaikan (Nurkolis, 2003 : 132 – 134).

Sementara berdasarkan Slamat P.H (2001) ibarat dikutip Nurkolis (2003 :135) menjelaskan ; pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, taktik yang ditempuh yaitu sebagai berikut :
  • Mensosialisasikan konsep MBS ke seluruh warga sekolah melalui seminar, diskusi, lembaga ilmiah, dan media masa
  • Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang balasannya berupa tantangan kasatmata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam rangka mengubah manajemen berbasis pusat ke MBS.
  • Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan MBS, berdasarkan tantangan yang dihadapi.
  • Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu diharapkan untuk mencapi tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapan 
  • Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktor kasatmata melalui analisis.
  • Memilih langkah-langkah pemecahan problem yakni tindakan yang diharapkan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
  • Membuat planning jangka pendek, menengah, panjang  beserta program-programnya untuk merealisasikan planning tersebut.
  • Melaksanakan program-program untuk merealisasikan planning jangka pendek MBS
  • Melakukan penentuan terhadap proses dan penilaian terhadap hasil MBS (Nurkolis, 2003 : 136).
  • Sehubungan dengan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam rangka desentralisasi pendidikan di Indonesia, maka keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sedikitnya sanggup dilihat dari tiga dimensi yaitu efektivitas, efisiensi dan produktivitas (Mulyasa, 2002 : 81)

Efektivitas berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapai tujuan dengan planning yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil kasatmata dengan hasil yang direncanakan. Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana efektivitas pendidikan pada umumnya, berarti bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berhasil melakukan semua kiprah pokok sekolah, manjalin partisipasi masyarakat, menerima dan memanfaatkan sumber dana, sumber daya,  dan sumber berguru (sarana dan prasarana) untuk mewujudkan tujuan sekolah.

Sedangkan efisiensi yakni perbandingan antara input atau sumber daya dengan output. Artinya suatu kegiatan dikatakan efisien jikalau tujuan sanggup dicapai secara optimal dengan penggunaan sumber daya yang minimal. Sedangkan produktivitas dalam dunia  pendidikan yakni keseluruhan minimal. Sedangkan produktivitas dalam dunia pendidikan yakni keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Makara implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di samping dilihat dari segi efektivitas, juga perlu dianalisi dari segi efisiensi untuk melihat produktivitas.

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Makalah Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Makalah Definisi (MBS) Karakteristik, dan Prinsip Tujuan, Implementasi



Tujuan dan Alasan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1.    Tujuan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangas dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tidak teknologi. Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan (Mulyasa, 2002 : 25).

Peningkatan efisiensi, sanggup diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu, sanggup diperoleh melalui partisipasi orang renta terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, dan berlakunya sistem intensif dan disintensif. Sedangkan partisipasi masyarakat memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan alasannya yaitu pada sebagian masyarakt tumbuh rasa kepemilikikan yang tinggi terhadap sekolah.

Sementara Suryosubroto (2004 : 2006) menjelaskan bahwa konsep Manajemen Berbasis Sekolah mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, mutu, dan peningkatan pemerataan pendidikan.

Sementara itu, berdasarkan (Nurkolis : 2003 : 23) menjelaskan bahwa tujuan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu untuk kualitas pembelajaran, kualitas Kurikulum, kualitas sumber daya insan baik guru maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan secara umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraannya pula.

2.  Alasan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Menurut bank dunia, ibarat dikutip Nurkolis terdapat beberapa alasan diterapkannya MBS yaitu : alasan ekonomis, politis, profesional, efisiensi manajemen finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah (Nurkolis : 2003 : 21).

Alasan hemat ibarat dijelaskan Nurkolis mengutip pendapatnya King dan Ozler (1998) bahwa manajemen total dirasakan lebih efektif, alasannya yaitu semakin ketingkat lokal keputusan diambil, semakin besar kedekatan mereka dengan para pelanggan.

Alasan politis, Manajemen Berbasis Sekolah sebagai bentuk reformasi desentralisasi yang mendorong adanya partisipasi demokratis kestabilan politik.

Alasan profesional bahwa tenaga kerja sekolah harus berpengalaman dan mempunyai keahlian untuk menciptakan keputusan pendidikan yang paling sesuai untuk sekolah terutama untk para siswa.

Alasan efisiensi manajemen alasannya yaitu pengalokasian sumber daya dilakukan olhe sekolah itu sendiri. Data efisiensi manajemen juga didapat apabila partisipan lokal menciptakan keputusan sendiri. Alasan finansial, alasannya yaitu MBS sanggup dijadikan alat untuk meningkatkan sumber pendanaan lokal.

Alasan prestasi siswa, peningkatan prestasi berguru siswa terjadi apabila orang renta siswa atau  guru tetapi otoritas dari sekolah, maka iklim sekolah atau berubah dalam mendukung pencapaian prestasi siswa.

Alasan akuntabilitas sekolah, akan terjadi apabila ada keterlibatan aktor-aktor sekolah dalam pengambilan keputusan dan pelaporannya.

Alasan efektifitas sekolah, penerapan manajemen berbasis sekolah juga untuk mewujudkan sekolah efektif. Mereka mengeksploitasi bagaimana MBS mengarah pada peningkatan karakteristik kunci sekolah efektif yang meliputi kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan mempunyai komitmen, meningkatkan fokus pada pembelajaran dan rasa tanggung jawab terhadap hasil. (Nurkolis : 2003 : 23).

Daftar Pustaka Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Makalah Definisi (MBS) Karakteristik, dan Prinsip Tujuan, Implementasi

Raynold, Larry J, Kiat Sukses Manajemen Berbasis Sekolah, Pedoman Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta ; Diva Pustaka, 2004

Mulyasa, Menajemen Berbasis Sekolah; Konsep Strategi Dan Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002

Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah; Teori, Model, Dan Aplikasi, Jakarta : Grasindo, 2003



Suderadjat, Hari, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK, Bandung : Cipta Lekas Garafika, 2005

Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta, 2004

Majalah Fasilitator, Edisi III, 2003

Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta, 2004

0 Response to "Pengertian Administrasi Berbasis Sekolah Makalah Definisi (Mbs) Karakteristik, Dan Prinsip Tujuan, Implementasi"

Post a Comment