Pengertian Transduser Pasif Aktif Makalah Linieritas - Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Sehingga transduser sanggup didefinisikan sebagai suatu peranti yang sanggup mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut “sensor ”, lantaran potongan ini sanggup mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain.
Gambar . Gambaran Umum Masukan–Keluaran Transduser
Dari sisi pola aktivasinya, transduser sanggup dibagi menjadi dua, yaitu:
- Transduser pasif, yaitu transduser yang sanggup bekerja kalau menerima energi perhiasan dari luar.
- Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa perhiasan energi dari luar, tetapi memakai energi yang akan diubah itu sendiri.
Untuk jenis transduser pertama, contohnya yakni thermistor. Untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik. Ketika hambatan thermistor berubah lantaran efek panas, maka tegangan listrik dari thermistor juga berubah. Adapun pola untuk transduser jenis yang kedua yakni termokopel. Ketika mendapatkan panas, termokopel eksklusif meng-hasilkan tegangan listrik tanpa membutuhkan energi dari luar.
Gambar. Berbagai macam Tranduser yang Banyak Digunakan
Pemilihan Transduser
Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam menentukan transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam menentukan transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
- Kekuatan, maksudnya ketahanan atau perlindungan pada beban lebih.
- Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-keluaran yang linier.
- Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
- Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan besar yang sama.
- Repeatability : yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama dikala digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama.
- Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara positif seringkali menjadi hambatan serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan.
Diantara beberapa karakteristik transduser di atas, akan dibahas lebih mendalam perihal linieritas.
Linieritas Transduser
Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu transduser. Bila suatu transduser yakni linier, maka kalau masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaran – contohnya – menjadi dua kali lipat juga. Hal ini tentu akan mempermudah dalam memahami dan memanfaatkan transduser tersebut.
Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu transduser. Bila suatu transduser yakni linier, maka kalau masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaran – contohnya – menjadi dua kali lipat juga. Hal ini tentu akan mempermudah dalam memahami dan memanfaatkan transduser tersebut.
Ketidaklinieran setidaknya sanggup dibagi menjadi dua, yaitu ketidak-linieran yang diketahui dan yang tidak diketahui. Ketidaklinieran yang tidak diketahui tentu sangat menyulitkan, lantaran hubungan masukan – keluaran tidak diketahui. Seandainya transduser semacam ini digunakan sebagai alat ukur, dikala masukan menjadi dua kali lipat, maka keluarannya menjadi dua kali lipat atau tiga kali lipat, atau yang lain, tidak diketahui. Sehingga untuk transduser semacam ini, perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk mendapatkan hubungan masukan–keluaran, sebelum memanfaatkannya.
Adapun untuk ketidaklinieran yang diketahui, maka transduser yang mempunyai tabiat semacam ini masih sanggup dimanfaatkan dengan menghindari ketidaklinierannya atau dengan melaksanakan beberapa transformasi pada rumus-rumus yang menghubungkan masukan dengan keluaran. Contoh ketidaklinieran yang diketahui misalnya: tempat mati (dead zone), saturasi (saturation), logaritmis, kuadratis dan sebagainya. Perinciannya yakni sebagai berikut:
1. Daerah mati (dead zone) artinya yakni dikala telah diberikan masukan, keluaran belum ada. Baru sesudah melewati nilai ambang tertentu, ada keluaran yang proporsional terhadap masukan.
Gambar. Daerah Mati (dead zone)
2. Saturasi maksudnya adalah, dikala masukan dibesarkan hingga nilai tertentu, keluaran tidak bertambah besar, tetapi hanya menawarkan nilai yang tetap.
Gambar. Saturasi (saturation)
3. Logaritmis, maksudnya yakni – sesuai dengan namanya – kalau masukan bertambah besar secara linier, keluarannya bertambah besar secara logaritmis.
4. Kudratis, maksudnya yakni – sesuai dengan namanya – kalau masukan bertambah besar secara linier, keluarannya bertambah besar secara kuadratis
Pada kondisi riil, transduser yang linier dalam jangkau yang luas sangat jarang ditemui. Bahkan banyak transduser yang mempunyai sifat tidak linier yang merupakan adonan dari beberapa sifat tidak linier. Oleh lantaran itu, perlu kiat-kiat yang sempurna untuk memanfaatkan fenomena tersebut.
Simpulan
- Tranduser yakni alat yang mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain
- Berdasarkan pola aktivasinya transduser dibagi menjadi dua macam, yaitu: Transduser pasif dan Transduser aktif
- Ketidaklinearan tranduser disebabkan oleh tempat mati (dead zone), saturasi (saturation), logaritmis dan kuadratis
Daftar Pustaka Pengertian Transduser Pasif Aktif Makalah Macam Linieritas
Wasito S., 1986, Vademekum Elektronika, cet. ketiga, PT Gramedia, Jakarta
Robert Boylestad and Louis Nashelsky, 1994, Electronic Devices And Circuit Theory, Fifth Ed., Eighth Printing, Prentice-Hall of India Private Ltd, New Delhi
Anton F. P. van Putten, 1988, Electronic Measurement Systems, Prentice Hall International (UK) Ltd.
CS Rangaan et. al. , 1990, Instrumentation: Devices and Systems, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd., New Delhi
Robert Boylestad and Louis Nashelsky, 1994, Electronic Devices And Circuit Theory, Fifth Ed., Eighth Printing, Prentice-Hall of India Private Ltd, New Delhi
Anton F. P. van Putten, 1988, Electronic Measurement Systems, Prentice Hall International (UK) Ltd.
CS Rangaan et. al. , 1990, Instrumentation: Devices and Systems, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd., New Delhi
0 Response to "Pengertian Transduser Pasif Aktif Makalah Macam Linieritas"
Post a Comment