Pengaruh Kecerdasan Spritual Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga - Keluarga itu diciptakan bukan diwarisi. Maka ciptakan keluarga dengan penuh imaji dan keriangan. Menciptakan keluarga dengan lebih baik berarti menyeimbangkan kepedulian pada fikiran, badan dan jiwa anda sendiri, sampai memberi tenaga pada diri sendiri untuk merawat dan menciptakan lebih banyak keseimbangan dalam kehidupan priribadi dan keluarga. (Mimi Doe, SQ Untuk Ibu.,hal 19)
Pengaruh Kecerdasan Spritual Terhadap Keharmonisan Suami Istri atau Rumah Tangga - Setiap keluarga niscaya mendambakan keharmonisan di dalamnya. Keharmonisan sanggup diciptakan dari keseimbangan, lantaran keseimbangan akan memungkinkan untuk mencicipi kegembiraan bersama keluarga, sambil menikmati kehidupan pribadi. Orang yang paling sukses yaitu orang yang mengejar hasrat hati sambil mempertahankan keseimbangan hidup, bukan orang yang mengorbankan keluarga atau pekerjaannya untuk meraih ambisi. (Ibid, 16)
Keharmonisan keluarga yaitu keputusan, pilihan, dan tanggung jawab kita untuk menciptakannya. Frankl menyampaikan bahwa diantara stimulus dan respon terdapat jeda untuk kebebasan menentukan respon. Dalam jeda tersebut berdasarkan Covey terdapat anugrah ilahi yaitu: nurani, imajinasi, kesadaran diri dan kehendak bebas. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa kita bertanggung jawab atas kehidupan dan sikap kita. Karena sikap yaitu fungsi dari keputusan, bukan fungsi dari kondisi. Kita mempunyai tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. (Stephen R. Covey,.The 7 Habit., hal 59-61) Termasuk disini yaitu keharmonisan keluarga. Hal itu yaitu keputusan kita, bukan fungsi keadaan.
Untuk membuat pilihan kita terhadap terbentuknya keluarga yang serasi harus dimulai dari paradigma yang merupakan lensa untuk melihat dunia. Covey beropini hanya paradigma utuh mengenai kodrat manusia dan berpusat pada prinsip yang benar akan menjadi solusi dalam efektifitas korelasi pribadi dan korelasi antar pribadi. Efektifitas tersebut yaitu kunci keberhasilan korelasi terutama korelasi keluarga. (Ibid, hal 21-24)
Prinsip yaitu pedoman berperilaku yang terbukti mempunyai nilai yang langgeng dan permanen. Ia yaitu kebenaran bekerjsama dan bersifat mendasar. Adapun contoh penerapan prinsip yang infinit ini adalah; Apakah ada orang yang secara serius mempertimbangkan ketidakadilan, kebohongan, ketidakbergunaan atau degenerasi sebagai landasan fondasi untuk keberhasilan dan kebahagiaan yang kekal? Prinsip yang infinit tersebut memang ada. Semakin sejajar paradigma kita dengan prinsip yang infinit ini, maka semakin akurat dan fungsional paradigma itu jadinya. Paradigma yang benar akan memberi dampak tanpa batas pada efektifitas pribadi dan antar pribadi yang jauh lebih besar dibandingkan upaya untuk mengubah sikap dan sikap kita (Ibid, hal 24)
Kekuatan paradigma yang tepat yaitu menjelaskan dan mengarahkan. Paham dasar mengenai kodrat manusia atau paradigma tidak gampang berubah. Dengan memakai Paradigma pribadi utuh maka setiap orang dalam organisasi apapun entah itu keluarga sanggup menyalurkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas orang-orangnya sehingga organisasi tersebut sungguh jago dan bertahan lama. Adalah kenyataan dasar bahwa manusia bukan benda yang di kendalikan dan perlu dimotivasi biar bergerak. Paradigma yang tepat atau paradigma pribadi utuh yaitu bahwa manusia mempunyai empat dimensi yaitu; fisik/ekonomis, mental, sosial/emosional, dan spiritual. Apabila mengabaikan salah satu dari keempatnya maka kita memandang manusia menyerupai benda yang yang harus dikelola, mengendalikannya, memotivasinya dengan hadiah dan hukuman. Mereka yang diperlakukan dengan memakai paradigma prbadi utuh itulah yang mau bekerja sama dengan sukarela, menawarkan komitmen sepenuh hati, dan mencurahkan semangat dan kegairahan secara kreatif (Stephen R. Covey, The 8th Habit., hal 33-38)
Tidak semua orang sanggup menyandarkan diri pada paradigma utuh yang berpusat pada prinsip yang benar. Diperlukan perjuangan atau kecerdasan untuk merubah dari dalam keluar untuk membuat perubahan dan solusi untuk bertindak secara efektif dan bijaksana dalam kehidupan terutama keluarga. Diperlukan pula kecerdasan untuk menyadari dan memaknai, menetukan nilai, menghayati pentingnya moral serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk.
Temuan ilmiah modern merumuskan kecerdasan di atas secara lebih sistematis dan menyebutnya dengan istilah kecerdasan spiritual. Menurut Zohar dan Marshal SQ penting dalam kehidupan. Ia menjelaskan bahwa seorang yang SQ-nya tinggi cenderung menjadi menjadi pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain, ia sanggup menawarkan inspirasi terhadap orang lain.( Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual .,hal 14) Penjelasan ini juga berlaku terhadap keluarga dimana kecerdasan ini sangat penting dalam membangun aksara manusia yaitu anggota keluarga yang mengilhami orang di sekitarnya, dan membuat pribadi utuh yang bisa bertindak bijaksana sehingga dalam keluarga tadi tercipta suatu kesinambungan.
Mengenai aksara insan yang mengilhami dan menawarkan efek positif berdasarkan visi dan prinsip yang lebih tinggi ini Covey membuktikan bahwa; Kemenangan publik dimulai dengan kemenangan pribadi. Tempat untuk membangun korelasi apa pun yaitu di dalam diri sendiri, dalam lingkungan pengaruh, dan karakter. Setiap pribadi yang menjadi mandiri, proaktif, berpusat pada prinsip yang benar, di gerakkan oleh nilai dan bisa mengaplikasikan dengan integritas, maka ia pun sanggup membangun hungungan saling tergantung, kaya, langgeng, dan sangat produktif dengan orang lain. (Stephen R. Covey,.The 7 Habit., hal.180-181)
Penerapan dari dalam keluar (manifestasi dari karakter) ini dalam keluarga adalah; apabila kita menginginkan perkawinan yang bahagia, jadilah orang yang memberi energi positif dan menyingkirkan energi negatif atau bahkan memberinya kekuatan untuk berubah. Apabila menginginkan anak yang mau bekerja sama dan lebih menyenangkan jadilah orang renta yang lebih penuh pengertian, berempati, konsisten dan penuh kasih. Jika ingin dipercaya, jadilah layak dipercaya. Adalah sia-sia mendahulukan kepribadian di bandingkan karakter, dan korelasi dengan orang lain sebelum memperbaiki diri sendir. (Ibid, hal 31-32).
Kita bertanggung jawab atas afektivitas kita sendiri, kebahagiaan, dan apapun keadaan kita, menderita atau menyenangkan. Semuanya tergantung bagaimana respon kita terhadap keadaan tadi. Hanya respon yang berdasarkan prinsip yang benarlah sanggup menentukan kebahagiaan. Dengan memperbaiki diri sendiri (berkarakter yang berpusat pada prinsip) bukannya mengkhawatirkan keadaan (menjadi sasaran tindakan) maka kita bisa mempengaruhi keadaan tersebut. (Ibid, hal 65-75) Pentingnya SQ yaitu sebagai pembimbing kearah prinsip yang akan menjadi aksara dari dalam keluar sebagai fondasi korelasi dan kehidupan yang akan kita jalani. Apalagi didalam keluarga. Keluarga akan menjadi senang jikalau didasari aksara yang berpusat pada prinsip yang hakiki sehingga menuntunnya kearah yang benar dan akahirnya menjadi harmonis.
Senada dengan klarifikasi tersebut Zohar dan Marshall membuktikan bahwa bahwa; SQ akan membuat kita bisa dalam menghadapi pilihan dan realitas yang niscaya akan tiba dan harus kita hadapi kita apapun bentuknya, baik atau buruk, jahat atau dalam segala penderitaan yang tiba-tiba tiba tanpa kita duga. SQ sanggup dipakai pada kasus krisis yang sangat membuat kita seakan kehilangan keteraturan diri. Dengan SQ bunyi hati kita akan menuntun kejalan yang lebih benar(Danah Zohar Dan Ian Marshal. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual., hal,12-13)
Kecerdasan spiritual yaitu sentra paling fundamental di antara kecerdasan yang lain, beliau menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya, dan mewakili kerinduan akan makna dan korelasi dengan yang tak terbatas (Stephen R. Covey, The 8th Habit., hal79) Menurut Covey seseorang yang telah menyebarkan SQ-nya akan memiliki: Keutuhan pribadi yang akan menjadi sumber kekuatan dahsyat, lantaran membiasakan berkomitmen dari hal yang terkecil dan mematuhi hati nurani (prinsip yang benar). Akhirnya ia mempunyai Integritas-menyatu dengan nilai, keyakinan, dan nurani tertinggi seseorang, serta membentuk korelasi dengan Tuhan. Ia mempunyai keinginan untuk menawarkan konstribusi terhadap orang lain dan pada tujuan yang bermakna. Menetapkan tujuan hidup pada jalan yang nrimo dan penuh kasih sayang, lantaran perbuatannya akan besar lengan berkuasa terhadap orang lain. Menyerlaraskan pekerjaan dengan talenta atau anugerah unik kita, dan panggilan diri kita. Serta menetapkan langkah bijaksana dalam menjalani kehidupan untuk menjadi orang yang bermanfaat(Ibid, hal 522-526)
Kecerdasan spiritual bisa mengungkap yang abadi, yang asasi, yang spiritual, yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual juga bisa membimbing kecerdasan lain berdasarkan prinsip yang hakiki untuk membuat kita lebih arif, lebih bijaksana dari dalam keluar sehingga membuat manusia sanggup lebih benar, lebih sempurna, lebih efektif, lebih bahagia, dan menyikapi sesuatu dengan lebih jernih sesuai dengan bimbingan nurani yang luhur dalam keseluruhan hidupnya(Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia., hal 68-76) Atau dengan kata lain bisa membentuk karakter, dan membuat prinsip yang benar akan semakin jelas.
Hal ini sejalan dengan Covey yang menjelaskan “Semakin banyak kita tahu wacana prinsip yang benar, semakin besar kebebasan pribadi untuk bertindak dengan bijaksana. Dengan memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar (tidak berubah tanpa batas waktu) kita membuat paradigma fundamental wacana hidup yang efektif. Pusat inilah yang menempatkan sentra lain pada perspektifnya. Ingatlah bahwa Paradigma yaitu sumber dari mana sikap dan sikap mengalir”( Stephen R. Covey, The 7 Habit., hal 114)
Dalam kehidupan keluarga tindakan bijaksana tersebut yaitu faktor yang membuat keharmonisan. Karena kebebasan atau kemandirian pribadi untuk bertindak bijaksana membuat korelasi saling tergantung secara efektif dan menambah tingkat kepercayaan dalam hubungan. Lebih jauh Covey menjelaskan paradigma membuahkan aksara yang merupakan akar dalam kemenangan pribadi maupun kemenangan publik. Karakter membuahkan penguasaan diri dan disiplin diri yang merupakan fondasi dari korelasi yang baik dengan orang lain(Ibid, hal 180)
Hubungan keluarga yang serasi penting untuk membentuk pribadi dan meciptakan keseimbangan. David O. McKay mengajarkan bahwa “tak ada keberhasilan lain yang bisa menggantikan keberhasilan dirumah”. Karena itu setiap pasangan sebagai pemimpin bertanggung jawab untuk membuat kebahagiaan. Apabila kepemimpinan yang benar yaitu visi (IQ), disiplin (PQ), gairah hidup (EQ) dan nurani (SQ) tidak terwujud maka kekecewaan terbesar akan datang, melalui pembiasaan yang kecil yang sejalan dengan visi (IQ), disiplin (PQ), gairah hidup (EQ) dan nurani (SQ) akan membuat dampak yang sangat besar. Ujian yang paling penting bagi orang renta yaitu bagaimana ia menanamkan visi dan sebuah keyakinan bahwa segalanya mungkin, disamping mempraktekkan disiplin dan kesediaan berkorban demi terwujudnya visi itu, dan bertahan dalam saat-saat yang sulit dengan tetap bergairah, bersemangat, dan mempertahankan komitmen, yang kesemuanya dijalankan dengan berpegang teguh atau berdasarkan bimbingan nurani (SQ). Bila cuilan dari visi itu yaitu melihat budaya itu diwariskan dari generasi kegenerasi mungkin disitu saja hidup kita sudah penuh membahagiakan(Stephen R. Covey, The 8th Habit., hal 139-140)
Kecerdasan spiritual membimbing atau mempengaruhi kecerdasan lain sehingga membuat kesemuanya berjalan sinergis. Dalam organisasi walaupun itu rumah tangga kesinergisan tersebut mutlak diperlukan. Covey menjelaskan proses meningkatkan efek yang efektif dengan memakai SQ sebagai fondasi untuk segala jenis korelasi terutama perkawinan. Adapun proses tersebut adalah:
Pengaruh Kecerdasan Spritual Terhadap Keharmonisan Suami Istri atau Rumah Tangga - Setiap keluarga niscaya mendambakan keharmonisan di dalamnya. Keharmonisan sanggup diciptakan dari keseimbangan, lantaran keseimbangan akan memungkinkan untuk mencicipi kegembiraan bersama keluarga, sambil menikmati kehidupan pribadi. Orang yang paling sukses yaitu orang yang mengejar hasrat hati sambil mempertahankan keseimbangan hidup, bukan orang yang mengorbankan keluarga atau pekerjaannya untuk meraih ambisi. (Ibid, 16)
Keharmonisan keluarga yaitu keputusan, pilihan, dan tanggung jawab kita untuk menciptakannya. Frankl menyampaikan bahwa diantara stimulus dan respon terdapat jeda untuk kebebasan menentukan respon. Dalam jeda tersebut berdasarkan Covey terdapat anugrah ilahi yaitu: nurani, imajinasi, kesadaran diri dan kehendak bebas. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa kita bertanggung jawab atas kehidupan dan sikap kita. Karena sikap yaitu fungsi dari keputusan, bukan fungsi dari kondisi. Kita mempunyai tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. (Stephen R. Covey,.The 7 Habit., hal 59-61) Termasuk disini yaitu keharmonisan keluarga. Hal itu yaitu keputusan kita, bukan fungsi keadaan.
Untuk membuat pilihan kita terhadap terbentuknya keluarga yang serasi harus dimulai dari paradigma yang merupakan lensa untuk melihat dunia. Covey beropini hanya paradigma utuh mengenai kodrat manusia dan berpusat pada prinsip yang benar akan menjadi solusi dalam efektifitas korelasi pribadi dan korelasi antar pribadi. Efektifitas tersebut yaitu kunci keberhasilan korelasi terutama korelasi keluarga. (Ibid, hal 21-24)
Prinsip yaitu pedoman berperilaku yang terbukti mempunyai nilai yang langgeng dan permanen. Ia yaitu kebenaran bekerjsama dan bersifat mendasar. Adapun contoh penerapan prinsip yang infinit ini adalah; Apakah ada orang yang secara serius mempertimbangkan ketidakadilan, kebohongan, ketidakbergunaan atau degenerasi sebagai landasan fondasi untuk keberhasilan dan kebahagiaan yang kekal? Prinsip yang infinit tersebut memang ada. Semakin sejajar paradigma kita dengan prinsip yang infinit ini, maka semakin akurat dan fungsional paradigma itu jadinya. Paradigma yang benar akan memberi dampak tanpa batas pada efektifitas pribadi dan antar pribadi yang jauh lebih besar dibandingkan upaya untuk mengubah sikap dan sikap kita (Ibid, hal 24)
Kekuatan paradigma yang tepat yaitu menjelaskan dan mengarahkan. Paham dasar mengenai kodrat manusia atau paradigma tidak gampang berubah. Dengan memakai Paradigma pribadi utuh maka setiap orang dalam organisasi apapun entah itu keluarga sanggup menyalurkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas orang-orangnya sehingga organisasi tersebut sungguh jago dan bertahan lama. Adalah kenyataan dasar bahwa manusia bukan benda yang di kendalikan dan perlu dimotivasi biar bergerak. Paradigma yang tepat atau paradigma pribadi utuh yaitu bahwa manusia mempunyai empat dimensi yaitu; fisik/ekonomis, mental, sosial/emosional, dan spiritual. Apabila mengabaikan salah satu dari keempatnya maka kita memandang manusia menyerupai benda yang yang harus dikelola, mengendalikannya, memotivasinya dengan hadiah dan hukuman. Mereka yang diperlakukan dengan memakai paradigma prbadi utuh itulah yang mau bekerja sama dengan sukarela, menawarkan komitmen sepenuh hati, dan mencurahkan semangat dan kegairahan secara kreatif (Stephen R. Covey, The 8th Habit., hal 33-38)
Tidak semua orang sanggup menyandarkan diri pada paradigma utuh yang berpusat pada prinsip yang benar. Diperlukan perjuangan atau kecerdasan untuk merubah dari dalam keluar untuk membuat perubahan dan solusi untuk bertindak secara efektif dan bijaksana dalam kehidupan terutama keluarga. Diperlukan pula kecerdasan untuk menyadari dan memaknai, menetukan nilai, menghayati pentingnya moral serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk.
Temuan ilmiah modern merumuskan kecerdasan di atas secara lebih sistematis dan menyebutnya dengan istilah kecerdasan spiritual. Menurut Zohar dan Marshal SQ penting dalam kehidupan. Ia menjelaskan bahwa seorang yang SQ-nya tinggi cenderung menjadi menjadi pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain, ia sanggup menawarkan inspirasi terhadap orang lain.( Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual .,hal 14) Penjelasan ini juga berlaku terhadap keluarga dimana kecerdasan ini sangat penting dalam membangun aksara manusia yaitu anggota keluarga yang mengilhami orang di sekitarnya, dan membuat pribadi utuh yang bisa bertindak bijaksana sehingga dalam keluarga tadi tercipta suatu kesinambungan.
Mengenai aksara insan yang mengilhami dan menawarkan efek positif berdasarkan visi dan prinsip yang lebih tinggi ini Covey membuktikan bahwa; Kemenangan publik dimulai dengan kemenangan pribadi. Tempat untuk membangun korelasi apa pun yaitu di dalam diri sendiri, dalam lingkungan pengaruh, dan karakter. Setiap pribadi yang menjadi mandiri, proaktif, berpusat pada prinsip yang benar, di gerakkan oleh nilai dan bisa mengaplikasikan dengan integritas, maka ia pun sanggup membangun hungungan saling tergantung, kaya, langgeng, dan sangat produktif dengan orang lain. (Stephen R. Covey,.The 7 Habit., hal.180-181)
Penerapan dari dalam keluar (manifestasi dari karakter) ini dalam keluarga adalah; apabila kita menginginkan perkawinan yang bahagia, jadilah orang yang memberi energi positif dan menyingkirkan energi negatif atau bahkan memberinya kekuatan untuk berubah. Apabila menginginkan anak yang mau bekerja sama dan lebih menyenangkan jadilah orang renta yang lebih penuh pengertian, berempati, konsisten dan penuh kasih. Jika ingin dipercaya, jadilah layak dipercaya. Adalah sia-sia mendahulukan kepribadian di bandingkan karakter, dan korelasi dengan orang lain sebelum memperbaiki diri sendir. (Ibid, hal 31-32).
Kita bertanggung jawab atas afektivitas kita sendiri, kebahagiaan, dan apapun keadaan kita, menderita atau menyenangkan. Semuanya tergantung bagaimana respon kita terhadap keadaan tadi. Hanya respon yang berdasarkan prinsip yang benarlah sanggup menentukan kebahagiaan. Dengan memperbaiki diri sendiri (berkarakter yang berpusat pada prinsip) bukannya mengkhawatirkan keadaan (menjadi sasaran tindakan) maka kita bisa mempengaruhi keadaan tersebut. (Ibid, hal 65-75) Pentingnya SQ yaitu sebagai pembimbing kearah prinsip yang akan menjadi aksara dari dalam keluar sebagai fondasi korelasi dan kehidupan yang akan kita jalani. Apalagi didalam keluarga. Keluarga akan menjadi senang jikalau didasari aksara yang berpusat pada prinsip yang hakiki sehingga menuntunnya kearah yang benar dan akahirnya menjadi harmonis.
Senada dengan klarifikasi tersebut Zohar dan Marshall membuktikan bahwa bahwa; SQ akan membuat kita bisa dalam menghadapi pilihan dan realitas yang niscaya akan tiba dan harus kita hadapi kita apapun bentuknya, baik atau buruk, jahat atau dalam segala penderitaan yang tiba-tiba tiba tanpa kita duga. SQ sanggup dipakai pada kasus krisis yang sangat membuat kita seakan kehilangan keteraturan diri. Dengan SQ bunyi hati kita akan menuntun kejalan yang lebih benar(Danah Zohar Dan Ian Marshal. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual., hal,12-13)
Kecerdasan spiritual yaitu sentra paling fundamental di antara kecerdasan yang lain, beliau menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya, dan mewakili kerinduan akan makna dan korelasi dengan yang tak terbatas (Stephen R. Covey, The 8th Habit., hal79) Menurut Covey seseorang yang telah menyebarkan SQ-nya akan memiliki: Keutuhan pribadi yang akan menjadi sumber kekuatan dahsyat, lantaran membiasakan berkomitmen dari hal yang terkecil dan mematuhi hati nurani (prinsip yang benar). Akhirnya ia mempunyai Integritas-menyatu dengan nilai, keyakinan, dan nurani tertinggi seseorang, serta membentuk korelasi dengan Tuhan. Ia mempunyai keinginan untuk menawarkan konstribusi terhadap orang lain dan pada tujuan yang bermakna. Menetapkan tujuan hidup pada jalan yang nrimo dan penuh kasih sayang, lantaran perbuatannya akan besar lengan berkuasa terhadap orang lain. Menyerlaraskan pekerjaan dengan talenta atau anugerah unik kita, dan panggilan diri kita. Serta menetapkan langkah bijaksana dalam menjalani kehidupan untuk menjadi orang yang bermanfaat(Ibid, hal 522-526)
Kecerdasan spiritual bisa mengungkap yang abadi, yang asasi, yang spiritual, yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual juga bisa membimbing kecerdasan lain berdasarkan prinsip yang hakiki untuk membuat kita lebih arif, lebih bijaksana dari dalam keluar sehingga membuat manusia sanggup lebih benar, lebih sempurna, lebih efektif, lebih bahagia, dan menyikapi sesuatu dengan lebih jernih sesuai dengan bimbingan nurani yang luhur dalam keseluruhan hidupnya(Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia., hal 68-76) Atau dengan kata lain bisa membentuk karakter, dan membuat prinsip yang benar akan semakin jelas.
Hal ini sejalan dengan Covey yang menjelaskan “Semakin banyak kita tahu wacana prinsip yang benar, semakin besar kebebasan pribadi untuk bertindak dengan bijaksana. Dengan memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar (tidak berubah tanpa batas waktu) kita membuat paradigma fundamental wacana hidup yang efektif. Pusat inilah yang menempatkan sentra lain pada perspektifnya. Ingatlah bahwa Paradigma yaitu sumber dari mana sikap dan sikap mengalir”( Stephen R. Covey, The 7 Habit., hal 114)
Dalam kehidupan keluarga tindakan bijaksana tersebut yaitu faktor yang membuat keharmonisan. Karena kebebasan atau kemandirian pribadi untuk bertindak bijaksana membuat korelasi saling tergantung secara efektif dan menambah tingkat kepercayaan dalam hubungan. Lebih jauh Covey menjelaskan paradigma membuahkan aksara yang merupakan akar dalam kemenangan pribadi maupun kemenangan publik. Karakter membuahkan penguasaan diri dan disiplin diri yang merupakan fondasi dari korelasi yang baik dengan orang lain(Ibid, hal 180)
Hubungan keluarga yang serasi penting untuk membentuk pribadi dan meciptakan keseimbangan. David O. McKay mengajarkan bahwa “tak ada keberhasilan lain yang bisa menggantikan keberhasilan dirumah”. Karena itu setiap pasangan sebagai pemimpin bertanggung jawab untuk membuat kebahagiaan. Apabila kepemimpinan yang benar yaitu visi (IQ), disiplin (PQ), gairah hidup (EQ) dan nurani (SQ) tidak terwujud maka kekecewaan terbesar akan datang, melalui pembiasaan yang kecil yang sejalan dengan visi (IQ), disiplin (PQ), gairah hidup (EQ) dan nurani (SQ) akan membuat dampak yang sangat besar. Ujian yang paling penting bagi orang renta yaitu bagaimana ia menanamkan visi dan sebuah keyakinan bahwa segalanya mungkin, disamping mempraktekkan disiplin dan kesediaan berkorban demi terwujudnya visi itu, dan bertahan dalam saat-saat yang sulit dengan tetap bergairah, bersemangat, dan mempertahankan komitmen, yang kesemuanya dijalankan dengan berpegang teguh atau berdasarkan bimbingan nurani (SQ). Bila cuilan dari visi itu yaitu melihat budaya itu diwariskan dari generasi kegenerasi mungkin disitu saja hidup kita sudah penuh membahagiakan(Stephen R. Covey, The 8th Habit., hal 139-140)
Kecerdasan spiritual membimbing atau mempengaruhi kecerdasan lain sehingga membuat kesemuanya berjalan sinergis. Dalam organisasi walaupun itu rumah tangga kesinergisan tersebut mutlak diperlukan. Covey menjelaskan proses meningkatkan efek yang efektif dengan memakai SQ sebagai fondasi untuk segala jenis korelasi terutama perkawinan. Adapun proses tersebut adalah:
- Ethos. Berarti kodrat etis, kredibilitas, besarnya kepercayaan atau keyakinan yang dirasakan oleh orang lain terhadap integritas dan kompetensi. Jika seseorang secara konsisten meberikan hasil dengan cara berdasarkan prinsip hakiki untuk hal yang telah dijanjikan dan untuk apa yang diharapkan dari mereka, maka mereka mempunyai ethos. SQ.
- Pathos yaitu empati. Hal ini berarti bahwa anda memahami bagaimana perasaan orang lain, apa kebutuhannya, bagaimana cara pandangnya mengenai banyak sekali hal, apa yang ingin beliau komunikasikan dan apa yang ia rasakan. EQ.
- Logos intinya berarti logika. Hal ini berkaitan dengan kekuatan dan daya tarik dari cara kita menjelaskan diri dan pemikiran kita. (IQ).
Urutan dari ketiganya sangatlah penting. Adalah hal yang sia-sia untuk bergerak ke logos sebelum orang lain merasa difahami, mencoba memahami dikala tidak ada tidak ada keyakinan terhadap aksara kita juga merupakan hal yang takkan membuahkan hasil(Ibid, hal 190-191)
Kecerdasan spiritual sanggup menumbuhkan ketenangan batin yang besar lengan berkuasa eksklusif terhadap keharmonisan rumah tangga. Karena ketenangan batin tersebut besar lengan berkuasa terhadap timbulnya rasa cinta dan penyandaran diri. Hal ini sangat penting untuk terbentuknya keluaarga harmonis. Sukidi menjelaskan bahwa “Kecerdasan Spiritual membimbing kita menuju kedamaian hidup secara spiritual”( Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia., hal 72)
Senada dengan pernyataan ini Daradjat menjelaskan bahwa pada waktu seseorang batinnya tenang maka. ia bisa menentramkan batin orang lain, dan membuat orang disekitarnya akan nyaman. Pasangan yang tenang hatinya akan membuat nyaman keluarganya, ia akan lebih di cintai karna lebih menarik hati. Peran agama atau spiritualitas sangat menentukan. Karena pada waktu berpusat pada prinsip Ilahi maka ia akan merasa lega dan tentram batinnya. Ia merasa ada yang lebih mengerti dirinya dan menyayangi dirinya senang maupun susah. Akhirnya kemuliaan hati tercermin dalam tingkah laris yang lebih baik dan menarik. Oleh alasannya yaitu itu orang yang tentram batinnya akan menyenangkan dan menarik bagi orang. Sehingga pasangan sanggup menaikkan kualitas cintanya dan kualitas keharmonisannya (Zakiah Dradjat, Ketenangan dan Kebahagiaan Dalam Keluarga.,hal 58-60)
- (a) Dalam sikap sosial individu akan mencerminkan: ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan.
- (b) Dalam etika sosial individu akan mencerminkan: Ketaatan seseorang pada etika dan moral, jujur, sanggup dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Seseorang yang telah mempunyai sifat ditas akan mempunyai hati lembut dan penuh kasih sayang yang berakar dari dalam, ia juga akan mencerminkan belas-kasih dan pengorbanan, saling melengkapi dan menyempurnakan, serta saling membantu dan bekerja sama(Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia., hal83-84)
Manifestasi tersebut sangat penting dalam membentuk keharmonisan rumah tangga. Karena aksara yang tertuang sebagai manifestasi kecerdasan spiritual tersebut akan menjadi peta atau paradigma yang menuntun pada sikap yang benar dalam menjalani kehidupan terutama keluarga, sehingga dalam keluarga akan tertanam iklim yang penuh dengan kehangatan. Apabila hal tersebut telah tertanam dalam diri suami istri maka keharmonisan akan diproleh. Qaimi menjelaskan ”Keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh dengan ketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan dan kelangsungan generasi masyarakat, belas-kasih dan pengorbanan, saling melengkapi dan menyempurnakan, serta saling membantu dan bekerja sama”( Ali Qaimi, Menggapai Langit Masa Depan Anak., hal 14)
Dlori juga beropini bahwa ”Seseorang bisa dikatakan mempunyai moral dan jiwa yang lembut jikalau hatinya dipenuhi dengan sifat kasih sayang dan bersifat lembut dalam perilakunya. Inilah yang harus diterakan dalam rumah tangga sebagai pelatihan dan pemeliharaan cinta suami-istri”( Muhammad M. Dlori, Dicinta Suami (Istri) Sampai Mati.,hal 35-36)
Apabila rasa cinta tersebut telah terbina maka keluarga yang serasi juga akan tercipta, sebagaimana pernyataan Hawari bahwa keluarga akan mencapai taraf keharmonisan apabila tidak hanya didasarkan pada faktor biologis semata, namun aspek kasih sayang (afeksional) harus berlaku didalamnya sebagai pilar utama stabilitas suatau perkawinan. Matriks organisasi keluarga (bio-psiko-sosial-spiritual) haruslah di seimbangkan dengan menjaga tali pengikat didalamnya yaitu tali keharmonisan yang berdasarkan afeksional. (Hawari, Al-Qu’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa., hal 770-803) Dradjat juga menjelaskan “Keluarga yang serasi atau keluarga senang yaitu apabila kedua pasangan tersebut saling menghormati, saling menerima, saling menghargai, saling mempercayai, dan saling mencintai.”( Zakiah Dradjat, Ketenangan dan Kebahagiaan Dalam keluarga., hal 9) Sumber dari kasih sayang, sikap positif, serta sikap lembut tadi yaitu paradigma yang berpusat pada prinsip. Paradigma yang berpusat pada prinsip tadi sebagai mana dijelaskan diatas dalah bentuk dari kecerdasan spiritual(lihat Covey, The 8 th Habit.,hal 522-526)
Senada dengan pernyataan ini Hawari menjelaskan betapa pentingnya kehidupan beragama atau spiritualitas dalam melihat serasi / tidaknya rumah tangga. Sebab dalam agama terdapat nilai-nilai moral atau etika kehidupan yang akan menjadi landasan bersikap dan bertidak dalam kehidupan. Kehidupan beragama atau spiritualitas selalu melandaskan kasih sayang dalam memandang kehidupan terutama keluarga. Penelitian memperlihatkan bahwa keluarga yang tidak religius, komitmen agamanya rendah, atau yang tidak mempunyai komitmen agama sama sekali beresiko empat kali tidak berbahagia, dan berakhir dengan broken home, perceraian, tak ada kesetiaan, dan kecanduan NAZA(Dadang Hawari, Al-Qu’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.,hal 805-802)
Suami-istri perlu memupuk dan menjadi orangtua spiritual, yaitu orang yang penuh pengertian dan kasih sayang. Karena dengan menjadi orang renta spiritual pasangan suami istri akan merawat visi, pengalaman, sensasi, dan harapan alami anak, yang juga akan berarti selalu membukakan pintu untuk kegembiraan tak terbatas dan kehidupan spiritual bagi seluruh anggota keluarga. Dengan berpijak pada kesadaran spiritual suatu keyakinan terhadap Tuhan, keluarga tersebut akan mendekati segala pengalaman negatif dengan cara gres yang lebih kaya dan penuh cinta, lantaran hidup dengan berpijak pada Tuhan mengurangi tekanan kasus dan memberi tujuan hidup. Penghakiman digantikan dengan penerimaan, mereka akan menyediakan tanah subur untuk menumbuhkan akar yang akan menjadi sentra sampai besar terhadap anakn mereka untuk menjadi apa adanya dan berbahagia dengan keunikannya. Dalam kehidupan spiritual hal kecil akan menjadi suatu keajaiban untuk mencicipi korelasi dengan segala kehidupan, dan untuk membuat setiap hari sebagai permulaan gres yang memperkaya jiwa(Mimi Doe & Marsha Walch,. 10 Prinsip Spritual Parenting: Bagaimana Menumbuhkan dan Merawat Sukma Anak Anda. (Bandung: Penerbit Kaifa, 2001), hal 21-24)
Hal kecil dalam korelasi yaitu hal besar, dengan kata lain sangat mutlak di perlukan. Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting. Karena dengan pemupukan sikap, tindakan, dan ucapan sehari-hari yang bijaksana atau baik akan menumbuhkan dan menyebarkan taraf keparcayaan(Stephen R. Covey,.The 7 Habit., hal 186-187)
Kepercayaan yaitu bentuk tertinggi dari motivasi manusia. Kepercayaan menghasilkan yang terbaik dari dari dalam diri manusia. di butuhkan kapasitas internal dan paradigma yang berpusat pada prinsip yang benar untuk mengorganisir dan memberdaya, sehingga membuat keluarga tersebut efektif(Ibid, hal 171) Jika cadangan besar kepercayaan tidak ditunjang oleh deposito yang terus menerus, maka suatu perkawinan akan rusak. Karena korelasi yang paling konstan, menyerupai perkawinan memerlukan deposito yang konstan(Ibid, hal 183)
Dengan kecerdasan spiritual pribadi akan mempunyai pribadi utuh dan berpusat pada prinsip yang benar, sehingga tindakan, ucapan, dan sikapnya menjadi bijaksana dan penuh kebaikan(lihat Stephen R. Covey The 7 Habit., hal,114. dan Stephen R. Covey, The8 th Habit.,hal 522 -526) Ketika hal tersebut menjadi aksara dan terus dilakukan maka taraf kepercayaanpun akan meningkat, sehingga keharmonisan rumah tangga akan terjalin.
Hubson menjelaskan pentingnya spritualitas untuk keharmonisan rumah tangga. Hal ini berdasarkan Hubson lantaran meluangkan waktu untuk spiritualitas dan kegembiraan akan menghilangkan kehampaan dan kekosongan yang mengganggu, dan juga akan membimbing kita dalam menghadapi duduk masalah dan menghadapi masa-masa yang sulit. Penanaman spiritulaitas untuk anak sanggup membuat anak menjadi manusia yang mempunyai jiwa dan emosi yang sehat, lantaran sikap yang tercermin akhir spiritualitas tadi akan memeberikan pelajaran dan pemupukan hal yang positif dalam keluarga yang besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan pribadi anak(Darlene Powell & Derek S Hubson, Menuju Keluarga Kompak.,hal 260-264)
Meluangkan waktu senggang atau libur untuk kegembiraan dan spiritualitas sanggup membantu menyegarkan kembali keluarga, sikap tenang dan rekresi batin sanggup dilakukan kapan pun. Keterlibatan dengan alam dan kehidupan kerena melaksanakan proyek bersama yang mengandung nilai spiritual dan kegembiraan akan berdampak pada kekompakan dan meningkatkan perasaan bangga lahir batin, lantaran merasa menjadi cuilan dari sesuatu yang lebih besar. Apabila hal ini telah menjadi cuilan dari kelurga maka setiap aktifitas keluarga akan dilakukan dengan tenang dan optimal(Ibid, hal 273-287)
Kehadiran Tuhan dalam kehidupan rumah tangga sangatlah besar lengan berkuasa terhadap keutuhan dan penanaman sikap yang lebih positif. Pasangan suami istri perlu memperhatikan hal berikut dalam kehidupan keluarga(Ibid, hal 265-269)
- Berbicara wacana Tuhan dengan pasangan dan anggota keluarga perlu dilakukan, kerena akan menawarkan kesempatan untuk mengungkapkan harapan dan keinginan yang paling dalam, terutama keinginan untuk anak. Bagaimana cara kita di besarkan dan apa arti agama dan spiritualitas untuk jiwa yaitu adalah pelajaran hidup yang tak ternilai.
- Kegiatan yang mengandung nilai spiritualitas secara bersama akan mempererat korelasi dan memberi peluang bagi tumbuhnya kebersamaan dan pengertian yang saling menguatkan satu sama lain. Misalnya saling mendoakan, saling memafkan, beribadah bersama, dan lain sebagainya.
- Mengaitakan keimanan dengan kehidupan sehari-hari akan bisa menawarkan contoh dan dampak positif bagi keluarga. Menunjukkan cinta, pengertian, saling memaafkan, dan saling mendoakan akan menjaga ikatan batin antar anggota keluarga walau pun mereka berada dalam kondisi sulit. Karena dengan menjaga spiritualitas maka kita akan berada pada prinsip kasih sayang dan cinta yang akan membantu menjaga keutuhan dan keharmonisan.
- Spiritualitas memberi rangsangan untuk bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan, termasuk mengakui perbuatan yang salah dan tidak mengulanginya, meminta dan memberi maaf. Perasaan rendah hati diatas akan membawa dampak terhadap perkembangan pribadi dan mencapai kemajuan.
- Mengajarkan prinsip spiritual untuk anak sangatlah perlu dilakukan. Karena dengan prinsip ini anak akan merasa mandiri, punya tuntunan batin, dan melihat kedamaian dalam keluarganya yang menyebabkan mereka lebih stabil. Anak akan bisa untuk mengatasi konflik dirinya, berusaha berbuat kebaikan, dan dengan iklim keluarga yang mendukung kesudahannya membuat perkembangan diri anak lebih matang.
Kesimpulan yang sanggup diambil yaitu kita bertanggung jawab atas segala kondisi kita dan kita juga bertanggung jawab atas kebahagiaan dan kehar monisan rumah tangga. Untuk mencapai tingkat keputusan yang benar-benar membawa terhadap kebahagiaan dan tindakan yang tepat yaitu dimulai dari paradigma yang akurat, yaitu paradigma yang berpusat pada prinsip yang benar. Karena prinsip tersebut akan menuntun pada sikap yang tepat dan benar-benar efektif.
keluarga yang harmonis. Denagan kecerdasan spiritual pribadi akan mempunyai paradigma pribadi utuh yang berpusat pada prinsip hakiki, sehingga tindakan, ucapan, dan sikapnya menjadi bijaksana dan penuh kebaikan. Ketika hal tersebut menjadi aksara dan terus dilakukan maka keharmonisan rumah tangga akan terjalin.
Keluarga dengan tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi akan bisa meningkatkan kohesifitas keluarga. Karena keluarga terhindar dari kekosongan yang mengganggu, mereka juaga sanggup melalui pengalaman positif atau negatif dengan cara yang berpusat pada prinsip yang benar, tingkat kemandirian dari masing masing anggota keluarga akan beralih menjadi kesaling tergantungan yang saling melengkapi dan rasa kebersamaan satu sama lain lantaran pemupukan tindakan bijaksana terus-menerus, pada kesudahannya mereka akan mencicipi kebahagiaan yang hakiki lantaran hidup penuh makna dan merasa menjadi cuilan dari keseluruhan.
Pada artikel Pengaruh Kecerdasan Spritual Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga ini referensinya saya tulis dengan goresan pena kecil dalam kurung. semoga bermanfaat
0 Response to "Pengaruh Kecerdasan Spritual Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Suami Istri"
Post a Comment