Karakteristik Umum Tasawuf

KARAKTERISTIK UMUM TASAWUF

Meskipun kata tasawuf sudah begitu terkenal, namun bersamaan dengan hal itu pengertian terhadap kata ini kabur dalam bermacam-macam makna yang adakalanya malah bertentangan. Hal ini terjadi lantaran agama, filsafat, dan kebudayaan dalam aneka macam kurun-masa. Dalam kenyataannya setiap sufi ataupun mistikus selalu berusaha meng-ungkapkan pengalamannya dalam kerangka ideologi dan pemikiran yang berkembang di tengah masyarakatnya, ini berarti ungkapan-ungkapannya itu tidak sanggup bebas dari kemunduran dan kemajuan kebudayaan jamannya sendiri.

Dari sini kita sanggup menarik kesimpulan bahwa intinya pengalaman para sufi ataupun mistikus itu ialah sama. Perbedaan di antara mereka hanyalah lantaran ketidaksamaan interprestasi atas pengalaman itu sendiri, lantaran efek kebudayaan di masa sang sufi atau mistikus tersebut berafilisasi.

Ada dua bentuk tasawuf atau mistisisme. Yang satu bercorak religius, yang lain bercorak filosofis. Tasawuf atau mistisisme religius ialah semacam tanda-tanda yang sama dalam semua agama, baik di dalam agama-agama langit ataupun agama-agama purba. Begitu juga dengan tasawuf atau mistisisme filosofis, semenjak usang telah dikenal di timur sebagai warisan filsafat orang-orang yunani, maupun di Eropa kurun pertengahan ataupun modern. Dalam kalangan filosof Eropa modern yang memiliki kecenderungan mistis ialah Bradley di Inggris, dan Bergson di Prancis.

Tasawuf atau mistisisme religius adakalanya perpadu dengan filsafat. Hal ini sanggup kita lihat pada beberapa sufi Muslim atau banyak mistikus Kristen. Karena itu pada diri seorang filosof, terjadinya perpaduan antara kecenderungan intelektual dan kecenderungan mistis terlah merupakan sesuatu yang tidak asing. Bertrand Russell dalam bukunya mysticism and logic, menyampaikan bahwa di antara para filosof pun ada yang bisa memadukan kecenderungan mistis dan kecenderungan intelektual ini. Menurutnya pemaduan atau pengkompromian kedua kecenderungan itu merupakan pendakian akal, sehingga orang yang bisa melakukanya pun dipandang sebagai seorang filosof dalam pengertian sebenar-benarnya. “para tokoh besar yang filosof sangat memerlukan baik itu ilmu pengetahuan maupun mistisisme”, alasannya ialah “intuisi mistis ialah semacam pemberi wangsit bagi aneka macam problema besar yang terdapat pada setiap manusia”, yang untuk ini ia menyebut Heraclitus, Plato, dan Parmenides sebagai contohnya.


a.    Menurut Analisa Ilmuan Barat (Orientalis)

Sebagian peneliti telah berusaha mandefinisikan karakteristik umum yang sama di antara aneka macam kecenderungan tasawuf atau mistisisme. William James, misalnya, spesialis ilmu jiwa Amerika, menyampaikan bahwa kondisi-kondisi mistisisme selalu ditandai oleh empat karakteristik sebagai berikut :
  1. Ia merupakan suatu kondisi pemahaman (noetic). Sebab, bagi para penempuhnya ia merupakan kondisi pengetahuan serta dalam kondisi tersebut tersingkaplah hakekat realitas yang baginya merupakan ilham, dan bukan merupakan pengetahuan demonstratif.
  2. Ia merupakan suatu kondisi yang tidak mungkin sanggup dideskripsikan atau dijabarkan. Sebab ia semacam kondisi perasaan (states of feeling), yang sulit diterangkan pada orang lain dalam detail kata-kata seteliti apa pun.
  3. Ia merupakan suatu kondisi yang cepat sirna (transiency). Dengan kata lain, ia tidak berlangsung usang tinggal pada sang sufi atau mistikus, tapi ia menyebabkan kesan-kesan sangat besar lengan berkuasa dalam ingatan.
  4. Ia merupakan suatu kondisi pasif (passivity).Dengan kata lain, seorang tidak mungkin menumbuhkan kondisi tersebut dengan kehendak sendiri. Sebab, dalam pengalaman mistisnya, justru ia tampak seperti tunduk di bawah suatu kekuatan supernatural yang begitu menguasainya.

Sedangkan berdasarkan R.M.Bucke, terdapat tujuh karakteristik di dalam kondisi mistisisme, yaitu ;
  1. Pancaran diri subyektif (subyective light).
  2. Peningkatan budbahasa (moral elevation).
  3. Kecerlangan intelektual (intelektual illumination).
  4. Perasaan hidup awet (sence of immotality)
  5. Hilangnya perasaan takut mati (loss of fear of death)
  6. Hilangnya perasaan dosa (loss of sense of sin).
  7. Ketiba-tibaan (suddynness).

Karakteristik umum tasawuf atau mistisisme, sebagaimana yang dikemukakan James dan Bucke, sanggup dikatakan terdapat pada sebagian besar pedoman tasawuf atau mistisisme. Namun, karakteristik yang dikemukakan di atas itu belum lagi lengkap, alasannya ialah masih banyak ciri-ciri lainya yang tidak kalah penting yang tidak tercakup disana. Misalnya perasaan tentram, keiklasan jiwa atau penuh penerimaan, perasaan fana penuh dalam realitas mutlak, perasaan pencapaian yang mengatasi dimensi ruang dan waktu, dan lain-lain.

Sementara itu Bertrand Russell, sehabis menganalisa kondisi-kondisi tasawuf atau mistisme, telah berusaha ubtuk membatasi ciri-ciri flosofis tasawuf atau mistisisme kedalam empat karakteristik yang menurutnya akan membedakan tasawuf atau mistisisme dari filsafat-filafat lainya, pada semua kurun-masa dan di seluruh penjuru dunia. Empat karakteristik itu ialah sebagai berikut ;
  1. Keyakinan atas intuisi (intuition) dan pemahaman batin (insight)sebagai metode pengetahuan, sebagai kebalikan dari pengetahuan rasional analitis.
  2. Keyakinan atas ketunggalan (wujud), serta pengingkaran atas pertentangan dan diferensiasi, bagaimana pun bentuknya.
  3. Pengingkaran atas realitas zaman.
  4. Keyakinan atas kejahatan sebagai sesuatu yang hanya sekedar lahiriah dan delusi saja, yang dikenakan pertentangan dan diferensiasi, yang dikendalikan rasio analitis.


Menurut Analisa Ilmuan Muslim (belum ada)

Persamaan Dan Perbandingan (belum ada)


Karakteristik Umum Tasawuf

0 Response to "Karakteristik Umum Tasawuf"

Post a Comment