Kemukjizatan Al-Quran Dari Aspek Kisah-Kisah Purba

Kemukjizatan Al-Quran dari Aspek Kisah-Kisah Purba - Diantara hal yang menarik dari Al-Qur`an yaitu bahwa Al-Qur`an memuat beberapa dongeng kaum-kaum terdahulu, sampai jauh ke hulu sejarah peradaban umat insan yang tak mungkin buku sejarah manapun bisa mengcover secara akurat. Memang Al-Qur`an tidak memaparkan secara kronologis-histories, alasannya yaitu memang Al-Qur`an bukanlah buku sejarah. 


Al-Qur`an memakai sejarah purba tersebut hanya sebagai icon terhadap sebuah fenomena tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Sehingga starting pointnya dalam memahami kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an bukan dari dimensi histories ansih, melainkan dari dimensi agama kisah merupaka metode Tuhan dalam rangka memberikan anutan yang terkandung di dalamnya.

Bahkan Al-Qur`an juga memberi gosip terhadap kejadian-kejadian yang bakal terjadi, contohnya kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia pada masa sekitar sembilan tahun sebelum insiden tersebut terjadi. Juga dongeng perihal datangnya seekor hewan yang sanggup bercakap-cakap menjelang hari kiyamat, yang terdapat dalam surat An-Naml 27: 82.

Artinya:
82. Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis hewan melata dari bumi yang akan menyampaikan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya insan dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.

Manna’Kholil Khattan menyebutkan macam-macam kisah yang terdapat di Al-Qur`an. 

  • Pertama, kisah-kisah para Nabi dan segala hal yang menyangkut perjuangannya. Seperti Nabi Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, Muhammad SAW. dan seterusnya. 
  • Kedua, kisah-kisah yang bekerjasama dengan masa lulu dan orang-orang yang belum bias dipastikan kenabiaanya. Misalnya kisah beribu-ribu orang yang pergi dari kampungnya alasannya yaitu takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putra Adam, Ashaabul kahfi, Zulkarnain, ashaabul Sabt, Karun dan lain-lainnya. 
  • Ketiga, kisah yang bekerjasama dengan insiden yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW. ibarat perang badar, prang uhud, perang Hunain, perang Ahzab, perihal Isra` dan Mi’raj dan lain-lain.

Sementra diantara kritikus baik dari orientalis maupun oksidentalis ada yang meragukan. Salah satunya ibarat yang dikutip Manna’Kholil Khattan, bahwa salah satu kandidat doctor di Mesir mengajukan judul Al Fannul Qasasiy fil Qur`an, yang pada dasarnya dalam disertasi tersebut menyatakan bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur`an merupakan karya seni yang tunduk kepada daya cipta dan kreatifitas kaidah-kaidah seni, tanpa harus memegangi sisi kebenaran sejarah. Dari pernyataan ini terang sekali bahwa ia mencurigai kebenaran terhadap kisah-kisah dalam Al-Qur`an.

 
Dalam Al-Qur`an surat Al-Hadid(57):26 disebutkan: 

Artinya:
Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al kitab, Maka di antara mereka ada yang mendapatkan petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.

Barang kali kita merasa tertohok jikalau ada orang bertanya kapan dan dimana Nabi Nuh itu hidup adakah bukti-bukti secara empiris terhadap hal itu?. Untuk menelusuri pertanyaan ini kita sanggup murujuk pada tradisi Islam yaitu Al-Qur`an-hadis dan sebagainya, tradisi Semitis yang mencakup injil, data arkeologis dan antropologis.

Al-Qur`an surat 11:44, mengisahkan bahwa bahtera Nabi Nuh terdampar di gunung Judy.

Maulana Yusuf menafsirkan, gunung Judy terletak di tempat yang mencakup distrik Bohran di Turki; yaitu erat perbatasan Turki kini dan Irak dan Syiria. Yakni pegunungan besar Plateau Ararat yang mendomonasi distrik ini.

Dalam teradisi Islam dari Imam Abu al-Fida’ Al-Tadmuri (Mattewhs 1949) sanggup disimpulkan bahwa sejarah Nabi Nuh AS mulai sekitar 6000 tahun yang kemudian atau 4000 SM. Sementara tempat sekitar ibarat ayat di atas di huni oleh penduduk lembah Trigis Hulu atau keturunan mereka. 

Di samping itu pertemuan tadisi Islam dan Alkitab menguatkan hal tersebut. Menurut Al-Tadmuri nabi Nuh memiliki tiga putra yaitu Sam, Ham dan Yafat. Menurut tradisi Alkitab dan Yahudi putra Nabi Nuh yaitu Shem, Ham dan Japhet. Sementara Kanaan masih polemic ada yang menyampaikan termasuk putranya atau cucunya dari Ham, yang terang masih keluarga Nabi Nuh.

Para sarjan Yahudi percaya bahwa Sam yaitu cikal-bakal kelompok ras yang umumnya kini disebut Timur Tengah. Ham dianggap sebagai nenek moyang oaring yang tinggal di Afrika Utara sedangkan kanaan sebagai asal-usul Canaanites yaitu Hittites, Amorites, Jebusites, Hivites, Girghasites dan Perrizites. Dan Yafat dianggap sebagai bapak dari bangsa yang mendiami tempat utara dan barat Palestina.

Keterangan yang ibarat di tuturkan oleh Al-Tadmuri dalam bukunya Muthir Al-Gharam Fi Fadl Zuyarat Al-Khalili dengan mengutip riwayat At-Tha’labi bahwa Sam yaitu bapak dari orang Arab, Parsi dan Yunani, Ham yaitu bapaknya orang Negro dan Yafat yaitu bapaknya orang Turki, Barbar dan Ya’juj dan Ma’juj.
Dari perkawinan tradisi di atas nampak gugusan kehidupan Nabi Nuh sekaligus mempertegas terhadap kisah yang ada dalam Al-Qur`an bukanlah mengada-ada. Meskipun dari sudut latar, setting, plot dan alur tidak jelas. Karena Al-Qur`an tidak hendak me-narasi-kan suatu insiden dengan pendekatan sastra. 

Dan berdasarkan penulis eksistensinya Al-Qur`an sebagai satu kesatuan yang tak sanggup dipisahkan -terkait dengan problem kisah-kisah ini- maka bila satu kisah sudah sanggup dibuktikan secara empiris maka ini sekaligus menunjukan bahwa seluruh kisah dalam Al-Qur`an yaitu benar dan non fiktif adanya.
Kemukjizatan Al-Quran dari Aspek Kisah-Kisah Purba

0 Response to "Kemukjizatan Al-Quran Dari Aspek Kisah-Kisah Purba"

Post a Comment