Pengertian Anak Manja Definisi Anak adalah anugerah Sang Pencipta yang diamanahkan untuk dirawat, dibimbing dan diarahkan untuk menjadi insan yang mempunyai kegunaan bagi agama, bangsa dan negara. Sebagaimana disebutkan dalam teori tabularasa “anak dilahirkan bagaikan secarik kertas putih, orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Islam”. Menurut John Locke (dalam Soemiarti Patmonodewo, 1995 : 41).
Begitu juga mendidik anak, merupakan kewajiban orang tua. Dalam proses tumbuh kembang anak, kemanjaan anak merupakan salah satu faktor yang menghambat perkembangan anak. Faktor utama kemanjaan anak yaitu didapat dari sikap dan sikap orang renta yang salah dalam mendidik anak.
Menurut Seto Mulyadi (1997) menyatakan : “Anak manja adalah anak yang selalu mengharapkan perhatian berlebihan dari lingkungan sekelilingnya, juga diikuti dengan keinginan untuk serta dituruti segala kemauannya”. Tidak sedikit orang renta yang telah melaksanakan hal ini tanpa disadarinya, orang renta yang merasa bersalah, contohnya ibu atau ayah yang selalu sibuk bekerja, kadang kala melaksanakan kompensasi dengan memanjakan anak. Akhirnya sikap terhadap anak pun menjadi berlebihan. Semua dituruti, ini boleh itupun boleh. Anak harus berada dalam suasana hidup yang serba gampang dan menyenangkan. Kemudian seluruh perhatian dan derma dikerahkan, betapapun kecilnya dan begitu seterusnya. Akibatnya anak berbagi kepribadian untuk lebih gampang “menerima” daripada “memberi”.
Di sekolah guru lebih banyak mengarahkan dan mendidik serta memotivasi agar anak sanggup berubah secara sedikit demi sedikit dan anak bisa secara optimal melaksanakan acara pembelajaran dengan tidak bersikap atau bertindak secara manja. Kemanjaan anak juga merupakan suatu tanda dari terlambatnya anak melaksanakan acara pembelajaran di sekolah, yang semestinya anak sanggup melaksanakan dengan semaksimal mungkin, dengan kemanjaan pada anak akan menghambat dari seluruh acara yang dilakukan.
Dalam tahap awal memasuki pra sekolah atau Taman Kanak-Kanak, anak sudah dilatih untuk tidak manja yaitu dengan anak dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah sudah tidak ditunggui di kelas oleh orang tuanya atau yang menemani ke sekolah. Pada tahap berikutnya anak sudah bisa mengerti dan mau berdikari dalam melaksanakan acara pembelajaran di sekolah tanpa harus dibantu terus oleh guru. Kaprikornus anak tidak lagi bergantung kepada guru maupun orang lain. Dalam kebutuhan anak, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani dalam pembelajaran anak perlu ditanamkan dan diarahkan banyak sekali upaya dan banyak sekali cara agar tidak lagi terjadi kemanjaan dalam diri anak.
Selanjutnya anak berkembang dan tumbuh, di mana dalam diri anak ada sebuah karya yang tidak terhingga yaitu sebuah kreatifitas. Jika kreatifitas dalam diri anak itu kita bangkit dengan sebaik-baiknya dan lebih ekstra hati-hati maka kita akan mendapatkan belum dewasa yang selalu siap dengan tantangan zaman. Di samping itu anak juga membutuhkan tugas lingkungan yang sangat besar untuk merangsang anak dalam melaksanakan acara dan tentunya tugas lingkungan dengan penuh kasih sayang yang tulus, kondusif yang memungkinkan potensi mereka berkembang dengan baik. Pengertian dengan penuh kasih sayang yang nrimo tentunya tidak mengarahkan pada kemanjaan anak. Karena sikap, tindakan maupun kebutuhan anak yang dibawakan dan dilaksanakan yaitu sebagai hasil dari penanaman pembelajaran yang baik yang didapat dari lingkungan masyarakat, keluarga dan sekolah. Dalam hal ini kebutuhan anak muncul sebab kemungkinan lebih besar dari adanya persetujuan atau tidak setujunya tugas lingkungan terhadap perbuatan tertentu anak. Daripada umumnya motivasi dasar dari keluarga itu muncul dari sikap anak atau sikap manja anak. Selain itu juga dibuat oleh tugas lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Begitu juga mendidik anak, merupakan kewajiban orang tua. Dalam proses tumbuh kembang anak, kemanjaan anak merupakan salah satu faktor yang menghambat perkembangan anak. Faktor utama kemanjaan anak yaitu didapat dari sikap dan sikap orang renta yang salah dalam mendidik anak.
Menurut Seto Mulyadi (1997) menyatakan : “Anak manja adalah anak yang selalu mengharapkan perhatian berlebihan dari lingkungan sekelilingnya, juga diikuti dengan keinginan untuk serta dituruti segala kemauannya”. Tidak sedikit orang renta yang telah melaksanakan hal ini tanpa disadarinya, orang renta yang merasa bersalah, contohnya ibu atau ayah yang selalu sibuk bekerja, kadang kala melaksanakan kompensasi dengan memanjakan anak. Akhirnya sikap terhadap anak pun menjadi berlebihan. Semua dituruti, ini boleh itupun boleh. Anak harus berada dalam suasana hidup yang serba gampang dan menyenangkan. Kemudian seluruh perhatian dan derma dikerahkan, betapapun kecilnya dan begitu seterusnya. Akibatnya anak berbagi kepribadian untuk lebih gampang “menerima” daripada “memberi”.
Di sekolah guru lebih banyak mengarahkan dan mendidik serta memotivasi agar anak sanggup berubah secara sedikit demi sedikit dan anak bisa secara optimal melaksanakan acara pembelajaran dengan tidak bersikap atau bertindak secara manja. Kemanjaan anak juga merupakan suatu tanda dari terlambatnya anak melaksanakan acara pembelajaran di sekolah, yang semestinya anak sanggup melaksanakan dengan semaksimal mungkin, dengan kemanjaan pada anak akan menghambat dari seluruh acara yang dilakukan.
Dalam tahap awal memasuki pra sekolah atau Taman Kanak-Kanak, anak sudah dilatih untuk tidak manja yaitu dengan anak dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah sudah tidak ditunggui di kelas oleh orang tuanya atau yang menemani ke sekolah. Pada tahap berikutnya anak sudah bisa mengerti dan mau berdikari dalam melaksanakan acara pembelajaran di sekolah tanpa harus dibantu terus oleh guru. Kaprikornus anak tidak lagi bergantung kepada guru maupun orang lain. Dalam kebutuhan anak, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani dalam pembelajaran anak perlu ditanamkan dan diarahkan banyak sekali upaya dan banyak sekali cara agar tidak lagi terjadi kemanjaan dalam diri anak.
Selanjutnya anak berkembang dan tumbuh, di mana dalam diri anak ada sebuah karya yang tidak terhingga yaitu sebuah kreatifitas. Jika kreatifitas dalam diri anak itu kita bangkit dengan sebaik-baiknya dan lebih ekstra hati-hati maka kita akan mendapatkan belum dewasa yang selalu siap dengan tantangan zaman. Di samping itu anak juga membutuhkan tugas lingkungan yang sangat besar untuk merangsang anak dalam melaksanakan acara dan tentunya tugas lingkungan dengan penuh kasih sayang yang tulus, kondusif yang memungkinkan potensi mereka berkembang dengan baik. Pengertian dengan penuh kasih sayang yang nrimo tentunya tidak mengarahkan pada kemanjaan anak. Karena sikap, tindakan maupun kebutuhan anak yang dibawakan dan dilaksanakan yaitu sebagai hasil dari penanaman pembelajaran yang baik yang didapat dari lingkungan masyarakat, keluarga dan sekolah. Dalam hal ini kebutuhan anak muncul sebab kemungkinan lebih besar dari adanya persetujuan atau tidak setujunya tugas lingkungan terhadap perbuatan tertentu anak. Daripada umumnya motivasi dasar dari keluarga itu muncul dari sikap anak atau sikap manja anak. Selain itu juga dibuat oleh tugas lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Oleh sebab itu dalam mendidik dan membangun dalam diri anak dalam melaksanakan sesuatu, anak harus berguru lebih bertanggung jawab dengan tidak mengarahkan pada kemanjaan anak tetapi mengarah mengarah kepada perkembangan, perbaikan atau perubahan dari kemanjaan melalui berguru dan latihan dengan perkataan lain melalui peranan yang sangat penting dari lingkungan untuk menumbuh kembangkan dan untuk pembelajaran kemandirian anak, agar lebih berdikari dan lebih bertanggung jawab.
Hurlock, B. Elizabeth (1990), menyatakan : “Pada dikala anak sedang membutuhkan kebutuhan jasmani dan rohani gotong royong dengan yang lain, akan terus berguru bersama dengan, dari dan ke anak lain”.
Apabila anak itu selalu mengikuti dengan sikap kemanjaan tentu anak dalam mencapai dan meraih hasil dalam pembelajaran akan kurang optimal atau kurang memuaskan. Padahal dalam pembelajaran tujuan yang dibutuhkan agar sanggup tercapai seoptimal mungkin. Apabila lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga akan lebih banyak memperlihatkan segala sesuatu yang mengerahkan pada kemanjaan anak. Hasilnya anak tidak mendapat dan mencapai tujuan secara optimal dan anak tidak punya kemandirian untuk melaksanakan sesuatu demi kemajuan ke depannya.
J. Ronald Walters (2004), menyatakan : “Memanjakan anak berarti meningkatkan kepercayaannya bahwa beliau selalu bisa mendapatkan apa yang beliau inginkan, barangkali dengan luapan kemarahan atau barangkali dengan bujukan atau sanjungan, barangkali dengan mengadu domba antara satu orang cukup umur dan yang lain”.
Dan dalam hal ini anak manja adalah sikap dan perbuatan anak yang lebih besar diperoleh dari tugas lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah yang akan mengakibatkan anak tidak punya kemandirian untuk berguru dan untuk melaksanakan sesuatu serta anak akan selalu ketergantungan dengan orang lain untuk melaksanakan sesuatu demi perkembangan ke depannya dan anak pada tahap perkembangan tidak sanggup mencapai hasil yang lebih optimal.
Motivasi dan tugas lingkungan sangat besar pengaruhnya untuk perkembangan anak dalam melaksanakan sesuatu yang tidak menyimpang dari aturan-aturan anak itu sendiri. Peran keluarga merupakan tugas utama yang sangat penting agar anak tidak bersikap manja kemudian tugas lain dari lingkungan masyarakat dan diperkuat dengan adanya tugas guru di sekolah untuk mengantisipasi timbulnya kemanjaan anak.
Seorang anak Taman Kanak-Kanak biasanya akan bersikap manja dengan guru di sekolah yang kemungkinan sikap manja itu diperoleh dari keluarga di rumah kemudian dibawa secara terus menerus di sekolah. Memang sangat sulit untuk memprediksi pengertian anak manja. Banyak orang renta dalam mengarahkan dan mendidik anak agar tidak manja dan itu berhasil dilaksanakan di rumah. Setelah di luar rumah kenyataannya justru malah sebaliknya sebab sikap manja itu diperoleh dari lingkungan masyarakat. sebagai teladan :
Hurlock, B. Elizabeth (1990), menyatakan : “Pada dikala anak sedang membutuhkan kebutuhan jasmani dan rohani gotong royong dengan yang lain, akan terus berguru bersama dengan, dari dan ke anak lain”.
Apabila anak itu selalu mengikuti dengan sikap kemanjaan tentu anak dalam mencapai dan meraih hasil dalam pembelajaran akan kurang optimal atau kurang memuaskan. Padahal dalam pembelajaran tujuan yang dibutuhkan agar sanggup tercapai seoptimal mungkin. Apabila lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga akan lebih banyak memperlihatkan segala sesuatu yang mengerahkan pada kemanjaan anak. Hasilnya anak tidak mendapat dan mencapai tujuan secara optimal dan anak tidak punya kemandirian untuk melaksanakan sesuatu demi kemajuan ke depannya.
J. Ronald Walters (2004), menyatakan : “Memanjakan anak berarti meningkatkan kepercayaannya bahwa beliau selalu bisa mendapatkan apa yang beliau inginkan, barangkali dengan luapan kemarahan atau barangkali dengan bujukan atau sanjungan, barangkali dengan mengadu domba antara satu orang cukup umur dan yang lain”.
Dan dalam hal ini anak manja adalah sikap dan perbuatan anak yang lebih besar diperoleh dari tugas lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah yang akan mengakibatkan anak tidak punya kemandirian untuk berguru dan untuk melaksanakan sesuatu serta anak akan selalu ketergantungan dengan orang lain untuk melaksanakan sesuatu demi perkembangan ke depannya dan anak pada tahap perkembangan tidak sanggup mencapai hasil yang lebih optimal.
Motivasi dan tugas lingkungan sangat besar pengaruhnya untuk perkembangan anak dalam melaksanakan sesuatu yang tidak menyimpang dari aturan-aturan anak itu sendiri. Peran keluarga merupakan tugas utama yang sangat penting agar anak tidak bersikap manja kemudian tugas lain dari lingkungan masyarakat dan diperkuat dengan adanya tugas guru di sekolah untuk mengantisipasi timbulnya kemanjaan anak.
Seorang anak Taman Kanak-Kanak biasanya akan bersikap manja dengan guru di sekolah yang kemungkinan sikap manja itu diperoleh dari keluarga di rumah kemudian dibawa secara terus menerus di sekolah. Memang sangat sulit untuk memprediksi pengertian anak manja. Banyak orang renta dalam mengarahkan dan mendidik anak agar tidak manja dan itu berhasil dilaksanakan di rumah. Setelah di luar rumah kenyataannya justru malah sebaliknya sebab sikap manja itu diperoleh dari lingkungan masyarakat. sebagai teladan :
Sikap manja diperoleh dari lingkungan tetangga dan keluarga yang tidak mempunyai anak. Sehingga terhadap anak kecil akan lebih senang apalagi jika selalu akrab dengan anak kecil, selalu berharap seandainya punya anak yang berusia menginjak usia Taman Kanak-kanak akan lebih bahagia. Dan setiap dikala apabila dengan anak itu maka apa yang diinginkan anak akan dituruti. Terhadap semua itu tentunya guru memperlihatkan tugas yang justru sangat lebih besar lengan berkuasa atau besar untuk mengantisipasi agar anak tidak bersikap manja yang diperoleh dari lingkungan keluarga. Dan orang renta harus mengetahui dan harus bisa mengatasi kemanjaan anak yang diperoleh dari tetangga tadi.
Daftar Pustaka Pengertian Anak Manja Definisi Artikel Contoh Makalah
Mulyadi, Seto. 1997. Mengatasi Problem Anak Sehari-hari. Jakarta : Gramedia
Hurlock, B. Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, B. Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
0 Response to "Pengertian Anak Manja Definisi Artikel Pola Makalah"
Post a Comment