Model Pembelajaran - Metode Mengajar“Cara mengajar yg dpt dipakai untuk semua materi pelajaran” Misalnya:
Metode: ceramah, penemuan, ekspositori, diskusi, tanya jawab, pemecahan masalah, dsb. Teknik Mengajar“Cara mengajar yg memerlukan keahlian khusus atau talenta khusus”
Metode: ceramah, penemuan, ekspositori, diskusi, tanya jawab, pemecahan masalah, dsb. Teknik Mengajar“Cara mengajar yg memerlukan keahlian khusus atau talenta khusus”
A. Model pembelajaran dengan pendekatan induktif dan deduktif.
Kedua pendekatan ini merupakan pendekatan yang ditinjau dari interaksi antara siswa dengan materi ajar. Kedua pendekatan ini saling bertentangan. Pendekatan deduktif merupakan suatu kecerdikan sehat dari umum ke khusus, sedangkan pendekatan induktif suatu kecerdikan sehat dari khusus ke umum.
- Pendekatan deduktif menurut kecerdikan sehat deduktif.
- Penalaran deduktif = cara berpikir menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus.
- Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya memakai pola berpikir silogisme; terdiri dari 2 macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi)
- Kedua pernyataan pendukung silogisme disebut premis (hipotesis): Premis Mayor dan Premis Minor.
- Kesimpulan diperoleh sebagai hasil kecerdikan sehat deduktif menurut macam premi itu.
B. Metode Ceramah yang Menyenangkan
Metode ceramah yang monoton, memanglah dirasakan sangat membosankan bagi para penerima didiknya, apalagi bila disajikan dalam bentuk dongeng, yang berfungsi sebagai pengantar siswanya untuk tidur di malam yang hening, bahkan kadang-kadang si pengajar melenceng dari materi yang semestinya disampaikan, justru ia malah menceritakan perihal keadaan keluarganya, hingga ke para tetangganya, seperti si guru itu curhat kepada muridnya. Hal ini serupoa dengan sebuah situs dari internet yang menceritakan
Ini ialah rujukan kasatmata dari bumi belahan lain di dunia pendidikan, oleh alasannya ialah itu kita sebagai calon guru masa depan yang baik, haruslah mempersiapkan segala sesuatunya, baik itu dari segi disiplin ilmu, pemahaman segala konsep dan teknik segala keterampilan, kekerabatan sosial terhadap lingkungan, serta tabiat dari personal kita sendiri, alasannya ialah bukanlah tidak mungkin, kisah dosen tadi terjadi pada diri kita, menjadi seorang pengajar yang membosankan, tidak menarik, bahkan hingga dijuluki ‘monster’ oleh anak didik kita sendiri.
C. Model pembelajaran dengan pendekatan ekspositori
Pendekatan ekspositori merupakan suatu pendekatan yang ditinjau dari interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini semata-mata siswa tinggal mendapatkan apa yang disajikan oleh guru. Kaprikornus guru telah mempersiapkan dan merencanakan secara sistimatis sehingga siswa sanggup menerimanya dengan mudah.
Untuk itu dalam proses pembelajaran guru perlu melaksanakan apersepsi, yaitu mengingatkan kembali pengetahuan yang berkaitan dengan materi didik yang akan disajikan. Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan panjang lebar, bila perlu guru membuat gambar maupun memakai media yang dianggap sanggup lebih mempermudah siswa memahami materi didik yang disampaikan.
D. Model pembelajaran dengan Pendekatan Proses
Dalam pendekatan ini guru membuat acara pembelajaran yang bervariasi sedemikian sehingga siswa terlibat secara aktif dalam banyak sekali pengalaman. Atas bimbingan guru siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai sendiri suatu kegiatan. Menurut Sagala (2003), dalam pendekatan proses ini yang sanggup dilakukan siswa antara lain: mengamati tanda-tanda yang timbul, mengklasifikasikan, mengukur besaran-besarannya, mencari kekerabatan konsep konsep yang ada, mengenal adanya masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, melaksanakan percobaan, menganalisis data dan menyimpulkan.Dalam pembelajaran PKn tidak semua aktifitas menyerupai tersebut diatas dilaksanakan.
E. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Dalam memakai metode inovasi terbimbing, peranan guru adalah: menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari dilema itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti pertunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya.
Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan materi yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa materi “yang ditemukan” sungguh secara matematis sanggup dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Seringkali peranan guru dalam inovasi terbimbing diungkapkan dalam lembar kerja inovasi terbimbing. Lembar kerja ini biasanya dipakai dalam memperlihatkan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat). Penyusunan lembar kerja jenis ini biasanya
diawali dari guru menyiapkan secara lengkap tahap demi tahap dalam menjelaskan adanya suatu sifat atau prinsip atau rumus.
Penjelasan ini dituang dalam suatu goresan pena secara lengkap. Kemudian dipikirkan, bila klarifikasi itu dilakukan di kelas, dan dilakukan dengan tanya jawab, dicatat di bab manakah yang kiranya perlu dipakai sebagai materi tanya jawab. Bagian yang ditanyakan ini sanggup berupa pendapat siswa perihal materi yang kemudian yang perlu dipakai dalam pengembangan konsep,atau pendapat siswa perihal tahapan yang perlu dipertimbangkan dalam melangkah, atau isian yang berupa bilangan atau kata kunci dalam menuju tujuan inovasi tersebut.
Bagian-bagian yang perlu ditanyakan tadilah yang perlu dihapus dari catatan klarifikasi lengkap, dan dalam lembar kerja diungkapkan dalam bentuk kawasan kosong atau titik-titik yang harus diisi oleh siswa Strategi Dan Pendekatan Dalam Model Investigasi Flenor (1974) membagi acara guru menjadi 5 (lima) tahap:
- Apersepsi
- Investigasi
- Diskusi
- Penerapan dan
- Pengayaan
Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memperlihatkan dorongan siswa untuk sanggup mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta memakai pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk sanggup memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompoknya.
Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk sanggup menggali pengetahuan yang diperlukan, contohnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci. Dengan demikian guru harus selalu menjaga suasana semoga pemeriksaan tidak berhenti di tengah jalan. Dalam hal pemeriksaan yang dilaksanakan secara berkelompok, Lazarowitz dan kawan-kawannya (1988) dan juga Sharan dan para koleganya (Sharan et al, 1989; Sharan & Sharan, 1990) mendisain model kelompok pemeriksaan yang memperlihatkan kemungkinan siswa untuk melaksanakan banyak sekali pengalaman belajar.
Para siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan
- Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi kelompoknya dalam “kelompok peneliti”,
- Merencanakan kiprah pembelajaran,
- Melaksanakan penyelidikan,
- Menyiapkan laporan,
- Menyampaikan laporan akhir,
- Mengevaluasi program.
Diskusi kelompok maupun diskusi kelas merupakan hal yang sangat penting guna memperlihatkan pengalaman mengemukakan dan menjelaskan segala hal yang mereka pikirkan dan membuka diri terhadap yang dipikirkan oleh teman mereka. Pengalaman yang baik menyerupai ini akan memotivasi siswa untuk berguru dan mau memeriksa (menginvestigasi) lebih lanjut. Pengalaman berhubungan dalam banyak hal sangat sesuai dengan semangat tolong-menolong yang telah berkembang semenjak usang di bumi tercinta Indonesia ini. Hal ini perlu selalu dikembangkan dengan melatihkannya kepada para siswa.
Dalam kerja kelompok siswa, Malone dan Krismanto (1993) menemukan bahwa sebagian besar siswa menginginkan mereka sendirilah yang memilih anggota kelompok kegiatan, dengan banyak anggota 3 − 5 orang siswa adonan putra dan putri dan dengan banyak sekali tingkat kemampuan siswa.
Hal ini sesuai dengan Sharan (1980) bahwa kelompok semacam itu memperlihatkan efektifitas dalam peningkatan hasil berguru siswa.
Sikap dan kemauan siswa dalam memakai pendekatan pemeriksaan tidak terlepas dari kegemaran siswa akan matematika, pemahaman siswa perihal kegunaan matematika dan keberanian siswa untuk membentuk sendiri pengetahuan matematika mereka. Ini sesuai dengan paham yang dikembangkan oleh para pakar dan peneliti serta penganut konstruktivisme. Karena ituseberapa jauh keberhasilan penggunaan pendekatan pemeriksaan juga antara lain tergantung ketiga faktor. Karena itu maka guru juga perlu mengetahui seberapa jauh hal di atas dimiliki siswa disamping berusaha untuk lebih memperlihatkan pemahaman kepada para siswa. Model Pembelajaran
0 Response to "Model Pembelajaran"
Post a Comment